Soal PKS, saya tidak tahan untuk tidak mencurahkan perasaan tentangnya. Bermula dari dihantamna PKS oleh badai -meminjam istilah Anis Mata- konspirasi yang mengena telak ke presidennya langsung Lutfi Hasan Ishaq. Saya hampir selalu mengikuti perkembangan yang ada di media. terutama opini yang berkembang bebas di Kompasiana. dan informasi yang saya dapatkan di PKS Piyungan, sebagai 400-an website politik terakses terbanyak di Indonesia versi alexa rank.
Ditambah rasa kagum saya karena partai ini menejadi tranding topik di dunia maya terutama sosmed diKompasiana terbanyak, terakhir saya buka 355.000 postingan. Wow!. di ikuti demokrat  sebanyak 107.000 postingan lalu disusul golkar 34.800 postingan.
Tentu saja postingan terkait PKS itu sangat beragam, setidaknya mereka semua terbagi menjadi tiga golongan. golongan pertama adalah golongan yang kontra terhadap PKS, bahkan hingga taraf menjelek-jelekkan PKS. Yang kedua adalah golongan yang lebih cenderung untuk mengamati perkembangan.
Dan yang ketiga adalah golongan yang secara aktif mendukung PKS dan memberi ruang untuk menjelaskan sosok PKS yang sebenarnya, baik melalui kronologi peristiwa maupun pengalaman yang dirasakan selama berinteraksi dengan PKS.
Saya bukan orang yang mengetahui detil tentang PKS, saya mengenalnya lewat kegiatan-kegiatannya. baik kegiatan pembinaan maupun kegiatan sosial yang dilakukan oleh PKS. selain itu saya dapatkan melalui media, baik berita TV maupun sosial media. Dan itu bukan dalam waktu yang lama hanya tiga tahun terakhir ini.
Bagi saya, selama berinteraksi dengan PKS ini saya mendapat suntikan pembaharuan keperibadian yang sangat radikal. Saya katakan radikal tidak mengarah pada Islam garis keras yang selama ini dipahami. Tetapi  perubahan kepribadian kontras antara kehidupan saya saat sebelum berinteraksi dengan PKS dan sesudah berinteraksi dengannya.
Dari pehaman yang eksklusif  dan cenderung mengannggap cara pandang saya terhadap Islam yang paling benar kala itu, menjadi pribadi yang memami Islam lebih utuh, universal, dan moderat, dan lebih menghargai golongan lain, dalam rangka memperkuat bangunan Islam melalui cara-cara atau gerakan yang berbeda.
Dan ketika badai -meminjam istilah Anis Mata- konspirasi besar melanda PKS, saya secara tidak sadar turut terkena kebimbangan dan keraguan. Apakah betul, nilai-nilai yang diajarkan selama berinteraksi dengan PKS benar-benar ditegakkan dilingkungan PKS bahkan dikalangan elitnya? dalah hati saya kembali bertanya-tanya tentang afiliasi saya terhadap PKS.
Dalam masa ini, saya cenderung untuk tidak tergesa-gesa dalam mengambil sikap. Hal ini rupanya terjadi pula pada beberapa kawan saya. ada pertanyaan-pertanyaan yang mencuat mengkonfrontasi eksistensi PKS sebagai sebuah partai dakwah.
Saya mengikuti perkembanga media, terutama opini yang berkembang di sosial media (saya cenderung enggan untuk mengikuti berita dari televisi, karena alasan tersendiri), terutama pendapat para analis dan opini yang berkembang di Kompasiana, lalu  memadukannya dengan informasi awal terkait PKS yang saya dapatkan selama berinteraksi dengan PKS dan nilai kebenaran yang saya yakini.
Ya... Saya yakin, memang ada konspirasi untuk menjatuhkan PKS. Keyakinan saya ini menciptaka kekaguman pada PKS ini. Â setidaknya ada beberapa hal yang menumbuhkan keyakinan saya itu.