Mohon tunggu...
Mh Samsul Hadi
Mh Samsul Hadi Mohon Tunggu... profesional -

Bergabung “Kompas” pada 2002, tiga tahun setelah memulai petualangan di ranah sepak bola. Meliput antara lain Piala Asia 2000 Lebanon; Asian Games 2006 Doha, Qatar; Piala Eropa 2008 Austria-Swiss; Piala Konfederasi 2009 Afrika Selatan; Piala Dunia 2010 Afrika Selatan; Piala Eropa 2012 Polandia-Ukraina. Sejak April 2014, bertugas di Desk Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Panser Jerman Mati Kutu di Klagenfurt

12 Juni 2008   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:26 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kroasia melaju ke babak perempat final Piala Eropa 2008 setelah menumbangkan tim favorit Jerman 2-1 (1-0) pada lanjutan laga Grup B di Stadion Woerthersee, Klagenfurt, Austria, Kamis (12/6). Dua gol Kroasia diceploskan gelandang Darijo Srna menit ke-24 dan striker Ivica Olic menit ke-62.  

Jerman memperkecil kekalahan lewat gol striker yang sempat diplot gelandang, Lukas Podolski, menit ke-79. Dengan kekalahan ini, laju tim ”Panser” ke perempat final tertahan sementara. Mereka baru bisa memastikan tiket perempat final itu pada laga terakhir grup melawan tuan rumah Austria di Wina, Senin mendatang.

 

Kroasia menjadi tim kedua yang lolos ke perempat final setelah Portugal. Tim asuhan Pelatih Slaven Bilic itu juga menyisakan satu partai lagi, melawan Polandia, di Klagenfurt. Namun, dengan lolosnya ke perempat final lebih cepat daripada Jerman, mereka bisa mengistirahatkan beberapa pemain kuncinya pada laga tersebut. 

  

Pada laga tersebut, Jerman kehilangan satu pemain menjelang laga berakhir. Gelandang kiri Bastian Schweinsteiger, yang baru masuk menit ke-66 sebagai pengganti striker Mario Gomez, dikartu-merah langsung oleh wasit Frank De Bleeckere (Belgia) karena menghajar gelandang Kroasia, Ivan Rakitic.

 

Kekalahan Jerman atas Kroasia itu mengingatkan pada kekalahan serupa di perempat final Piala Dunia 1998. Saat itu, tim Panser dilibas Kroasia 0-3, di mana Slaven Bilic juga tampil sebagai pemain. Mereka juga kehilangan satu pemainnya, Christian Woerns, yang diusir keluar lapangan menit ke-40.

 

Namun, bukan karena faktor kehilangan pemain, Jerman kali kalah. Mereka benar-benar tampil buruk sepanjang 90 menit. Tidak ada koordinasi antarlini, barisan pertahanan yang rapuh, lini tengah yang miskin imajinasi, dan lini depan yang monoton.

 

Nyaris tidak terlihat peran sang kapten, Michael Ballack, untuk membangkitkan moral rekan-rekannya. Gelandang Chelsea itu praktis menghabiskan waktunya di lapangan dengan terlalu sering memprotes keputusan wasit. Tim Jerman, salah satu tim favorit juara di turnamen ini, bermain tanpa arah.

 

Dengan kemenangan tersebut, Kroasia praktis membalas kekalahannya dari Jerman 1-2 pada perempat final Piala Eropa 1996 di Old Trafford, Manchester. Pada laga itu, Bilic juga ikut memperkuat tim Kroasia. ”Ini kemenangan besar bagi kami. Jerman adalah tim kuat dan difavoritkan banyak pihak akan juara. Tapi, dengan kemenangan ini, kami juga layak menjadi favorit juara,” kata Bilic dalam jumpa pers.   

 

Motor Modric   

     

Sejak menit pertama babak pertama, Kroasia mendikte permainan lewat umpan-umpan terukur antarlini. Dengan motor serangan duet gelandang kapten Niko Kovac-Luka Modric, mereka membuat kalang kabut barisan belakang Jerman. Gempuran langsung dari poros serangan itu ditopang dengan variasi umpan-umpan lambung dari Ivan Rakitic (kiri) dan Darijo Srna (kanan).

 

Tekanan Kroasia semakin menyengat menit ke-20. Setelah digoyang dari berbagai penjuru, pertahanan tim Panser akhirnya jebol empat menit kemudian. Berawal dari kerja sama tik-tak dengan gelandang kiri Rakitic, bek kiri Danijel Pranjic melepaskan umpan silang ke kanan.

 

Gelandang kanan Srna dengan sigap menyambut umpan emas itu dengan sekali sontekan kaki kanannya, yang gagal diantisipasi bek kiri Jerman, Marcell Jansen. Gol itu membuat Stadion Klagenfurt bergemuruh oleh sorak-sorai suporter Kroasia yang berada persis di belakang gawang kiper Jens Lehmann. Asap kembang api mengepul di tribun suporter Kroasia.

 

Merasa berdosa atas terjadinya gol itu, tak lama kemudian Jansen merangsek ke depan dan melontarkan umpan silang ke depan gawang. Bola disambut tandukan Gomez, tetapi melambung. Lewat tendangan bebas, Ballack juga berusaha menggempur gawang Kroasia. Akan tetapi, itu terlalu mudah bagi kiper Kroasia Stipe Pletikosa yang menepis bola tendangan Ballack.

 

Kroasia seharusnya bisa menambah lebih dari satu gol. Tiga menit menjelang turun minum, striker Niko Kranjcar mendapat peluang emas melalui tendangan voli di mulut gawang Lehmann yang kemudian menepis bola. Satu menit sebelum babak pertama berakhir, Gomez terlihat melesakkan bola ke gawang, tetapi itu tidak dianggap gol karena diawali pelanggaran atas kiper Pletikosa.

 

Perubahan strategi gagal

Di babak kedua, Pelatih Jerman Joachim Loew mencoba strategi lain. Karena pertahanan kiri sering jebol, ia menarik Jansen dan memasukkan gelandang David Odonkor. Odonkor diposisikan di gelandang kanan, sementara Clement Fritz yang menempati posisi itu sejak menit awal digeser ke bek kanan.

 

Philipp Lahm, yang awalnya diplot di bek kanan, dipindah ke bek kiri. Perubahan strategi itu seperti akan membuahkan hasil. Lewat penetrasi Lahm, misalnya, bola sempat menghunjam ke gawang Kroasia meski itu dimentahkan kiper Pletikosa. Namun, serangan pemain-pemain Jerman terlalu monoton.

 

Mereka hanya mengandalkan bola-bola lambung, yang mudah dibaca dua bek tengah Kroasia, Josip Simunic dan Robert Kovac. Tidak hanya itu, kekompakan juga mulai terganggu. Podolski, yang kini menyamai striker Spanyol David Villa dalam mengoleksi gol (tiga buah), terlihat berang saat umpannya tidak direspon Gomez.

 

Dalam situasi seperti itu, tepatnya menit ke-62, Jerman kembali kebobolan. Berawal dari tendangan Rakitic dari sayap kanan, bola mengenai tiang kiri gawang Lehmann, lalu memantul ke mulut gawang, dan langsung disambar Olic. Gol kedua itu semakin melumpuhkan mesin tim Panser.

 

Dalam posisi tertinggal dua gol. Loew kembali mencoba strategi lain. Gelandang kiri Bastian Schweinsteiger dimasukkan, menggantikan Gomez. Sementara Podolski dikembalikan ke posisi semula sebagai striker, berduet dengan Miroslav Klose. Formasi ini sempat menyegarkan permainan Jerman.

 

Dari kerja sama cantik antara Lahm, Schweinsteiger, Ballack, dan Klose, Podolski menceploskan gol menit ke-79. Gol ini sempat membangunkan suporter Jerman, yang sejak babak pertama lebih banyak terdiam. Namun, waktu terlalu sempit bagi Jerman sehingga hingga peluit akhir mereka gagal mengejar ketertinggalan. Bahkan, mereka kehilangan Schweinsteiger yang harus absen pada laga berikutnya.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun