Dunia pendidikan di Indonesia tak akan pernah melupakan jasa Ki Hadjar Dewantara atau Soewardi Soerjaningrat yang dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 sebagai seorang pendidik dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Sebagai bangsawan Jawa, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat memiliki tekad yang besar untuk memperbaiki kehidupan masyarakat Jawa saat itu dengan membangun harkat kebangsaan melalui pendidikan. Selanjutnya dibentuklah Perguruan Taman Siswa tahun 1922 di Yogyakarta yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menikmati bangku persekolahan. Terobosan ini menjadi pijakan utama pendidikan rakyat di Indonesia, karena sebagaimana diketahui pada zaman penjajahan hanya para priyayi dan keluarga Belanda yang memperoleh pendidikan. Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2012 ini juga akan digelar pada instansi pemerintah, khususnya lembaga pendidikan. Tujuan peringatan Hardiknas 2012 ini adalah memperkuat komitmen seluruh pemangku kepentingan pendidikan tentang pentingnya/strategisnya pendidikan bagi peradaban dan daya saing bangsa, serta mengkomunikasikan atau mensosialisasikan kebijakan dan hasil-hasil pembangunan pendidikan nasional. Hal ini masih sejalan dengan hakikat pendidikan yang diwariskan Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti kekuatan batin, karakter, pikiran intellect dan jasmani anak didik. Semoga pendidikan kita semakin berkualitas dan semakin terbuka aksesnya bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan. Untuk mendukung lebih bermakna dan semangat peringatan Hardiknas 2012 ditetapkan tema yang memiliki visi ke masa depan, yaitu 'Bangkitnya Generasi Emas Indonesia'
Sesuai dengan tujuan peringatan Hardiknas 2012 ternyata kemampuan bersaing pendidikan nasional menghadapi era globalisasi masih sangat lemah. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya kualitas sumber daya manusia yang ada. Misalnya, rendahnya kemampuan bersaing tenaga kerja Indonesia bersaing dengan bangsa lain dalam memperebutkan lapangan kerja karena rendahnya pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai. Konsekuensinya, pendidikan harus dikonseptualisasikan sebagai suatu usaha dan proses pemberdayaan, yang benar-benar harus disadari secara kolektif, baik oleh individu, keluarga, masyarakat, lebih-lebih oleh pemerintah sebagai investasi masa depan bangsa. Tentu saja kualitas sumber daya pendidikan di Indonesia menunjukkan moralitas dan integritas kebangsaan yang kuat dengan menjauhi sikap korup, tidak jujur, berjiwa kreatif dan kewirausahaan serta memiliki visi ke depan yakni generasi emas yang dapat dibanggakan oleh semua pihak. Tantangan ini memerlukan peran signifikan dan antisipasi pendidikan, apakah pendidikan kita mampu mengakomodasi dan memberikan solusi dalam upaya memajukan dan memenangkan kompetisi global yang keras dan ketat, ataukah justru pendidikan nasional kita kembali terbelenggu pada konteks penjajahan baru dalam lingkaran globalisasi yang saling membelit.
Tulisan ini diposting melalui blog 'parigal samsuni' pada http://www.samsunisarman.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H