Mohon tunggu...
safar iqbal
safar iqbal Mohon Tunggu... -

saya adalah mahasiswa universital malikussaleh yang sedang menepuh jenjang pendidikan S1 di Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

“Oedjan” Tokoh Humahai yang Mendakwah di Tanah Dayak Mandomai

24 Desember 2013   01:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nisan Makam “Oedjan” (Perpaduan Unsur Budaya Islam dan Kaharingan) Foto: Dayakofborneo.blogspot.com

[caption id="" align="alignleft" width="360" caption="Nisan Makam “Oedjan” (Perpaduan Unsur Budaya Islam dan Kaharingan) Foto: Dayakofborneo.blogspot.com"][/caption] SEPERTI penyebaran Islam yang ada di daerah umum lainnya, Islam masuk ke daerah Mandomai melewati jalur perniagaan, pedagang dari daerah Kuin, Bandarmasih (Banjarmasin sekarang) Kalimatan Selatan yang sudah terlebih dahulu memeluk Agama Islam, mereka menyiarkan Agama  Islam sambil melakukan aktifitas perdagangannya. Diperkirakan Islam masuk ke daerah Mandomai sekitar abad ke-18, para penghuni “huma hai” pun tertarik dengan ajaran Islam yang menurut mereka sangat relevan dengan kehidupan manusia, penyebaran Islam begitu pesat di Mandomai, hal ini terbukti dari adanya pembauran budaya setempat dengan corak budaya Islam, seperti nisan makam yang berbentuk tinggi seperti sapundu (titian menuju surga menurut ajaran agama Kaharingan) berukirkan kaligrafi arab di sebuah makam seorang penghuni “huma hai” yaitu Oedjan. Perkembangan Islam di Mandomai ini berkaitan erat dengan seorang tokoh di “huma hai” yaitu Oedjan, orang tua Oedjan berasal dari daerah Palingkau, tepatnya Doesoen Timoer Patai, Oedjan adalah anak dari Damboeng Doijoe yang juga disebut seorang Temenggung Madoedoe yang merupakan sepupu dari Soetawana. Temenggung Madoedoe atau Damboeng Doijoe adalah anak dari Djampi yang merupakan kakek dari Oedjan yang sudah memeluk Ajaran Islam terlebih dahulu. Oedjan ini menikah dengan seorang gadis keturunan Portugis yang bernama Makaw (Saleh), dari perkawinannya ini mereka di anugerahi 9 orang anak yaitu Sahaboe, Oemar, Aloeh, Galoeh, Soci, Ali, Esah, Tarih, dan Njai. Pesatnya perkembangan islam diderah tersebut ditandai dengan dibangunnya sarana – sarana tempat ibadah, salah satu sarana tempat ibadah di daerah itu yang menjadi sorotan publik yaitu Mesjid Al-Iklas yang dikenal dengan Mesjid empat tiang guru. Mesjid empat tiang guru ini di prakarsai oleh empat tokoh masyarakat yaitu : Rahman Abdi bin H. Muhammad Arsyad (Kuin), Abdullah bin H. Muhammad (penghulu Mandomai), Sabri bin H.Muchtar, Sahaboe bin H. Muhammad Aspar. Nama-nama para pemprakarsa pembangunan mesjid ini terpahat di empat tiang mesjid Jami Al- Ikhlas. Editor : Safar syuhada Sumber :  www.misykah.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun