Mohon tunggu...
Samsul Bahri
Samsul Bahri Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Peneliti

Universitas Teuku Umar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Definisi Hidup Biasa-Biasa Aja

2 Januari 2022   11:30 Diperbarui: 2 Januari 2022   11:46 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu kecil, kita pernah bercita-cita untuk menjadi seorang dokter, pilot atau pemadam kebakaran dan berbagai profesi keren lainnya yang ada dalam imajinasi kita. Namun seiring berjalan waktu kehidupan mengajarkan kita untuk semakin realistis dalam menghadapi hidup seperti pergi sekolah sampai jenjang menengah atas, lalu melanjutkan kuliah, mencari kerja, memiliki banyak uang dan teman, bisnis sampingan, memiliki istri yang cantik dan keluarga yang bahagia. Semua tuntutan itu seolah wajib kita lakoni untuk mengejar kesuksesan hidup dan diakui secara sosial.

lalu pada kenyataannya, hanya sedikit orang yang bisa menjalani proses sesuai dengan tuntutan diatas seperti memiliki pendidikan yang bagus, karir yang mulus, menikah tepat waktu dan selalu dibanggakan oleh keluarga dan diakui secara sosial. Lalu bagaimana dengan sisanya?

Termasuk saya pribadi, kehidupan tidak sejalan dengan impian teori yang sering kita dengar dan kita idam-idamkan. Sekolah dengan kondisi serba kekurangan, kuliah sambil kerja yang harus diselesaikan meskipun harus sampai batas masa studi 7 tahun, hunting beasiswa untuk lanjut kuliah magister dan harus berkompetisi dengan orang-orang hebat lainnya agar dapat pekerjaan yang layak secara sosial.

Benar, hidup gak semulus cocot para motivator, karena pada akhirnya hanya kita yang menjalani dan  merasakan sakit dari proses yang kita perjuangkan. Lalu bagaimana dengan impian masalalu kita untuk menjadi seorang dokter, pilot atau pemadam kebakaran dan berbagai profesi keren lainnya? Apakah kita semua harus hidup dengan tuntutan sosial tersebut? Hidup sukses, memiliki pendidikan yang bagus, karir yang mulus, menikah tepat waktu dan selalu dibanggakan oleh keluarga dan diakui secara sosial? Jawabanya adalah tidak! karena kita tetap bisa hidup dan bahagian dengan konsep Ordinary Life tanpa harus memaksakan diri untuk menjadi sosok yang Extraordinary Life.

Ordinary Life atau hidup biasa-biasa aja tapi tetap bahagia adalah hal yang sulit untuk dicapai saat ini. Kita dapat melihat sendiri bagaimana orang membeli gadget baru setiap tahunnya, barang-barang terbaru setiap waktunya yang kadang semua barang tersebut bukan sesuatu yang harus dibutuhkan. Tapi karena tekanan Extraordinary Life dan diakui secara sosial maka kita pontang-panting cari duit untuk memenuhi nafsu tersebut. Contoh lain adalah berbagi setiap momen bahagia di media sosial baik itu achievement yang kita capai atau hal-hal menarik lainnya dengan tujuan agar kita dianggap dan diakui bahwa kita adalah seorang yang paling bahagia di bumi yang fana ini. Lalu apakah kamu merasa bahagia ketika sudah mendapatkan semuanya? Jawabannya adalah tidak, karena kita akan selalu hustle dengan kondisi tersebut seolah kita terjebak dalam konsep hidup Extraordinary Life yang akan membuat kita bahagia. Padahal sebenarnya kita sedang tertekan dan mencari pengakuan dari orang lain.

Betul sekali, hidup yang sangat melelahkan...

Atau mungkin kita terlalu fokus dengan barang-barang mewah yang selalu dipamerkan oleh teman-teman disekitar kita, kita sibuk dengan handphone yang 40% waktu jaga kita kita gunakan untuknya. Sehingga kita lupa untuk nongkrong dan ketawa bareng teman-teman yang sebenarnya peduli dengan kita. Kita lupa bahwa bahagia bukan hanya tentang barang-barang tapi juga tentang kebersamaan bersama teman-teman.

Tidak ada yang salah ketika kamu gagal dan ketika kamu tidak bisa menjadi seperti orang kebanyakan. Selama kamu berusaha dan berdoa maka kamu akan mendapatkan hasil yang terbaik untuk dirimu, bukan hasil yang kamu inginkan. Kenapa? Karena yang kita inginkan tidak selalu baik untuk diri kita. Kita tidak harus menjadi seperti Steve Job, Elon Musk, Jeff Bezos. Kita adalah kita dengan cita-cita terbaik yang kita impikan. Jangan jadikan dirimu seperti robot yang selalu harus bekerja keras dengan hasil yang selalu sempurna, jangan jadikan dirimu seperti Steve Job, Elon Musk, Jeff Bezos yang harus sukses diusia muda dengan latarbelakang keluarga yang susah. Kamu adalah kamu dengan narasi suksesmu yang berbeda.

Tidak ada yang salah ketika kamu belum memiliki pekerjaan diusia 30, belum menikah diusia 30, dan belum bisa memberikan barang-barang mewah untuk kedua orang tuamu. Yang terpenting adalah menjadi sosok yang baik, berusaha dengan keras dan selalu melibatkan tuhan dalam setiap upaya suksesmu. Maka yakinlah bahwa kamu akan menjadi sosok Steve Job, Elon Musk, Jeff Bezos versi yang lebih baik untuk dirimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun