Mohon tunggu...
Mh Samsul Hadi
Mh Samsul Hadi Mohon Tunggu... profesional -

Bergabung “Kompas” pada 2002, tiga tahun setelah memulai petualangan di ranah sepak bola. Meliput antara lain Piala Asia 2000 Lebanon; Asian Games 2006 Doha, Qatar; Piala Eropa 2008 Austria-Swiss; Piala Konfederasi 2009 Afrika Selatan; Piala Dunia 2010 Afrika Selatan; Piala Eropa 2012 Polandia-Ukraina. Sejak April 2014, bertugas di Desk Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamat Datang... Akreditasi Ini Tiket Anda Naik Kereta

6 Juni 2008   21:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:26 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_20602" align="alignnone" width="225" caption="Akreditasi Euro 2008 seperti ini yang menjadi tiket naik kereta "][/caption] Stadion itu persis terletak di samping Jalan Route des Jeunes, salah satu ruas jalan yang menghubungkan Geneva dengan beberapa kota di Perancis, termasuk Lyon dan Paris. Itu terlihat jelas dari papan penunjuk arah di permulaan ruas jalan itu. Menurut informasi, jarak Geneva-Paris adalah 540 kilometer atau sekitar lima jam dengan kendaraan darat. Stade de Geneve, begitu nama stadion tersebut. Stadion markas klub Divisi II Liga Swiss, Servette FC, ini mulai digunakan tahun 2003 setelah tiga tahun dibangun. Berarti saat menggelar Euro 2008, stadion itu sudah lima tahun digunakan, termasuk untuk perhelatan laga persahabatan Argentina versus Inggris (12 November 2005) yang dimenangkan Inggris 3-2; dan Selandia Baru versus Brasil (4 Juni 2006) yang dimenangkan Brasil 4-0. Dari penglihatan sekilas dari pinggir Jalan Route des Jeunes, stadion itu tidak terlalu megah. Setidaknya tidak semengkilap pada gambar yang terpampang pada situs resmi stadion (www.stade.ch) atau situs Euro 2008 (www.euro2008). Yang menonjol pada stadion berkapasitas 30.000 penonton itu adalah bangunan tembok dengan tiang-tiang penyangga atap yang melingkar di bagian atas stadion. Siang itu, Stade de Geneve mulai didatangi suporter Portugal dan Turki. Mereka bergerombol di halaman, menantikan timnas masing-masing menjalani laga perdana di turnamen paling akbar se-Eropa. Loket penjualan tiket (ticket box) di pinggir jalan masih buka dan dijaga staf, tetapi tercantum tulisan "sold out".Satu hal yang pertama-tama terpikir saat tiba di kompleks stadion itu, bagaimana menemukan tempat mengambil akreditasi liputan Euro 2008. Panitia telah mengumumkan, akreditasi bisa diambil di salah satu dari delapan stadion penyelenggara di Swiss (Geneva, Bern, Basel, dan Zurich) dan Austria (Wina, Klagenfurt, Innsbruck, dan Salzburg). Setelah bertanya sana-sini, akhirnya ketemu juga tempat itu. Pusat akreditasi itu terletak di sisi kanan Stade de Geneve dan hanya berupa bangunan tidak permanen dengan beratapkan tenda putih. Luas ruangan depan untuk melayani calon penerima akreditasi hanya sekitar 10 x 10 meter persegi. Setelah melewati pintu masuk, terdapat meja resepsionis di sebelah kiri yang memajang beberapa press kit. "Selamat datang," sapa resepsionis itu ramah. Pengunjung yang ingin mengurus akreditasi dipersilakan masuk ke ruangan di sebelah kanan yang hanya disekat papan. Di ruangan itu, ada tiga atau empat petugas dengan komputer di meja masing-masing. Seorang petugas perempuan hanya meminta paspor untuk menerbitkan akreditasi itu. Hanya dengan beberapa kali memencet tombol keyboard komputernya, ia telah menemukan data yang dicari. Dan dalam waktu tidak kurang dari satu menit, keluarlah print out akreditasi itu. Inilah piranti utama dan paling vital untuk mendapatkan akses memasuki stadion-stadion, tempat-tempat latihan, markas tim, dan lain-lain yang terkait penyelenggaraan turnamen Euro 2008. "Its purpose is to enable working staff to perform their jobs and to prevent interference from those without such a function," demikian UEFA menegaskan fungsi akreditasi itu. Sebegitu cepat dan mudahkah urusan akreditasi itu? Jika melihat ujung cerita, sepertinya demikian. Namun, jika dirunut dari awal, urusan akreditasi itu memakan waktu berbulan-bulan. Lima bulan sebelum kick-off Euro 2008, UEFA melalui situsnya mengumumkan telah membuka pendaftaran akreditasi itu, tepatnya mulai 3 Desember 2007. Sejak itulah, perburuan akreditasi dimulai. Calon pendaftar akreditasi diminta mendaftarkan diri melalui portal khusus (https://media.fame.uefa.com). Diterima atau tidak pengajuan akreditasi itu, sepenuhnya mutlak di tangan UEFA tanpa bisa diganggu gugat. Oh ya..., saat mendaftar pada portal tersebut, UEFA juga meminta profil singkat dan contoh karya tulisan. UEFA seperti ingin menyaring dan diyakinkan bahwa pendaftar memang benar-benar dari media. Namun, ada teman yang mengaku tidak diminta persyaratan itu. Lucu juga... prosedur kok bisa berbeda-beda. Selama proses menunggu kepastian diterimanya pengajuan akreditasi itu, saya mencoba bertanya via email: "Apakah UEFA menetapkan kuota tertentu bagi media dari satu negara tertentu, negara non-Eropa misalnya?" Dalam email balasan, mereka menjawab: "Jangankan negara non-Eropa yang bukan peserta turnamen, kami pun menetapkan kuota untuk media dari Eropa." Wah, ciut juga mendapat penjelasan seperti itu. Desember berlalu..., Januari...., Februari...., belum ada jawaban. Dalam situsnya, mereka menyatakan bahwa pertengahan Februari keputusan soal akreditasi keluar. Bagi yang akreditasinya disetujui, diharapkan segera mem-booking partai-partai yang akan diliput. Namun, terkadang kita tidak bisa saklek begitu saja menuruti prosedur itu. Meski belum mendapat persetujuan akreditasi, saya tetap mem-booking partai-partai yang mau diliput. UEFA konon kaku dan saklek dengan aturan dan prosedur. Namun, itu bukan berarti prosedur kaku mereka tidak bisa ditembus. Yang dibutuhkan adalah tekad, agak "ngotot", plus keberuntungan. Ini cerita dua orang teman saat mengurus akreditasi itu. Keduanya sama-sama terlambat atau telah melewati batas waktu (deadline) pendaftaran yang ditetapkan UEFA, 31 Januari 2008. Teman pertama mengaku sudah mengeluarkan semua jurus bujuk rayunya pada staf UEFA agar mau menerima pendaftaran akreditasinya, tetapi UEFA menolak. Teman satu lagi juga merayu UEFA dan agak sedikit "ngotot", eh... UEFA mau mengeluarkan akreditasi untuk dia. Ketika akhir Februari akreditasi itu belum keluar, was-was dan dag-dig-dug mulai menyergap. Tak ada jalan lain kecuali mengintensifkan kontak dengan ofisial UEFA. Akreditasi itu akhirnya keluar juga pada akhir Maret. Plong rasanya. Bagaimana bisa tahu pengajuan akreditasi itu sudah disetujui UEFA? Menurut UEFA, mereka akan menghubungi kepastian diterima atau ditolaknya akreditasi itu lewat email atau pesan layanan singkat (SMS). Jika itu tidak terjadi, seperti yang saya alami, kita harus pro-aktif menanyakan hal itu pada mereka. Selain itu, lewat postal khusus (https://media.fame.uefa.com) kita bisa mengecek status akreditasi tersebut. Saat mendaftar, status akreditasi itu berbunyi "submitted". Jika akreditasi sudah disetujui, status itu berganti menjadi "approved". Begitulah, proses untuk mendapatkan akreditasi itu tidak sesederhana saat mengambilnya. Butuh waktu dan prosedur agak panjang plus sedikit ketegangan. Kata kuncinya adalah mematuhi prosedur dan deadline, kontak intensif dengan UEFA, memperlihatkan keseriusan, jika diperlukan juga sedikit ngotot, dan yang terakhir, tentu saja, luck! Catatan tambahan --ini tidak tertulis, tetapi beredar di kalangan media-- jika sudah mendaftarkan akreditasi dan wartawan media yang bersangkutan batal meliput tanpa pemberitahuan, UEFA konon akan mem-black list media tersebut. Artinya, pada turnamen berikutnya, media tersebut sulit mendapatkan akreditasi event-event UEFA. "Dengan akreditasi ini, Anda bisa menggunakan transportasi kereta dan bus di Swiss dan Austria secara gratis," kata staf UEFA yang menerbitkan akreditasi di Stade de Geneve itu. Ia mengingatkan soal kebijakan UEFA yang menggratiskan pemegang akreditasi Euro 2008 untuk memanfaatkan kereta kelas 1 (first class), bus kota, atau perahu (khusus di Swiss) hingga 30 Juni 2008. Bahkan, bukan hanya pemegang akreditasi, seluruh pemilik tiket pertandingan juga digratiskan menggunakan moda-moda transportasi publik ini. Inilah untuk pertama kali dalam sejarah Piala Eropa, pemilik tiket digratiskan naik kereta dan bus di Swiss dan Austria. Luar biasa! "Setelah menerima akreditasi ini, silakan Anda mengambil press kit di meja resepsionis. Selamat bertugas," lanjut staf tadi. "Oh ya... Di sini juga ada relawan asal Indonesia. Mungkin Anda ingin bertemu dengannya, saya bisa antar Anda. " *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun