Mohon tunggu...
Samsuni Sarman
Samsuni Sarman Mohon Tunggu... pegawai negeri -

guru smp standar nasional di kota banjarmasin anggota komunitas blogger Kayuh Baimbai Kalimantan Selatan suka menulis budaya, sastra, dan perjalanan wisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pawai Budaya di Kota Banjarbaru

24 April 2012   02:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:13 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu mendung persis diubun-ubun Balai Kota Banjarbaru, angin kencang yang bertiup di lapangan Murjani menyibak tenda dan umbul-umbul perhelatan hari ulang tahun Kota Banjarbaru. Warna kuning keemasan mendominasi warna dari kemeriahan suasana yang sejak pagi Jumat (20/4) sudah digelar berbagai moment acara hingga pada sore ini. Diujung timur alun-alun kota telah berjajar mobil yang akan mengikuti pawai budaya dari segenap warga dengan hiasan khas budaya daerah. Barisan depan terlihat paguyuban Seni Kuda Lumping dan Campur Sari 'Putra Birawa' yang mewakili daerah Jawa Timur, kemudian paguyuban Ludruk 'Setia Budi' dengan khas tarian remo. di belakangnya ada mobil hias dari Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan dengan dara cantik berbaju Bodo dan tarian anak-anak menggunakan tabung bambu sambil menyanyikan lagu bugis serta latar pasangan pengantin dengan baju bodo lengkap. Selanjutnya ada paguyuban budaya nusantara yang menampilkan gadis-gadis berpakaian adat daerah seperti galuh banjar, kebaya nasional, dan lainnya. Terlihat pula wakil dari budaya banjar yang diwakili oleh seni musik tradisional yang pada penampilan ini kurang siap dan miskin atraksi. Sementara di barisan paling belakang - tampak gagah dan berwibawa adalah paguyuban reog ponorogo dengan sepasang barongan 'dadak merak' diapit warok dan jathil dengan tarian yang gegap gempita dalam iringan musik gamelan. Pemandangan yang menarik wisatawan adalah tari jathilan yang dibawakan gadis-gadis yang lincah dan genit dengan irama mlaku dan irama ngracik. Jathilan ini merupakan tarian para pemuda yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda, namun saat ini digantikan oleh kaum wanita karena aspek feminisme. Sayang sekali kemeriahan ini hanya disaksikan segelintir masyarakat yang seharusnya aktif bergembira saat perayaan ulang tahun kota tercintanya. Walaupun peserta pawai berkeliling kota hampir sedikit sambutan warga yang terlihat. Malah panggung kehormatan pun sepi oleh undangan pejabat maupun partispan paguyuban. Masyarakat yang hadir hanya terlihat mengelilingi panggung kehormatan dan beberapa berada di tepi jalan sepanjang alun-alun saja. Mungkin, tahun depan dapat lebih banyak yang berpartisipasi, sebut saja paguyuban batak, minang, menado, bali, dan betawi - khususnya lagi paguyuban budaya urang banjar. Di akhir acara rombongan musik reog ponorogo dengan meriah dan sukacita menyanyikan lagu 'iwak peye' dengan irama gamelan koplo alias campur sari - ramailah pentonton turut mendendangkan lagu seraya tersenyum. Selamat Ulang Tahun, Kota Banjarbaru!

Reportase ini ditulis dalam blogposting 'parigal samsuni' dengan judul manangguk wisata di Pawai Budaya Kota Banjarbaru pada http://www.samsunisarman.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun