Mohon tunggu...
Mh Samsul Hadi
Mh Samsul Hadi Mohon Tunggu... profesional -

Bergabung “Kompas” pada 2002, tiga tahun setelah memulai petualangan di ranah sepak bola. Meliput antara lain Piala Asia 2000 Lebanon; Asian Games 2006 Doha, Qatar; Piala Eropa 2008 Austria-Swiss; Piala Konfederasi 2009 Afrika Selatan; Piala Dunia 2010 Afrika Selatan; Piala Eropa 2012 Polandia-Ukraina. Sejak April 2014, bertugas di Desk Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Misteri Forlan dan Lawatan Uruguay di Jakarta

7 Oktober 2010   19:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:37 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasak-kusuk seputar absennya striker Diego Forlan dalam lawatan Uruguay ke Jakarta, 8 Oktober, seperti tidak ada ujungnya. Mulai dari saat ia menghilang dari pesawat Lufthansa LH778, yang sedianya akan menerbangkan Pemain Terbaik Piala Dunia 2010 itu dari Frankfurt via Singapura ke Jakarta, Selasa (5/10) lalu. Hingga saat Pelatih Uruguay Oscar Tabarez memberikan keterangan pers pada wartawan, yang disiarkan langsung televisi swasta dari Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (7/10) malam. Pertanyaannya sama: mengapa Forlan tidak mau bertanding di Jakarta? Informasi awal, striker Atletico Madrid itu batal bertanding melawan timnas Indonesia karena tengah memulihkan kondisi fisiknya. Ini yang dilansir situs harian olahraga Spanyol, AS.com, Rabu. Bisa dimaklumi jika Forlan mengalami keletihan dan harus memulihkan fisik sebelum terbang lintas benua tak kurang dari 12 jam. Minggu lalu, ia tampil penuh 90 menit membela Atletico Madrid dalam lawatan ke Sevilla di Liga Spanyol. Atletico kalah 1-3 pada laga itu. [caption id="attachment_282222" align="alignnone" width="300" caption="Suasana latihan tim Uruguay jelang lawan Ghana pada perempat final Piala Dunia 2010 di Soccer City, Johannesburg, Afsel. Forlan nomor 2 dari kiri. (Foto: MH SAMSUL HADI)"][/caption] Bisa kita bayangkan, setelah bertanding hari Minggu (baca: Senin dini hari WIB), betapa letihnya ketika tak lama kemudia ia harus terbang Eropa-Asia dan harus tiba di Jakarta, Selasa sore. Namun, jika itu alasannya, mengapa bek Martin Caceres bisa datang? Caceres adalah bek timnas Uruguay yang tampil di klub Sevilla, lawan Atletico di Liga Spanyol pada Senin dini hari WIB itu. Seperti Forlan, Caceres juga main 90 menit. Ia mendarat di Jakarta, Selasa malam, dengan pesawat Cathay Pacific CX797 via Hongkong. Jika Caceres bisa datang, kenapa Forlan tidak? Titik terang seputar misteri Forlan mulai tersibak, Kamis dini hari WIB, saat reporter kantor berita Reuters di Montevideo melaporkan perselisihan soal kontrak agen pengelolaan tour tim Uruguay ke Indonesia menjadi pemicu batalnya Forlan ke Jakarta. Intinya, loyalitas Forlan pada hubungan keluarga menjadi pemicu Forlan enggan tampil di Indonesia. "Family loyalti denies Indonesians Forlan appearance," demikian judul berita Kamis subuh itu. Reuters mengutip pernyataan Pablo Forlan (ayah Forlan) di radio "1410amlibre". Menurut Pablo, Forlan menolak tampil di Indonesia karena Asosiasi Sepak Bola Uruguay (AUF) menolak proposal saudaranya yang juga bernama Pablo untuk mengelola laga persahabatan di Jakarta. "(Pablo, saudara Diego) punya kesempatan mengatur pelaksanaan laga itu dan batal karena laga itu diserahkan pada orang lain. Bagaimana sesama saudara akan bereaksi jika ada orang lain menangani laga yang semua bakal dikelola saudara sendiri? Diego tidak jadi datang (ke Jakarta) karena alasan itu," papar Pablo, sang ayah yang juga mantan bek timnas Uruguay di Piala Dunia 1966 dan 1974 itu. [caption id="attachment_282224" align="alignnone" width="300" caption="Suasana latihan tim Uruguay jelang lawan Ghana pada perempat final Piala Dunia 2010 di Soccer City, Johannesburg, Afsel. (Foto: MH SAMSUL HADI) "][/caption] Hal itu saya coba konfirmasi ke ofisial timnas Uruguay dalam jumpa pers prapertandingan di Hotel Four Seasons, Jakarta, Kamis sore. Jumpa pers ini cukup aneh, dari narasumber yang tampil dan pengelolaannya. Aneh? Ya. Baru kali sepanjang meliput sepak bola, jumpa pers untuk preview tidak dihadiri pelatih atau pemain yang bakal bertanding. Manajer timnas Andi Darussalam dan asistennya, Iwan Budianto, mewakili tim Indonesia. Lucas Norberto Blasina Viera dan Anibal Eduardo de Olivera Silva, dua pengurus AUF, mewakili tim Uruguay. Dalam akun twitter saya (@MhSamsulHadi) saat itu juga, langsung saya tulis: "preskon spk bola terburuk yang pernah saya ikuti. Tanpapelatih-pemain,...", "Indonesia sdh kalah dr Uruguay!", dan lain-lain. Jumpa pers juga berlangsung agak aneh. Kru televisi dengan kamera berjajar di bangku terdepan, menutup pandangan reporter yang duduk di belakang mereka. Biasanya, kru pembawa kamera televisi berjajar paling belakang. Apa jawaban pengurus AUF atas keterangan Pablo soal perselisihan kontrak keagenan sebagai pemicu batalnya Forlan datang ke Jakarta? "Tidak ada masalah antara AUF dengan Forlan. Forlan tidak datang karena masalah pribadi," kata Lucas Norberto Blasina Viera. Pertanyaan senada dipertegas seorang rekan seusai jumpa pers. Sekali lagi, Lucas membantahnya dan kembali menyebut "masalah pribadi" itu. Bagi kita, istilah "masalah pribadi" itu telah dijelaskan pernyataan Pablo Forlan di Montevideo!

* * *

Forlan pun batal tampil di Jakarta. Sudah pasti, semua kecewa. Dalam jumpa pers sore itu, Ketua Panpel Joko Driyono mengungkapkan, saat itu baru 4.000-an dari total 62.000 lembar tiket laga Indonesia vs Uruguay yang baru terjual. Pemain timnas Indonesia pun memendam kekecewaan yang sama, terutama Oktovianus Maniani yang jauh-jauh hari sudah mengincar ingin bertukar kostum dengan Forlan. Sedemikian besarnya dampak absennya Forlan bagi laga tersebut? Bagi para fans mungkin ya, tetapi tidak bagi tim Uruguay. [caption id="attachment_282229" align="alignnone" width="300" caption="Suasana latihan tim Uruguay jelang lawan Ghana pada perempat final Piala Dunia 2010 di Soccer City, Johannesburg, Afsel. Mereka sengaja memilih posisi yang jauh dari fotografer maupun reporter. (Foto: MH SAMSUL HADI) "][/caption] Saat meliput Piala Dunia 2010 Afrika Selatan lalu, saya berkesempatan menyaksikan langsung penampilan Uruguay sebanyak tiga kali. Pertama, saat mereka menekuk tuan rumah Afrika Selatan 3-0 (penyisihan Grup A) di Stadion Loftus Versfeld, Pretoria; kedua, ketika mereka menang dramatis lewat adu penalti atas Ghana (perempat final) di Stadion Soccer City, Johannesburg; dan ketiga, saat mereka dihentikan Belanda 2-3 (semifinal) di Stadion Green Point, Cape Town. Pada laga yang pertama dan ketiga, Forlan menjadi aktor utama Uruguay. Sementara pada laga kedua, Luis Suarez-lah aktor utamanya meski dengan peran antagonis. Pada pertama, Forlan membungkam suporter tuan rumah dan memaksa mereka menggantung vuvuzela terompet andalan suporter Afrika Selatan lebih awal. Saat itu, Forlan berposisi di belakang dua striker, Suarez dan Edinson Cavani. Pelatih Oscar Tabarez mengubah strategi timnya saat imbang 0-0 lawan Perancis, menjadi taktik menyerang dengan pola 4-3-3.Ia memasukkan Cavani untuk diduetkan dengan Suarez, sementara Forlan diposisikan agak ke dalam. Hasilnya, beberapa skema serangan yang ampuh, tajam, menggigit, dan sering memporak-porandakan kini belakang Afsel. Pertahanan tuan rumah begitu terbuka ketika Forlan mendribel bola di luar kotak penalti dan melempaskan bola lambung, yang menembus gawang Afsel, menit ke-24. Saya masih ingat, gol itu dicetak Forlan setelah mendribel bola, lalu melepaskan tendangan lambung, dan melewati di atas kepala kiper Khune. Bola membentur tipis mistar sebelum akhirnya bersarang ke gawang Afsel. [caption id="attachment_282233" align="alignnone" width="300" caption="Suasana menjelang laga Uruguay lawan Ghana pada perempat final Piala Dunia 2010 di Soccer City, Johannesburg, Afsel. (Foto: MH SAMSUL HADI) "][/caption] Seperti salah satu taktik yang disiapkan Pelatih timnas Indonesia Alfred Riedl, Afsel tampil dengan pola 4-5-1. Tetapi, mereka terlihat kehilangan akal untuk menembus pertahanan Uruguay yang dilapis dua gelandang, Diego Perez dan Egidio Arevalo (Perez datang ke Jakarta, tetapi Arevalo tidak). Mereka tidak mampu menekan, hanya bermain-main bola di daerahnya sendiri, dan sering back pass. Pemain Afrika Selatan cenderung menunggu dan tidak berinisiatif menusuk jantung pertahanan lawan. Jika Bambang Pamungkas dan kawan-kawan, yang disiapkan Rield akan bermain dengan skema 4-4-1-1 atau 4-5-1, bermain seperti yang dilakukan Afrika Selatan itu, bukan tidak mungkin mereka mengalami hukuman setimpal dari Uruguay. Pada laga itu, Forlan kembali mencetak satu gol lewat titik penalti menit ke-80. Gol itulah yang memaksa suporter tuan rumah mulai beringsut meninggalkan stadion. Satu gol lainnya dicetak gelandang Alvaro Pereira saat menit injury time. Peran Forlan juga begitu nyata di semifinal melawan Belanda di semifinal. Masih terekam dalam ingatan, saat Uruguay tertinggal 0-1, dia melepaskan tembakan geledek dari jarak jauh dan menjebol gawang Maarten Stekelenburg. Gol yang membuka harapan mereka sebelum akhirnya kalah 2-3. Satu gol Uruguay lainnya dicetak Maximiliano Perreira. Gol Forlan pula, selain gol Cavani, yang merepotkan Jerman pada perebutan pemenang ketiga sebelum akhirnya kalah 2-3. [caption id="attachment_282234" align="alignnone" width="300" caption="Suasana menjelang laga Uruguay lawan Ghana pada perempat final Piala Dunia 2010 di Soccer City, Johannesburg, Afsel. Forlan berdiri nomor dua dari kiri. (Foto: MH SAMSUL HADI) "][/caption]

* * *

Nah, bagaimana permainan Uruguay melawan Indonesia tanpa diperkuat Forlan? Perlu diingat, ini hanya laga persahabatan atau uji coba yang tensinya jelas tentu berbeda dari Piala Dunia. Ada nuansa "jalan-jalan" pada lawatan Uruguay ke Jakarta. Anda tentu bisa menyaksikan sendiri lewat tayangan salah satu televisi yang merekam para pemain Uruguay berbelanja di salah satu mal di bilangan Senayan. Tabarez boleh saja mengatakan, dia akan menampilan permainan seperti saat tampil di Piala Dunia. Akan tetapi, level dan tensi laga ini tetap saja berbeda. Selain masalah cuaca panas, seperti yang diungkapkan Tabarez, pemain Uruguay tentu tidak akan bermain mati-matian. Saya tidak mengatakan, mereka tidak akan serius bertanding. Namun, mereka pasti menjaga diri agar tidak cedera. Kompetisi domestik bersama klub-klub Eropa yang mereka perkuat, masih panjang. Pemain seperti Suarez juga tidak ingin kehilangan tampil di Liga Champions bersama Ajax. Ini juga bukan berarti, Uruguay (peringkat ke-7 rangking FIFA) kehilangan sengatan. Suarez, misalnya, pemain penuh trik dan "nakal". Anda tentu masih ingat, bagaimana ia menghalalkan segala cara saat menahan peluang gol Ghana di menit-menit akhir laga perempat final Piala Dunia 2010 lalu? "Tidak rugi diusir dari lapangan dalam situasi seperti ini karena saat itu tidak ada pilihan lain. Saya pikir, saya telah melakukan penyelamatan terbaik di Piala Dunia ini," begitu ucapan Suarez setelah kejadian itu. Dia pula yang memupuskan impian Korea Selatan, lewat dua golnya, di babak 16 besar ajang tersebut. Penalti Uruguay atas Afrika Selatan juga tak lepas dari aksi tricky-nya di kotak penalti. Seperti telah disinggung, Indonesia akan tampil dengan formasi 4-4-1-1 atau 4-5-1. Ini laga internasional pertama --yang langsung berat, seperti bermain tinju di kelas berat-- timnas di bawah polesan Riedl. Kita belum punya referensi bagaimana hasil polesan pelatih asal Austria itu di lapangan. Bagi kita, selain permainan Uruguay sendiri, itu yang menarik untuk dlihat. Selamat menonton.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun