Di sisi lain, pangsa Cina akan tumbuh menjadi sekitar 18% pada tahun 2030, dan India akan meningkat menjadi sekitar 6%. Perkiraan ini juga menunjukkan bahwa pada tahun 2030, PDB China akan sebesar AS, dan PDB India akan melampaui PDB Jepang.
Perkiraan ini dihasilkan dengan rekayasa ulang perhitungan untuk faktor pertumbuhan, yaitu dengan meramalkan investasi dalam tenaga kerja dan modal, dan kemudian menambahkan Total Factor Productivity (TFP) untuk menghitung potensi pertumbuhan ekonomi.Â
Saat meramalkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang, penting untuk memperhitungkan perubahan komposisi populasi. Sebagai penjelasan sederhana dari struktur model ini, yang pertama addalah menentukan investasi dalam tenaga kerja dengan memperkirakan populasi usia kerja di masa depan (mereka yang berusia antara 20 dan 65 tahun) menggunakan perkiraan data populasi dari PBB.
PDB per kapita negara maju dengan negara berkembang yang tetap tidak berubah hingga tahun 2030. Pada bagian ini, berfokus pada perubahan PDB per kapita dari dua kelompok yang berbeda: negara maju di Amerika Utara, Eropa Barat, Jepang, dan NIE (Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong);Â
dan negara berkembang di Cina, India, Amerika Latin, Eropa Timur / Eurasia, Timur Tengah, dan Afrika. Pada tahun 2030, PDB per kapita Amerika Latin akan menjadi sekitar $ 30.000, dan PDB Cina akan meningkat menjadi sekitar $ 20.000. Jika mempertimbangkan inflasi, tingkat ini masih tidak akan sama dengan negara-negara maju.
Sementara itu perbedaan antara negara maju dan berkembang akan terjadi, negara berkembang akan memiliki kehadiran ekonomi yang lebih besar. Dari perspektif perusahaan Jepang, strategi global hingga saat ini telah menyebabkan ekspansi di negara-negara barat dengan lingkungan ekonomi yang mirip dengan Jepang.Â
Setelah mencapai tujuan tersebut, perusahaan kemudian melakukan ekspansi ke negara berkembang yang berperingkat lebih rendah, meskipun dalam skala yang lebih kecil. Namun, ke depan perusahaan harus mengarahkan fokus strategisnya pada negara berkembang, terutama negara maju yang mengalami pertumbuhan tinggi.
Pada tahun 2020 Â dunia dilanda pandemic Covid-19 yang membuat seluruh perekonomian negara turun. Mulai dari pertumbuhan ekonomi yang minus hingga beberapa negara mencapai resesi hingga PDB yang turun drastis jika dibandingkan 5 tahun kebelakang.Â
Dengan berlakunya lockdown sementara di beberapa negara seperti Australia dan Cina membuat pertekonomian negara tersebut mejadi buruk. Perdagangan internasional terhenti sementara yang membuat pendapatan negara menjadi turun. Hal ini membuat target rencana pertumbuhan di setiap negara menjadi mundur.
Pandemi Covid-19 yang memicu krisis ekonomi di berbagai negara ini juga menyebabkan PDB dunia turun menjadi minus 3 persen dan mengakibatkan kerugian hingga $12 triliun dalam dua waktu ke depan menurut International Monatery Fund (IMF). Â
Prospek pemulihan pasca-pandemi juga masih diambang ketidakpastian karena penularan virus yang tidak terduga, menurut IMF dalam laporan World Economic Outlook yang diperbarui. Menurut riset yang dibuat oleh Economist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan Indonesia masih berada di angka positif, dengan memiliki PDB riil sebesar 1% pada 2020 ini.Â