Mohon tunggu...
PARTIKEL
PARTIKEL Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengolah Kata

Masih berusaha untuk mengolah kata yang tak bisa untuk di cerna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Mencari Jati Diri

1 November 2018   11:02 Diperbarui: 1 November 2018   12:58 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merubah satu kebiasaan diri sangatlah sulit, tapi aku akan terus berjuang, karna aku yakin setiap langkah perjuanganku tidak akan pernah sia sia, aku tidak akan pernah bosan untuk menjadi lebih baik, di hargai ataupun tidak, itulah keputusanku, aku tidak perduli dengan perubahan yang akan menjauhkanku dari temanku, karna sekarang aku tahu letak kebaikan yang akan aku jalani.

Sebelumnya aku berencana berpuasa bersama adit pada sebuah hutan yang lumayan jauh dari rumahku, kami menaiki kendaraan umum untuk sampai hutan itu, selanjutnya kami hanya berjalan kaki untuk menuju tempat yang adit bilang adalah tempat untuk menenangkan diri dan mencari jati diri.

Setelah lama kami berjalan menapaki jalan setapak, akhirnya sampai pada tujuan kami, yaitu sebuah gua yang lumayan besar dan kami masuk ke dalam gua tersebut, menaruh segala barang yang kami bawa dan istirahat sejenak sambil membicarakan rencana kami, adit memberitahuku beberapa bagian dalam berpuasa, dan kami menunggu tengah malam. Adit menunjukan tempat untuk mandi karna aku harus mandi dulu sebelum berpuasa dan mengganti pakaian ku dengan pakaian yang telah di sediakan Adit,  malampun tiba aku segera membasuh tubuhku dengan air begitu juga Adit, dan setelah itu kami mulai berpuasa bersama dengan adit.

Malam pertama aku di suruh adit untuk mengingat semua perbuatan buruk ku dari waktu aku masih kecil hingga saat ini dan berusaha melepaskannya, agar tidak menjadi beban dan mengganggu waktu berpuasa. Pagipun tiba mentari mulai memasuki lewat sela sela gua, aku masih terjaga dan masih mendapatkan Adit juga masih terjaga, semalaman suntuk aku berusaha mengingat semua perbuatan buruk yang pernah aku lakukan.

Tidak tahu kenapa aku mengingat semua kejadian itu dan bisa membayangkannya, sehingga aku sangat terpukul atas semua perbuatan yang pernah aku lakukan, ingin rasanya aku meneteskan airmata ketika mengingat semua kejadian itu tapi air mataku tidak akan pernah keluar, aku sudah menghabiskannya untuk hal yang tidak pernah aku sadari. 

Aku akhirnya berhasil melepaskan semuanya dan membuangnya, perasaanku dan pikiranku terasa ringan, seperti kita telah menanggung beban yang begitu berat lalu kemudian melepaskannya, akupun tidak tahu kenapa bisa terjadi seperti itu. 

Adit berbincang denganku dan aku mengatakan semua yang aku rasakan pada malam itu, dan Adit terus menuntunku untuk setiap perubahanku, Adit selalu memberi banyak  saran untuk setiap langkah yang harus aku lakukan.

Malam kedua aku mengalami malam yang sangat sunyi bahkan suara serangga terasa jelas di telingaku seakan terdengar sangat dekat dengan telingaku, ingin rasanya aku untuk membukakan mataku dan menutup telingaku, tapi aku ingat apa yang adit katakan sehingga membiarkanya begitu saja. 

Setelah itu aku merasakan banyak sekali nyamuk dan hewan lain di tempat itu mendekatiku, seakan aku mendengar semua suara mereka, suara geraman, suara langkah mendekatiku dan suara nyamuk yang sangat keras dalam telingaku. Tapi, aku tetap berusaha untuk tetap fokus dan tidak melakukan apapun seperti yang di sarankan adit kepadaku, kemudian angin yang sangat dingin mulai menyelimuti tempat itu, sekujur tubuhku terasa dingin, aku menjadi gemetar dan merinding, ingin rasanya aku mengambil jaket di tasku dan mengenakannya, tapi tetap saja aku tidak melakukannya, dan angin itu tiba menghilang sendiri dan berubah menjadi panas, sehingga membuatku kegerahan. 

Pakianku menjadi basah oleh keringatku, keringat bercucuran kemana mana, dan tercium bau yang sangat tidak sedap menusuk hidungku, entah semua itu berasal dari mana, aku tidak berusaha membuka mataku dan tetap memikirkan apa yang adit sarankan kepadaku, aku tidak tahu semua berasal dari mana, tapi aku berusaha semampuku untuk tidak membuka mataku dan menutup telingaku, sampai kesunyian tiba. 

Aku kembali memikirkan perbuatanku selama ini, dan menyadari segala perbuatanku, di situ aku minta ampun atas segala yang telah aku perbuat, dan segala yang telah aku hancurkan. Akhirnya mentari mulai menyinari hutan ini, dan aku masih terjaga untuk meminta ampun atas segala keburukan yang telah aku lakukan. 

Aku menceritakan semua yang aku alami kepada adit apa yang terjadi semalam, adit menjelaskan semuanya, bahwa semuanya hanya mengganggu konsentrasiku, dan aku mengatakan aku tidak membuka mataku sedikipun atas semua yang terjadi, Adit hanya tersenyum, aku memang benar benar ingin merubah semua keburukanku dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik, Adit tidak berbicara banyak, aku dan Adit masih berpuasa dan masih terjaga selama dua hari dua malam.

Pada malam ketiga aku memikirkan apa yang adit sampaikan kepadaku siang tadi, dan berusaha menjelaskan perkataan adit dengan pikiranku, apa yang di bilang masih belum seberapa! dan ada yang lebih berat lagi, aku bertanya tanya dengan perkataan adit, tiba tiba badanku terasa berat, aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali, aku merasakan seolah ada yang menimpaku dari atas dan berusaha mendorongku ke bawah, sehingga membuat badanku terbungkuk, aku merasakan berat yang amat dahsyat, tubuhku kesakitan seakan akan patah oleh tumpuan di atas kepalaku itu, aku merasa ingin menyerah dan berteriak kesakitan, tapi aku masih bertahan dan tetap fokus, secara perlahan beban itu hilang dengan sendirinya, tak lama dari itu badanku seperti di lilit oleh seekor ular besar, dia mengitariku dan merayap hingga ke atas kepalaku, di berusaha menghimpitku dan membuat aku sangat susah untuk bernafas, kejadian itu sangat lama, aku kehilangan konsentrasi aku tidak bisa bernafas sama sekali dan aku pasrah jika memang aku harus mati di sini.

Tapi, himpitan itu seakan menyerah dan mulai mengendur, akupun dapat bernafas lagi, semua itu terasa nyata, dan aku merasakan tadi aku sempat berhenti bernafas dan pasrah, tapi semua cepat berlalu, tidak lama dari itu aku mendengar bisikan yang menyuruhku membuka mataku dan dia akan memberikan apa yang aku mau termasuk keingianku untuk menjadi lebih baik, dia akan memberinya padaku secara mudah, tidak harus melewati cara seperti ini, dia terus menggodaku, dan aku mulai tergoda dengan godaan itu,  sehingga aku berpikir untuk membuka mataku. Tapi ketika aku baru mempunyai niat untuk membuka mata, aku tersadar akan apa yang hendak aku perbuat sehingga membatalkannya.

Aku tidak jadi membuka mataku, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan mataku, seakan yang tadinya gelap gulita, aku melihat cahaya putih dalam pikiranku dan cahaya itu semakin memenuhi pikiranku, sehingga aku melihat akar akar yang hitam dan kering, dalam bayangan itu aku berusaha untuk mencabuti semua akar mati itu, dan membersihkannya.

Setelah semua bersih cahaya itu mulai meredup dan kembali gelap gulita, aku tidak sadarkan diri, tubuhku terkulai lemas di lantai, badanku terasa dingin, dan bahkan aku melihat tubuhku sendiri, yang terkulai di lantai, sedangkan adit masih tetap memejamkan matanya, aku tidak tahu apa yang terjadi, lalu aku berpikir apakah aku sudah mati! 

Kenapa aku bisa melihat tubuhku sendiri? aku melihat adit berbisik pada telingaku dan aku mendengarnya, adit mengatakan untuk segera membuka mataku, aku melihat adit sangat cemas, aku melihat mentari mulai bersinar, tapi aku tidak merasakan apapun, tubuhku masih terkulai dan terasa sangat dingin, aku berusaha membuka mataku sekuat tenaga, aku terus mencobanya aku tidak mau mati di sini, aku masih harus meneruskan hidupku, dan masih banyak perbuatanku yang harus aku tebu.

Aku terus mencoba untuk membuka mataku sekuat tenaga sampai akhirnya aku bisa melakukannya, dan posisiku sama persis seperti yang aku lihat tadi, aditpun sama di berada di sampingku seperti yang aku lihat tadi.

Aku merasakan lemas sekujuh tubuhku, bahkan untuk duduk saja aku sangat kesulitan, aku berbaring sejenak untuk memulihkan tubuhku, setelah aku bisa duduk aku kembali menceritakan semuanya kepada adit dan dia berusaha menjelaskan apa yang aku ceritakan, di akhir penjelasannya Adit memberitahuku bahwa tadi aku sempat tidak bernafas untuk beberapa detik dan jantungku tidak berdetak. 

Adit khawatir aku langsung membuka mata, berarti apa yang aku lihat sesaat tadi benar, dan adit merasa heran dengan ceritaku tentang aku melihat tubuhku sendiri saat terkulai lemas.

Akhirnya genap sudah kami berpuasa, dan aku kembali mandi dan berganti pakaianku sebelumnya, setelah semua selesai aku dan Adit membakar pakaian yang aku pakai untuk berpuasa bersama pakaian Adit, dan akhirnya kami berjalan untuk keluar dari hutan itu. 

Aku merasakan suatu kedamaian dalam hati dan pikiranku, seakan aku terlahir kembali, suasana yang sangat nyaman aku rasakan, meskipun kami masih berpuasa aku masih merasa kuat untuk berjalan keluar hutan dan pulang ke rumah Adit, disana aku di suruh minum air hangat oleh Adit dan sedikit berbincang dengan adit sebelum pulang ke rumahku, malam hampir tiba akupun segera berpamitan kepada Adit dan segera pulang kerumah untuk menemui ibuku.

Setibanya di rumah aku langsung menemui ibuku, aku langsung memeluknya dan aku menangis seketika itu juga, aku meminta ampun kepada ibuku atas semua perbuatanku selama ini. Aku telah menjadi anak yang sangat durhaka kepada ibuku, air mataku semakin mengalir deras, ibuku tak kuat menahan air mata sehingga membuatnya menangis juga.

 Ibuku masih terus memelukku dan mengelus kepalaku, lama aku menangis dalam pangkuan ibuku, sejak aku smp sampai aku besar baru sekarang ini menangis di pangkuan ibuku lagi. Setelah semua reda aku menceritakan semua yang terjadi pada ibuku termasuk waktu aku berpuasa, ibuku merasa senang dan  berterima kasih atas semua perjalanan yang telah membentukku seperti sekarang ini

Thumbs Up

Denpasar, Bali

01/11/2018

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun