Salah satu hal yang tak mungkin kembali didunia ini yaitu waktu, apa yang kita lewati akan begitu cepat tak terbendung tak menunggu dan tak berbatas, ia diciptakan oleh Allah menjadi hal yang spesifik spesial serta sempurna, betapa tidak semua hal yang telah lewat tak mungkin kembali di kacamata hamba yang bernyawa, layaknya manusia ia pergi menjauh memberi ruang bisu menemukan arti serta makna tersendiri dan berkembang menjadi sebuah ilusi. Seolah begitu cepat lebih cepat dari kilatan cahaya.
Tahun ini masih belum berpuasa di kampung halaman, Beginikah rasanya hidup di rantau, setelah berkeluarga dan jauh dari anak, istri, Ada juga dimana merasa paling bersalah kalau dengar moment tetangga kontrakan pada nelpon orangtuanya panjang lebar, giliran mau nanya hanya sekedar bertanya kabar ke orang tua malah nomer gak aktif, SMS tak terkirim apalagi chat gak sampai-sampai Iya sih memang di alam barzah sudah gak ada lagi teknologi. Adanya teknologi langit cukup kirim doa saja.Â
Tapi untuk doa yang terlampau bertahun2 tapi gak ketemu langsung tetap saja berbeda, syukur2 kalau hadir di bunga tidur, kalau di ingat sejak ibu meninggal 6 tahun lalu baru juga ketemu gak lebih 10 kali dalam mimpi.Â
Yah bukan cengeng harfiah bagi saya anak terakhir yang belum merasakan anak-anak kecil saya di pangku ibu dari bapaknya. Di beri moment dan ingin juga sesekali merasakan perbandingan bagaimana istri saya dan mertuanya sparing partner dan sama-sama mensupport saya di berbagai bidang dunia khususnya menyoal ekonomi.
 Iya itu saja sebenarnya tidak lebih, Mau menyesal gak mungkin berseandainya. Semoga ayah dan ibuku tenang di barzah doaku menyertainya semoga di setiap detik hembusan nafasku menjadi pahala baginya karena telah membentukku hingga seperti sekarang ini.
Sebab itulah beberapa pendahulu pernah menyimpulkan sebab itu mental dan ujian berbeda. Kehadiran problem itu Bukan soal usia. Tapi soal kesiapan siapa yang siap dan yang belum mampu. Jadi demikian Sang Maha Pencipta memberi takdirnya lebih awal.
Saya pun berkesimpulan dibalik semua itu pasti ada akhir yang mulia.Â
Cerita ini sedikit mengurai lepas penatku, hingga tahun-tahun berlalu kelak menjadi jiwa yang bermanfaat dan amal baik yang telah tercapai kuserahkan semua kepada kedua orang tuaku.
hamba yang menyepiÂ
menjelang ramadhanÂ