Minke kemudian jatuh cinta pada Annelies. Tapi kehidupan mereka bertiga menjadi rumit ketika Mauritus. Konflik antara Annelies, Nyai Ontosoroh dan Maurius mencapai titik pentingnya Tuan Mellema meinggal dunia. Pasca meninggalnya Taun Mellema, Maurits menuntut seluruh kekayaan perusahaan yang dimiliki Herman Mellema yang selama ini dibesarkan Nyai Ontosoroh. Bukan itu saja, ia minta hak asuh atas Annelies untuk dibawa ke Belanda.
Annelies pun juga menjadi korban tersebut sebab ia adalah anak sah Tuan Mellema. Annelies perlu dikembalikan ke Eropa dan harus rela meninggalkan Minke serta Nyai Ontosoroh. Mengapa Nyai tidak diikutsertakan? Hal itu karena memang sedari awal, Nyai tidak pernah menikah dengan Tuan Mellema secara sah sehingga ia pun harus mengikhlaskan semua perusahaan yang telah dibangunnya bersama Annelies itu.
Minke dan Nyai Ontosoroh mencoba semaksimal mungkin untuk mempertahankan dan melindungi perusahaan serta Annelies yang hendak dibawa ke Belanda. Akan tetapi, hukum Eropa tetaplah tidak memihak pada orang Pribumi seperti mereka (Minke dan Nyai Ontosoroh).
Kelebihan Novel ini
Novel ini mengandung banyak kalimat bijak yang bisa kita cermati dan implementasikan dalam keseharian kita. Â Misalnya. Di awal novel, "mentornya", seniman Prancis, Jean Marais, memberitahunya:
          Kamu berpendidikan Minke. Seorang terpelajar harus belajar bertindak adil, pertama-tama dengan pikirannya, kemudian     dengan perbuatannya. Demikianlah apa yang dimaksud dengan terdidik.
Nasihat inilah yang menjadi dasar pemikiran dan tindakan Minke sejak saat itu: dalam setiap ujian atau keputusan ia berusaha menerapkan pendidikannya. Lalu ada juga  kalimat ucapan bijak guru favorit Minke, Magda Peters. Dia berkata:
        ... tanpa kecintaan pada sastra, Anda akan tetap menjadi hewan pintar
Selain itu dari novel ini kita bisa belajar sejarah. Jika kita malas untuk membaca buku  dan artikel ilmiah dengan topik sejarah kehidupan masyarakat Indonesia di rentang tahun 1898 sampai dengan 1918, maka novel ini bisa menjadi alternatif. Kita tetap bisa belajar sejarah tapi sumber bacaan yang asik dan kalimat yang mengalir, sehingga pembaca tidak akan merasakan kebosanan atau rasa kantuk seperti Anda membaca buku atau jurnal ilmiah.
Kekurangan
Karena ditulis puluhan tahun lalu, beberapa kata dalam novel ini menjadi sulit untuk kita pahami. Namun, di balik kekurangan itu, tidaklah menutupi berbagai pelajaran positif yang dituangkan oleh penulis di dalam novel ini. Novel Bumi Manusia tetap layak dibaca dan dinikmati, bahkan sampai saat ini. Dengan kata lain, novel ini tidak akan habis termakan waktu.