Minggu pagi tadi Gubernur Anies Baswedan mengunggah sebuah foto dirinya sembari membaca buku, seperti kebanyakan para orang tua yang selalu menyempatkan membaca buku tiap hari minggu pagi. Namun yang menarik, buku yang dibacakan oleh Anies adalah buku yang berjudul How Democracies Die.Â
Dikutip dari republika.co.id pada (22/11) dengan judul artikel Anies Baca Buku Bagaimana Demokrasi Mati, Sindir Siapa? postingan Anies yang kemudian diunggah di akun twitter  dan akun instagram @aniesbaswedan pribadinya tersebut.Â
Banyak media yang kemudian berasumsi bahwa Anies 'seakan' mengirimkan sebuah pesan tersirat tentanng kondisi perpolitikan saat ini. Anies melalui postingannya tersebut dianggap sebagai cara Anies untuk melakukan perlawanan terhadap 'elit istana'.Â
Meskipun Anies tidak mengatakan secara terang-terangan namun apa yang telah dilakukan oleh Anies merupakan 'sarkasme politik' terutama terkait dengan konflik kepentingan antara kelompok elit pemerintah maupun kelompok oposisi. Terlebih, bersamaan dengan momentum Anies dipanggil oleh Kapolda Metro Jaya terkait klarifikasi kasus 'kerumunan massa' pada selasa lalu (17/11).
Buku yang dikarang oleh Steven Levitsky dan Danniel Ziblatt berisikan tentang pentingnya toleransi antar pemegang kepenting baik kelompok yang berada di dalam lingkaran kekuasaan maupun luar kekuasaan.Â
Pada buku tersebut juga dijelaskan mengenai pentingnya penghormatan terhadap kelompok di luar pemerintah sebagai bentuk aspirasi politik agar pola demokrasi berjalan selaras dengan ''permusyawaratan mufakat''.Â
Dalam waktu 28 menit saja unggahan tersebut mendapatkan respon berupa 46.526 pemilik akun yang menyukai postingan Anies yang membaca buku tersebut serta menuai sebanya 2.340 komentar akun twitter dikutip dari okezone.co (22/11) dengan judul Anies Baca Buku How Democracies Die, Netizen: Judul Bukunya Kode Keras!
Di sisi lain, banyak juga Warga Net yang mendoakan agar selalu diberikan kesehatan kepada Anies dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai gubernur ditengah dengan hiruk-pikuk politik yang semakin 'memanas'.
Jika melihat postingan Anies yang membaca buku tersebut pnenulis berasumsi bahwa posisi Anies saat ini merupakan salah satu 'oposisi' yang berpangaruh dan satu-satunya berada dekat dengan 'elit pemerintah'. Karena pada saat pemilihan Gubernur DKI Anies merupakan satu-satunya kepala daerah yang didukung massive  oleh kelompok oposisi.Â
Berbeda halnya dengan tokoh oposisi lain seperti Fadli Zon, Fahri Hamzah, Amien Rais, hingga Rizieq Shihab, sosok Anies yang dianggap memiliki 'previlage' dalam melancarkan kritikan-kritikan terutama melalui sarkasme politik yang dibangun sehingga membentuk opini publik dan kesadaran kolektif dalam melakukan kritikan terhadap kondisi perpolitikan di negeri ini.Â
Sosok Anies diketahui juga memiliki simpatisan terbanyak kedua setelah Rizieq Shihab menurut versi penulis sehingga Anies sangat begitu dicintai oleh para pengikutnya juga menjadi modal Anies agar terus melakukan kritik pada pemerintah.