Mohon tunggu...
Mh Samsul Hadi
Mh Samsul Hadi Mohon Tunggu... profesional -

Bergabung “Kompas” pada 2002, tiga tahun setelah memulai petualangan di ranah sepak bola. Meliput antara lain Piala Asia 2000 Lebanon; Asian Games 2006 Doha, Qatar; Piala Eropa 2008 Austria-Swiss; Piala Konfederasi 2009 Afrika Selatan; Piala Dunia 2010 Afrika Selatan; Piala Eropa 2012 Polandia-Ukraina. Sejak April 2014, bertugas di Desk Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Euro 2008, Pestanya Para Penikmat Bola

11 Juni 2008   23:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:26 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Alangkah indahnya Piala Eropa 2008. Enam belas gol dari delapan laga putaran pertama, sebagian besar gol-gol cantik. Permainan menawan tim-tim peserta; sejauh ini belum ada kartu merah. Tak ada bentrokan antarsuporter. Semua tim favorit menyuguhkan permainan mengesankan dan kemungkinan bertahan lebih lama. Apa lagi yang kurang dari pesta empat tahunan sepak bola Eropa edisi ke-13 itu?

 

PORTUGAL, Jerman, Belanda, dan Spanyol adalah tim-tim yang difavoritkan pada turnamen ini. Mereka menang pada laga perdana dengan permainan meyakinkan. Portugal bahkan telah mendapat tiket perempat final setelah menundukkan Ceko 3-1 di Geneva, Kamis dini hari.

 

Belanda, lewat kemenangan atraktif 3-0 atas juara dunia Italia, membangkitkan kembali kenangan dunia atas keindahan total football tahun 1970-an. Selang sehari, Spanyol tampil tak kalah fantastis dengan menenggelamkan pasukan pelatih sekaliber Guus Hiddink, Rusia, 4-1 dengan hat-trick striker David Villa.

 

 

Masih banyak lagi dari putaran pertama Piala Eropa 2008, yang amat sayang jika dilupakan, termasuk gol-gol indah Lukas Podolski, Wesley Sneijder, dan Zlatan Ibrahimovic. Semua itu membuat pesona Piala Eropa kali ini berkilauan. Hanya satu dari 10 laga yang tergelar hingga Kamis dini hari tidak memproduksi gol: Romania versus Perancis di Zurich.

 

 

Pada saat putaran pertama usai, sudah mulai tergambar tim-tim mana saja yang bakal lolos ke perempat final. Setelah Portugal, tim-tim favorit lainnya seperti Jerman atau Belanda agaknya segera menyusul. Langkah Spanyol mungkin terjal karena bertemu Swedia pada laga kedua. Akan tetapi, cepat atau lambat tim Matador itu ikut kereta ke Wina atau Basel, tempat laga perempat final digelar.

 

 

Jika keempat tim sama-sama menjadi juara grup, mereka tak akan bertemu di perempat final. Di luar empat raksasa itu, tim-tim lain masih akan berebut empat tiket perempat final lainnya. Turki dan Ceko saling berebut di Grup A, sementara Kroasia, Italia, Swedia atau Rusia bisa mendampingi empat pemegang tiket sebelumnya.

 

 

”Sangat penting artinya bagus pada penampilan pertama dan memenangkan laga pertama karena setiap lawan sama-sama tangguh,” ujar Luiz Felipe Scolari, Pelatih Portugal. ”Kemenangan laga pertama tidak menjamin satu tempat di babak berikut, tetapi itu sangat membantu.” Ia telah membuktikan ucapannya tersebut.

 

 

Fair play luar-dalam

 

 

Yang menggembirakan, hingga tulisan ini dibuat pada Kamis (12/6), belum satu pun kartu merah tercabut dari saku wasit. Bahkan, pada laga Spanyol versus Rusia di Innsbruck, Selasa lalu, wasit tidak mengeluarkan satu kartu kuning pun. Tiadanya terlalu banyak insiden itu membuat Piala Eropa 2008 enak ditonton dan mencerahkan.

 

 

”Di tengah lapangan kita lihat penurunan angka kartu kuning dan kartu merah secara spektakuler,” kata Michel Platini, Presiden Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA), dalam situs resmi Piala Eropa 2008. ”Bahkan, tak satu pun kartu merah sejauh ini dan angka kartu kuning menurun 40 persen dibandingkan dengan Piala Eropa 2004.”

 

 

Beberapa peristiwa kontroversial, seperti disahkannya gol striker Belanda Ruud van Nistelrooy yang terlihat seperti offside, tidak sampai mencederai turnamen ini. Itu justru bisa menjadi warna-warni dan bahan diskusi hangat selama Piala Eropa 2008, turnamen yang biasa disebut ”Piala Dunia tanpa Argentina dan Brasil” tersebut.

 

 

Sisi-sisi dramatis dan emosional juga tak luput menghiasi panggung Euro 2008. Betapa hancur hati kapten dan striker Swiss, Alexander Frei, saat ia dipapah keluar sambil berlinang air mata karena cedera. Begitu juga, betapa dilematis striker Swiss Hakan Yakin saat harus tega membobol negeri belahan jiwanya, Turki, seperti terlihat dari raut mukanya seusai mencetak gol.

 

 

Dramatis, misalnya, ketika Swiss  --tim tuan rumah yang di Piala Dunia 2006 lalu lolos dari penyisihan grup--  menjadi tim pertama yang tersingkir dari turnamen setelah kalah 1-2 dari Turki lewat gol injury time. Tim tuan rumah itu harus mengemasi koper mereka, justru di rumah sendiri. Austria, tuan rumah Piala Eropa 2008 lain, agaknya bernasib sama.

 

 

Namun, tersingkirnya Swiss tidak akan mengurangi meriahnya perhelatan turnamen itu di negeri tersebut. Sepanjang pekan terakhir ini, kota-kota penyelenggara di negeri pabrik arloji itu terus menggeliat hingga tengah malam. Puluhan ribu orang menyerbu zona-zona suporter (fan zone) tempat mereka nonton bareng layar lebar yang menayangkan langsung pertandingan.

 

 

Tanpa suporter rusuh

 

 

Yang menggembirakan lagi, hingga Rabu malam waktu setempat belum terdengar bentrokan antarsuporter. Para suporter dengan atribut berbeda-beda bisa membaur, menikmati pesta bola yang datang empat tahun sekali.  Seperti saya lihat di Zurich, Senin lalu, suporter Romania, Belanda, dan Perancis bisa duduk satu meja di restoran waralaba, dekat stasiun utama.

 

 

Benameur (22), suporter Perancis asal Lyon, tidak merasa terintimidasi saat ia duduk di tribun para fans Romania pada laga Romania versus Perancis yang berakhir imbang 0-0 di Stadion Letzigrund, Zurich. Di stasiun, pendukung Perancis bebas berteriak ”Alles Les Bleus! Alles Les Bleus! Alles Les Bleus!”, sementara suporter Belanda bergerombol tak jauh dari mereka. 

  

Begitu juga di Innsbruck, Austria. Suporter Rusia dan Spanyol berpapasan dengan aman damai. Semuanya bebas menunjukkan identitas diri dan tim yang dukungannya. Tidak ada rasa was-was dan ketakutan, seperti yang sering terjadi misalnya ketika fans Persib Bandung bertemu fans Persija Jakarta atau pendukung Persebaya dengan Arema Malang. 

 

 

Piala Eropa 2008 mengajarkan, dukungan pada tim sepak bola bisa disikapi secara dewasa tanpa anarki primitif. Di Klagenfurt, Austria, yang jauh-jauh hari dikhawatirkan bakal meledak kerusuhan suporter ternyata juga aman-aman saja. Saat saya menyusuri jalan-jalan kota tersebut tepat setelah laga Jerman versus Polandia berakhir, Minggu (8/6) malam, situasinya adem-ayem. 

   

Polisi yang berjaga-jaga di Stasiun Klagenfurt lebih banyak menganggur. ”Luar biasa kami bisa mengumpulkan ratusan ribu orang berkumpul bersama di kota-kota besar di Swiss dan Austria tanpa ada gangguan pada tatanan publik sama sekali,” kata William Gaillard, juru bicara UEFA.

 

 

Terkait urusan suporter, Minggu lalu terdengar kabar sekitar 200 suporter ditangkap di Austria, termasuk 157 orang yang kebanyakan warga Jerman di Klagenfurt. Namun, itu bukan karena kerusuhan, tetapi lebih bersikap preventif. Sebagian ditangkap dalam kasus mengelu-elukan slogan Nazi, yang menurut hukum Austria bisa dihukum penjara dua tahun.

 

 

Begitulah putaran pertama Piala Eropa 2008 bergulir. Suporter aman, pemain di lapangan pun bermain menawan. Lengkap sudah nikmatnya Piala Eropa 2008. Jika sudah begitu, rasanya tak ada yang kurang dari ”ritual sepak bola” empat tahunan di Eropa itu.

                         (Laporan dari Klagenfurt, Austria)

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun