Mohon tunggu...
M.e.l.i. -
M.e.l.i. - Mohon Tunggu... -

www.kampungfiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

tentang Petualangan dan Kata-kata yang Berjumlah 50k

31 Januari 2011   14:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:01 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12964823932112257597

Pada awalnya adalah kata. Dari sekelompok orang penggila kata yang nekad menyusun kata-kata menjadi baris-baris, menjadi kalimat-kalimat, menjadi paragraf-paragraf, menjadi cerita-cerita yang berkata dengan kata-katanya sendiri.

Pada awalnya adalah kata yang dimulai dengan ketikan satu aksara yang dipilih oleh telunjuk, berbaris dan menari-nari di antara tuts keyboard, di atas selembar kertas bertuliskan jadwal keberangkatan, di layar ponsel segi empat, di dalam ingatan, berlompat-lompatan dalam pikiran, menjadi dentum-dentum di dada, menjadi kata-kata yang seperti air, mengalir jauh, menemukan kesejatiannya sendiri. Kata-kata. Itu.

Kembali lagi adalah kata-kata, yang berkumparan serupa gelombang-gelombang yang menggulungi lautan, pun ketika malam dan subuh melahirkan dongeng-dongeng tentang cinta yang purnama atau airmata, pun ketika siang dan senja bermonolog tentang isyarat kabar yang semakin kabur, orang-orang menulis puisi dari musim-musim yang rontok, dan cuaca adalah suatu persegi meja kerja di hadapan, menumpuk bersama lembar-lembar kertas kerja dan jadwal-jadwal yang semakin berpotongan seperti mozaik yang harus disusun dari menit-menit waktu yang menyelinap. Diam dan senyap.

Oh, seperti inilah kami para pecandu kata mencandui kata-kata. Membiarkan kata-kata bertransformasi menjadi mata, menjadi telinga, menjadi jari-jari kita yang terus berkata-kata, menjadi hati yang terus berkata-kata, menjadi keseluruhan dari kita sendiri. Selama Januari, kami lepaskan mereka menjadi beranak pinak, kata-kata yang melahirkan kata-kata yang lalu merahim dan membuat kata-kata yang berbaris dengan rapi di layar komputer yang menghitung sejarah kata-kata yang dinubuatkan oleh kami, orang yang mengumpulkan kata-kata yang berterbangan.

Maka kata-kata, satu demi satu berlepasan menemu hakikat mereka. Beberapa masih mengalir, riuh melengkungi riam-riam yang debur, mencari akhir di lengkung pelangi seperti yang selalu dikisahkan di penghujung cerita yang bahagia.Tetapi, oh, bukankah perjalanan adalah petulangan yang sungguh mendebarkan? Ia bisa saja menyerupai seorang ksatria yang melajukan perahunya mencari arah kompas matahari yang menjanjikan negeri tempat semua kata-kata menjadi puisi-puisi janji peri-peri. Namun kesejatian pencarian adalah esensi sedari kata pertama dipetakan, tak perlu entah ia akan menjadi sejumlah lima puluh ribu atau seribu.

Apa yang dapat dikatakan oleh huruf yang berkata-kata?

Adalah tentang kebersamaan para peramu kata-kata, yang dengan setia menjalin derai-derai tawa dan semangat mereka dalam kesederhanaan kesepakatan rasa, menjadi helai-helai hari yang terus berlepasan, terkadang jeda dalam nada atau ritmis dalam birama.

Kita. Para pencipta kata-kata. Yang membuat kulminasi. Yang nadir dalam ektase kesenangan kata. Kata-kata yang bersenang-senang dalam masa tiga puluh satu hari.

Setelahnya, kawan, kau tahu mereka masih akan bersenang-senang.

Saatnya pengakuan:

Sejujurnya, semenjak awal saya tidak pernah yakin bisa menyelesaikan 50 ribu kata dalam sebulan. Orang lain mungkin bisa, tapi saya? Yang punya jam kerja rata-rata mulai jam 7.30 pagi sampai jam 7.30 malam, Senin sampai Jumat dan Sabtu dimulai dari pukul 07.30 sampai 03.00 sore?  Apalagi, Januari adalah permulaan semester baru, dan mendadak kita diserahi setumpuk peraturan dan perencanaan yang baru pula. Proyek 50 ribu kata ini sepertinya mustahil bagi saya, ditambah dengan permulaan Januari yang saya mulai dengan bermesraan saja bersama tempat tidur karena sakit.

Tetapi, seorang perempuan yang-tidak-mau-disebut-namanya dan gerombolan penduduk Kampung Fiksi yang ceria, setiap hari mengirimkan pesan kata-kata mereka yang bertransformasi menjadi cerita-cerita yang bertunasan. Dan oh, ternyata saya iri dan terbakar oleh api semangat mereka yang merah!

Jadi, di malam hari sepulang kerja yang terkadang melupakan mandi (semoga anda yang membaca juga melupakan kalimat ini), di sela-sela jam kantor sembari membuat jadwal dan memeriksa setumpuk kertas, di antara kantuk sewaktu meeting (semoga bos tidak membaca ini), di hari Minggu yang terluput Imlek yang semakin menjelang, saya menulis. Saya, yang selama ini hanya menulis puisi, tulisan tidak jelas antara prosa dan diksi yang berlebihan, cerita-cerita pendek yang suka mendadak diperpendek dengan ending yang entah. Saya, yang selama ini menulis seperti angin di sore hari yang terkadang sanggup menerbangkan layang-layang dan lebih seringnya terdiam dalam senyap. Kawan, saya menulis panjang-panjang kali ini. Sebegitu panjang dan banyaknya, hingga sering saya merasa seperti tertimbun oleh kata-kata yang bergelombang itu.

Udara saya adalah kata-kata. Setiap titik air dalam hari-hariku adalah kata-kata yang menetes, yang buru-buru saya tampung dan simpan dalam pundi-pundi kata yang terus kuhitung. Kata-kata bahkan berkata-kata kepada saya di dalam mimpi!

Sungguh, kawan. Bersama kalian, Januari ini adalah petualangan kata yang sangat menakjubkan. Dan saya, luar biasa menikmatinya.

Rasanya tidak percaya bisa berada di garis akhir dan mengeja:

43K!

Meski masih belum sampai ke garis tempat 50 ribu kata itu ditasbihkan, bukan berarti saya tidak boleh melompat-lompat dan merayakan kemenangan ini, bukan? Kemenangan kata-kata. Kemenangan kita, kawan!

Kawan, saya sampai di sini, tetapi petualangan, aha! ia masih belum selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun