Tentu kita masih ingat drama yang terjadi Final SEA Games Cabang Olahlaga Sepak Bola. Saat itu laga Indonesia vs Thailand diwarnai banyak adegan yang tidak menyenangkan dan bisa dianggap sangat buruk secara moral. Apalagi skalanya internasional, yang berarti jutaan pasang mata mungkin melihat skandal di final tersebut.Â
Tapi, bak tak belajar dari sejarah, kini Inggris dan Spanyol yang ikut-ikutan mewarnai laga final dengan sedikit bumbu kontrovesi. Bahkan, menurut saya, ada beberapa kesamaan antara final Asean Games dan Final UERO U 21.Â
Sama-sama tercipta gol di akhir babak pertama
Saat itu Ramadhan Sananta mencetak 1 dari 2 golnya di penghujung babak pertama, tepatnya di watu tambahan. Berawal dari dropped ball yang ditendang Rizky Ridho, Ramadhan Sananta mampu merobek jala gawang Thailand dengan sedikit sentuhan.Â
Hal yang sama juga terjadi di Final UERO U 21. Gelandang Tim Nasional Inggris yang bermain untuk Liverpool mencetak gol di akhir babak pertama. Bahkan di waktu tambahan 7 menit dari waktu normal, ia mencetak golnya di menit 47. Bahkan bisa dibilang gol tersebut sedikit beruntung, ia hanya niat tunduk menghindari tendangan Cole Palmer. Tapi tendangan Cole mengenai punggung belakangnya dan mengubah arah bola dan gol tercipta dari belokan bola tersebut.Â
Ribut di penghunjung babak pertama
Saat wasit meniup peluit gol dari Sananta, banyak pemain dan official staff Thailand yang melakukan protes keras, karena menggap Rizky Ridho bola Fair Play. Hal ini bermula ketika Witan Sulaiman mengeluh kesakitan, sehingga wasih menghentika laga. Saat Witan akhirnya ditandu keluar oleh medis, wasit mengambil bola dan drop ball sebagai tanda pertandingan dilanjutkan kembali. Rizky Ridho menendang bola dari wasit kearah gawang Thailand. Ramadhan Sananta berlari mengejar bola melakukan sontekan yang berbuah gol.Â
Gol tersebut dianggap bola Fair Play oleh banyak  netizen, khususnya dari Thailand. Bahkan pelatih Thailand juga mengatakan bahwa keptususan wasit yang menyahkan gol ke dua Indonesia mencederai semangat sepak bola.Â
Tapi wasit ternyata punya keputusan lain. Wasit menganggap gol tersebut sah karena merujuk pada Laws of The Game pada Law 8 nomor 2 yang dirilis IFAB soal Drop Ball.
Dalam aturan tersebut, tertulis bahwa wasit bisa memberi bola Drop Ball ke satu pemain dari tim yang terakhir kali menyentuh bola di posisi terakhirnya dan bola pun akan dianggap Play On ketika menyentuh lapangan.
Sama seperti di Final EURO U 21, pasca gol Inggris, Asisten pelatih Inggris Ashley Cole, yang tidak pernah dikeluarkan dari lapangan dalam 107 penampilan untuk negaranya sebagai pemain, mendapat kartu merah -- bersama dengan anggota staf pelatih Spanyol.Â
Ashley Cole diberi kartu merah karena memasuki lapangan dan tampaknya berusaha menenangkan semua orang setelah pemain Spanyol dan Inggris besarta staf pelatih bentrok dan saling dorong. Namun jika diperhatikan hasil replay tampaknya tidak menunjukkan Cole melakukan terlalu banyak kesalahan, sehingga dia dianggap tidak layak diberi kartu merah.Â
Sama-sama banyak mendapat kartu merah
Persaamaan yang ketiga antara Final SEA Games dan EURO U 21 adalah banyak kartu merah. Di Final EURO U21, total ada 4 kartu merah dikeluarkan, 2 untuk staf pelatih dan 2 sisanya untuk pemain. Sama seperti Final Sea Games, 2 staf pelatih juga diusir dari bench. Meskipun jika ditotal, Asean Games lebih banyak menghasilkan kartu merah karena ada 3 pemain Thailand yang diusir, ssedangkan Indonesia hanya 1.Â
Itulah beberapa kesamaan antara Final SEA Games dan UERO U 21, menurut perspektif saya pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H