DALAM kunjungan ke Cape Town untuk meliput semifinal Uruguay versus Belanda, Selasa (6/7) lalu, saya hanya punya waktu tiga hari dan tiga malam. Datang Senin siang, balik lagi ke Johannesburg, Rabu sore. Bagaimana agar “tidak rugi” dan bisa menikmati indahnya salah satu kota wisata paling top di dunia itu secara menyeluruh di sela-sela liputan Piala Dunia 2010?
“Anda harus naik ‘Hop On-Hop Off’,” katanya. Apakah “Hop On-Hop Off” atau disingkat “Ho-Ho” itu? Ia bercerita panjang lebar soal "Ho-Ho", membuat hati penasaran, dan ingin mencobanya. Seusai mengirim berita harian ke redaksi Jakarta dari Media Center Stadion Green Point, sore itu 5,5 jam sebelum kick-off semifinal Uruguay versus Belanda, kaki ini melangkah menuju titik awal pemberangkatan "Ho-Ho".
"Ho-Ho" adalah bus bertingkat dengan atap terbuka yang mengelilingi Kota Cape Town, berhenti dari satu titik tempat wisata ke titik lainnya. Bus itu bercat merah menyala sehingga mudah dikenali. Jika tidak hujan dan cuaca lagi cerah, sangat tepat memilih tempat duduk di bagian atas. Tinggal berbekal baju tebal atau jaket, topi, plus kaca mata antisinar matahari, pemandangan Cape Town bisa dilahap dalam waktu singkat.
Dari bagian atas bus dengan atap terbuka, pandangan bisa menyapu luas segala sudut kota yang dilewati “Ho-Ho”. Titik awal yang ditunjukkan Burton dan yang terdekat dari Stadion Green Point adalah Two Oceans Aquarium V & A Waterfront.
[caption id="attachment_188976" align="alignnone" width="300" caption="Seorang wisatawan tengah memotret kincir raksasa dengan latar belakang pemandangan Table Mountain dari bagian atas dengan atap terbuka bus tour “Hop on-Hop off” di Cape Town. (Foto oleh Mh Samsul Hadi)"][/caption]
“Bus itu berhenti di 17 tempat pemberhentian dan akan membawa Anda kembali ke Waterfront, melewati Benteng Good Hope, Pantai Camps Bay, dan tempat-tempat wisata lainnya,” ujar Burton. Dari satu bus ke bus lainnya hanya berselang 15-20 menit. Persis di sisi Two Ocean Aquarium V & A Waterfront, sebuah bus merah berlantai dua dengan atap terbuka terparkir dan siap berangkat.
Penumpang bisa membeli tiket di loket atau langsung pada sopir, bisa dengan uang cash atau kartu kredit. Sekali tour, harga tiket 200 Rand (Rp 240.000) untuk orang dewasa, 60 Rand (Rp 72.000) untuk anak berusia 5-15 tahun, sedang anak berusia di bawah lima tahun (balita) gratis. Selain sopir, di bus itu satu petugas yang membantu melayani penumpang. Sore itu, penumpang “Ho-Ho” belum penuh. Tetapi, tidak ada istilah ngetem menunggu penumpang penuh. Ketika jadwal harus berangkat, “Ho Ho” pun tancap gas. Setiap penumpang mendapat brosur atau leaflet petunjuk rute yang dilewati dan satu set headphone merah.
Headphone itu untuk ditancapkan pada colokan di dinding samping kursi, untuk mendengar panduan soal objek-objek wisata, lengkap dengan sejarahnya. Hal itu sangat efektif memberikan panduan informasi, tanpa harus mempekerjakan petugas yang cas-cis-cus berbicara lewat mikrofon. Bagi yang tidak ingin terganggu suara orang berbicara, tinggal melepas headphone tersebut dan bisa memuaskan diri dengan “cuci mata”.
Menurut panduan, ada 14 bahasa yang digunakan dalam panduan lewat headphone itu. Selain bahasa Inggris, tersedia misalnya panduan dalam bahasa Perancis, Portugal, Arab, bahasa negara-negara Skandinavia, dan lain-lain. “Mohon ketika bus bergerak, penumpang agar tetap duduk,” demikian salah satu bunyi panduan, yang kerap diulang-ulang.
Jalanan mulus
Namanya juga bus untuk tur wisata, “Ho-Ho” tidak melaju kencang. Dengan kecepatan sedang, bahkan sedikit merambat, tidak perlu khawatir topi bakal melayang. Ditambah dengan kondisi jalan yang mulus, tanpa polisi tidur atau jalan berlubang, tidak terasa banyak guncangan saat menikmati pemandangan dari bagian atas dengan atap terbuka.
Dari Waterfront, bus bergerak menyusuri jalanan Kota Cape Town, melewati beberapa titik objek wisata, seperti Menara Jam (Clocktower), Gereja Katedral St George, Museum Afrika Selatan, Benteng Good Hope, pusat permata Afrika, dan berhenti beberapa saat di Table Mountain untuk member kesempatan penumpang makan-minum ringan atau ke toilet.
[caption id="attachment_188977" align="alignnone" width="300" caption="Wisatawan di bagian atas dengan atap terbuka bus tour “Hop on-Hop off” menikmati pemandangan Kota Cape Town dengan latar belakang pemandangan Table Mountain di Cape Town. (Foto oleh Mh Samsul Hadi)"][/caption]
Perjalanan sedikit mendebarkan ketika bus menuju Table Mountain. Jalanan agak menanjak dan sedikit berkelok-kelok. Namun, perasaan berdebar-debar itu terbayar dengan suguhan lanskap pemandangan Kota Cape Town dari ketinggian. Jika terasa mabuk atau pusing, penumpang disarankan turun ke bagian bawah.
“Kalian turun karena mual dan pusing ya?” tanya petugas pada dua gadis yang sejak dari Waterfront duduk di bagian atas kursi terdepan. “Enggak. Kami hanya merasa kedinginan di atas,” jawab salah satu dari mereka. Di tengah musim dingin di Afrika Selatan seperti sekarang, penumpang di bagian atas memang harus kuat menahan rasa dingin.
Informasi sangat lengkap
Satu hal yang mengagumkan dari layanan “Ho-Ho” itu, kelengkapan informasi yang disajikan lewat panduan otomatis via headphone tersebut. Panduan berisi tentang apa saja yang bisa dinikmati sebuah objek wisata, latar belakang sejarahnya, dan segala hal terkait objek wisata itu. Diiringi music-musik lokal, panduan itu misalnya bertutur tentang situasi Afrika pada era apartheid, juga soal sejarah awal mula Cape Town, dan lain-lain.
Nama “Indonesia” disebut ketika panduan itu menyinggung soal budak-budak yang didatangkan Belanda era kolonialisme. “Cape Town adalah titik pertemuan tiga unsur peradaban: Timur, Barat, dan Afrika,” demikian klaim dalam panduan tersebut. Sedemikian lengkap informasi itu, ketika melewati sebuah bioskop tua, dituturkan, ”Hingga kini bioskop itu masih dibuka dan setiap pengunjung diberi minuman wine. Jadi, Anda bisa menonton film sambil menyeruput wine.”
[caption id="attachment_188978" align="alignnone" width="300" caption="Dari bagian atas dengan atap terbuka bus tour “Hop on-Hop off”, para wisatawan bisa menikmati keindahan panorama sepanjang pesiri pantai di Cape Town. (Foto oleh Mh Samsul Hadi)"][/caption]
Demikianlah, dua atau tiga jam mengelilingi Cape Town dengan “Ho-Ho” seolah seperti telah melahap seisi kota wisata itu. Tidak perlu tinggal berhari-hari, yang tentu memakan biaya lebih besar, tour kota dengan “Ho-Ho” menjadi solusi tepat bagi mereka yang hanya tinggal singkat di Cape Town, kota indah nan memesona.*
-----------------
* Tulisan ini dimuat di Harian "Kompas" edisi Jumat, 9 Juli 2010.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H