Mohon tunggu...
Samsul Bakri
Samsul Bakri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih belajar menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Ekonomi Undip

Selanjutnya

Tutup

Book

Pendidikan Kaum Tertindas Karya Paulo Freire (Resensi)

11 Januari 2023   11:45 Diperbarui: 11 Januari 2023   12:07 3020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis buku Pendidikan Kaum Terindas, Paulo Freire adalah seorang pendidik dan filsuf Brasil yang bergumul dengan pertanyaan identitas budaya dan kerinduan untuk bebas dari penjajahan Portugis. Ia mengalami kelaparan saat dibesarkan dalam keluarga kelas menengah saat krisis ekonomi melanda Brazil. Berangkat dari masa lalunya tersebut, ia bertekad untuk mengakhiri kelaparan bagi semua orang Brazil melalui jalan pendidikan. Paulo Freire menolak masyarakat berbasis kelas (Freire, 2000), dan dia percaya pada kaum tertindas, bahwa mereka mampu membuat perubahan bagi komunitas mereka sendiri.

Buku ini ditulis pada tahun 1970 sebagai metodologi dan bahasa pemberdayaan yang tidak hanya mengadvokasi perubahan sosial, tetapi juga untuk memberdayakan kaum tertindas dan mereka yang bersedia berjuang untuk kaum tertindas. Freire menunjukkan bahwa meskipun kaum tertindas tampak "bodoh", namun mereka memiliki kapasitas untuk memandang dunia secara kritis. Misalnya, di akar rumput tampaknya mereka buta huruf atau tidak tahu cara membaca dan menulis tetapi mereka memiliki kearifan lokal untuk hidup terampil dalam kehidupan sehari-hari. 

Selain itu, buku Pendidikan Kaum Tertindas menyediakan instrumen kritis untuk merefleksikan dan memahami proses melalui hubungan antara kaum tertindas dan penindas. Oleh karena itu, pedagogi kaum tertindas adalah "instrumen untuk penemuan kritis mereka bahwa baik mereka maupun penindasnya adalah manifestasi dari dehumanisasi" (Freire, 2000, hlm. 48). 

Bagi mereka yang tertarik menghubungkan pendidikan dengan perubahan sosial, buku ini penting untuk dibaca. Menurut Aronowitz, "Freire tetap menjadi penulis paling penting dalam pendidikan populer dan tentunya pendiri virtual dari perspektif yang dikenal sebagai Pedagogi Kritis" (Aronowitz, 2012).

Buku Pendidikan Kaum Tertindas terdiri dari empat bab: bab pertama adalah penjelasan tentang pedagogi kaum tertindas dan kontradiksi antara kaum penindas dan kaum tertindas. Bab kedua membahas tentang konsep perbankan tentang pendidikan sebagai instrumen penindasan. Bab ketiga terutama tentang dialog dan dialog; dan bab terakhir adalah fokus pada antidialogika dan dialogika sebagai matriks dari teori-teori tindakan budaya yang berlawanan.

Diskusi tentang pendapat utama Paulo Freire

 Bedah buku ini akan membahas tiga pendapat utama Freire dalam buku Pendidkan Kaum Tertindas: pertama, Freire mengklaim bahwa kaum tertindas memiliki kapasitas untuk membebaskan dirinya dan penindas dari penindasan. Freire menulis buku tersebut sebagai metodologi untuk memberdayakan dan membangkitkan kaum tertindas serta mendorong mereka berjuang untuk dirinya sendiri, untuk bebas dari penindasan selamanya. Dia menyatakan bahwa "tugas kaum tertindas: untuk membebaskan diri mereka sendiri dan para penindas mereka juga, ...

Hanya kekuatan yang muncul dari kelemahan kaum tertindas yang cukup kuat untuk membebaskan keduanya" (Freire, 2000, hlm. 44). Oleh karena itu, kaum tertindas perlu berjuang sendiri untuk mendapatkan kebebasan, dan kebebasan diperoleh dengan penaklukan, bukan dengan hadiah. Alih-alih menyalahkan para penindas, Freire meletakkan beban perubahan pada kaum tertindas; itu adalah tanggung jawab tertindas untuk membebaskan diri dari penindasan. Perspektifnya adalah menempatkan kekuatan perubahan pada mayoritas, seperti pada kaum tertindas.

Freire dengan tegas berpendapat bahwa penindas tidak dapat memahami pandangan tentang penindasan karena mereka tidak menderita akibat penindasan, dan tidak melihat masalahnya. Pandangan penindas tidak bisa dibandingkan dengan pandangan kaum tertindas yang tidak hanya mengalami tetapi melihat dan merendam penindasan setiap hari. Oleh karena itu, tidak ada yang menderita penindasan lebih dari yang tertindas, dan tidak ada yang dapat memahami dengan lebih baik kebutuhan untuk memiliki kebebasan dan kebebasan sebagai yang tertindas. Penderitaan tidak manusiawi, yang menyebabkan kemampuan manusia untuk memiliki harga diri.

Kedua, penulis menawarkan sebuah sistem pendidikan yang unik, tidak seperti pendidikan "perbankan", tetapi membutuhkan pemikiran kritis, dan analisis sebagai praksisnya. Konsep pendidikan "gaya bank" adalah gambaran dari mereka yang dianggap tidak tahu apa-apa, yang hanya menerima ilmu dari mereka yang menganggap dirinya berilmu atas dirinya; karena siswa kosong dan guru hanya perlu "menyimpan" informasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun