Mohon tunggu...
Mh Samsul Hadi
Mh Samsul Hadi Mohon Tunggu... profesional -

Bergabung “Kompas” pada 2002, tiga tahun setelah memulai petualangan di ranah sepak bola. Meliput antara lain Piala Asia 2000 Lebanon; Asian Games 2006 Doha, Qatar; Piala Eropa 2008 Austria-Swiss; Piala Konfederasi 2009 Afrika Selatan; Piala Dunia 2010 Afrika Selatan; Piala Eropa 2012 Polandia-Ukraina. Sejak April 2014, bertugas di Desk Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangga Mewakili Indonesia di Euro 2008

17 Juni 2008   05:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:26 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

”ANDA dari Indonesia? Di sini ada relawan dari Indonesia, mungkin dia bisa membantu Anda selama meliput turnamen ini,” kata petugas yang menerbitkan kartu akreditasi saya di Stadion Stade de Geneve, Geneva, 7 Juni lalu. Dia benar. Tak jauh dari meja petugas itu, perempuan tipikal wajah Indonesia sedang melayani wartawan berambut pirang.

 

Dina Hanggraini (22), begitu perempuan itu memperkenalkan diri. Ia menjadi relawan (volunteer) di Pusat Akreditasi Geneva dengan tanggung jawab memastikan akreditasi-akreditasi yang disetujui Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) jatuh pada orang tepat. Ia adalah salah satu dari 5.000 relawan di delapan kota di Austria dan Swiss penyelenggara Piala Eropa 2008.

 

”Saya penasaran dan ingin belajar cara mengelola event besar sepak bola,” tutur Dina, mengawali pembicaraan. ”Sepak bola di negeri kita selalu onar, sementara di sini (Eropa) tidak. Padahal, di sini ada juga holigan, tetapi pemerintahnya bisa mengelolanya.”

 

Ia mengajukan lamaran sebagai relawan setahun lalu. Sebelum dinyatakan lulus, mahasiswi tahun kedua program master Biologi Molekuler Université de Genève itu harus melewati beberapa tahapan seleksi. Ia juga harus bersaing dengan belasan ribu relawan dari seluruh dunia. Situs resmi Piala Eropa 2008 menyebutkan, panitia menyeleksi 17.644 pelamar dari 150 negara, mulai dari Brasil, Kosta Rika, Senegal, Uganda, Togo, Nepal, dan Indonesia.

 

”Saya hanya bermodal pengalaman dan keberanian. Saya pernah menjadi volunteer pada turnamen basket antaruniversitas se-Eropa tahun 2007,” kata Dina. UEFA menetapkan syarat minimal bagi para relawannya, yakni berusia 18 tahun ke atas dan mampu berbicara dalam tiga bahasa: Inggris plus Jerman, Perancis atau bahasa lainnya dari 16 tim peserta Piala Eropa 2008.

 

”Saya bangga bisa mewakili Indonesia di turnamen bergengsi ini,” ujar alumnus Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia itu. ”Sepak bola Indonesia terpuruk dan tak mungkin tampil dalam turnamen besar. Dengan kehadiran saya, Indonesia setidaknya punya wakil di ajang sebesar ini.”

 

Piala Eropa adalah turnamen sepak bola antarnegara Eropa yang disebut-sebut banyak kalangan menjadi ”Piala Dunia tanpa Brasil dan Argentina”. Turnamen empat tahunan itu menjadi event olahraga terbesar ketiga di dunia setelah Piala Dunia dan Olimpiade.

 

 

Jaket dan celana

 

Dina memaparkan, sejak diterima sebagai relawan pada April lalu, ia harus bekerja 2-4 jam per hari dalam 3-4 hari per minggu. Saat ada pertandingan, jam kerja itu meningkat menjadi lima jam per hari. Ia mengaku tidak mengalami kesulitan berarti mengikuti ritme dan standard kerja UEFA.

 

”Selain relasi bertambah, sedikit-banyak saya menjadi tahu beberapa hal cara mengelola turnamen besar. Soal penanganan suporter misalnya,” papar Dina memberi contoh. ”Untuk menghindari keributan, suporter yang tidak bertiket telah disediakan fan zone-fan zone di beberapa titik kota.”

 

Dengan begitu, tidak terjadi kericuhan di sekitar stadion tempat pertandingan digelar. Saat Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia 2007, penonton rusuh karena tidak kebagian tiket. Tidak ada fan zone saat itu. Pengalaman dan wawasan hal-hal seperti itu yang dipetik Dina dari Piala Eropa 2008.

 

Perempuan yang tinggal di BSD Serpong itu mengaku puas meski tidak dibayar sepeser pun. ”Hanya jaket dan celana ini,” ujarnya tersenyum saat ditanya soal upah. Di tangan Dina dan relawan-relawan lainnya, penyelenggaraan Piala Eropa 2008 bergantung. ”Mereka para duta kami. Antusiasme dan kegembiraan mereka sungguh menjadi iklan turnamen ini,” kata Direktur Turnamen di Swiss, Christian Mutschler, dalam situs Euro 2008.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun