Indonesia merayakan Hari Pahlawan pada tanggal 10 November setiap tahunnya untuk mengenang jasa para pejuang yang telah mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan negara. Di balik perayaan tersebut terdapat daerah-daerah yang  masih bergelut dengan kolonialisme modern berupa keterbelakangan, termasuk provinsi Maluku. Selama  dekade terakhir, provinsi Maluku terus menghadapi berbagai tantangan besar yang menghambat pertumbuhan di daerah ini.Â
Provinsi Maluku per tahun 2024 termasuk dalam provinsi miskin urutan ke-8. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, provinsi Maluku termasuk urutan ke-4 termiskin di Indonesia. Pada tahun 2024 berdasarkan laporan BPS, provinsi Maluku mengalami angka penurunan penduduk miskin namun hal ini sebenarnya tidak berpengaruh signifikan karena Maluku berada pada urutan ke-3 provinsi termiskin pada tahun 2023 menjadi urutan ke-8 di tahun 2024 ini dikarenakan adanya data masuk oleh beberapa provinsi baru di Papua hasil pemekaran terbaru. Faktor-faktor yang selama ini membuat provinsi ini tidak terlalu maju baik di ibu kota provinsi maupun di daerah pelosok diantaranya :
Keterbatasan Infrastruktur  dan Aksesibilitas
Salah satu permasalahan utama di Maluku adalah kurangnya infrastruktur yang memadai. Wilayah kepulauan ini menghadapi tantangan geografis yang kompleks dengan pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan luas. Konektivitas antar pulau menjadi permasalahan serius akibat terbatasnya infrastruktur transportasi. Hal ini menghambat arus barang dan pergerakan penduduk, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi daerah.
Ketimpangan Kesejahteraan Masyarakat
Maluku masih termasuk dalam kategori provinsi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah dibandingkan  daerah lain di Indonesia. Berdasarkan data statistik, angka kemiskinan di Maluku masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Terbatasnya kesempatan kerja, ketergantungan pada sektor perikanan dan pertanian tradisional, serta minimnya investasi industri membuat banyak warga kesulitan meningkatkan taraf hidup mereka.
Ketimpangan Pendidikan
Ketimpangan pendidikan di Maluku masih menjadi tantangan besar. Sulit bagi masyarakat di pulau-pulau terpencil untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Situasi ini semakin diperparah dengan kurangnya tenaga pengajar, fasilitas pendidikan yang belum memadai, dan terbatasnya akses terhadap teknologi informasi. Meskipun ada upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tantangan geografis dan ekonomi pada dekade terakhir terus menghambat pembangunan di sektor ini.
Sumber daya alam yang tidak dikelola dengan baik
Maluku kaya akan sumber daya alam khususnya hasil laut. Sayangnya, potensi besar tersebut tidak dapat diwujudkan melalui pengelolaan yang optimal. Nelayan tradisional masih banyak yang  menggunakan cara tradisional sehingga hasil tangkapan kurang optimal. Selain itu, isu-isu seperti penangkapan ikan ilegal yang dilakukan oleh kapal asing juga melemahkan potensi ekonomi maritim Maluku.
Upaya dan harapan  masa depan Maluku menghadapi berbagai tantangan, namun masih ada harapan untuk perubahan.  Semangat  pahlawan di Hari Pahlawan hendaknya menjadi inspirasi bagi seluruh masyarakat dan pengambil kebijakan untuk bersama-sama memberantas masalah ketertinggalan di Maluku. Harapan Baru di Era Presiden Prabowo Subianto Dengan terpilihnya Presiden Prabowo Subianto, ekspektasi terhadap perubahan Maluku semakin meningkat. Pemerintahan baru  diharapkan dapat mengeluarkan kebijakan yang lebih fokus pada pembangunan daerah tertinggal, termasuk Maluku. Rencana untuk memperkuat infrastruktur maritim, meningkatkan investasi di sektor maritim, dan mendorong pemerataan pendidikan dan kesehatan di nusantara merupakan prioritas yang sangat dinantikan. Dukungan politik dan ekonomi yang kuat akan membantu Maluku mengejar ketertinggalan dan mempercepat pertumbuhan yang lebih inklusif.Â