Mohon tunggu...
samsul bahri
samsul bahri Mohon Tunggu... -

aku dilahirkan di Ranah Minang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wa Ode Nurhayati, Alu Tataruang Patah Tigo Samuaik Tapijak Indak Mati

21 Februari 2012   23:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:21 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13298675421111623835

Awalnya Saya tidak terlalu kenal dengan sosok anggota DPR RI bernama Wa Ode Nurhayati. Saya baru melihat dan mendengar dari media massa bahwa Wa ode Nurhayati adalah sosok perempuan muda, sederhana dan sangat berani mengungkapkan praktek mafia anggaran di DPR­-RI. Ingin sekali melihat beliau secara langsung dan mendengarkan menyampaikan fakta yang terjadi. Keinginanpun terkabul, Saya dapat melihat dan mengenalnya ketika beliau Hadir dalam sebuah acara diskusi Panel yang diadakan oleh Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Sumatera Barat pada tanggal 31 Januri 2011 dengan tema “Mafia Anggaran Apa, Mengapa dan Bagaimana??

Dalam proses jalannya diskusi tersebut saya dapat menyimpulkan, Wa ode Nurhayati adalah seorang Anggota DPR-RI yang sangat dekat dengan masayarakat. Selain itu, dari fasihnya beliau menyampaikandata, fakta bagaimana kongkalingkong yang terjadi di gedung rakyat, mencerminkan seorang anak muda yang sangat pemberani. Pribadi Wa Ode Nurhayati dapat saya gambarkan dengan pepatah Minang “ Bak Siganjua Lalai, Alu Tataruang Patah Tigo Samuaik Tapijak Indak Mati”(Sifat seseorang yang tegas bertindak atas kebenaran dengan penuh bijaksana)

Tanggal 26 Januari 2012 saya merasa sangat terkejut ketika melihat berita, bahwasanya seorang Wa Ode Nurhayati ditahan oleh KPK. Ada sebuah tanda tanya dibenak saya kenapa Wa Ode Nurhayati ditahan. Apakah dia memang benar melakukan suap, atau ada pihak yang tidak ingin proses jahat di DPR terkuak oleh kesaksian Wa Ode Nurhayati sehingga ia harus terkorbankan.

Tidak ingin menelan issu begitu saja, tanggal 30 januari 2012 saya menyempatkan diri menjenguk Wa Ode Nurhayati ke Rutan Pondok Bambu di Jakarta. Pada kesempatan itu saya menanyakan secara langsung kepada beliau apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana Proses sampai beliau ditahan. Tidak lama kemudian sambil tersenyum beliau menceritakan semuanya.

Begini dek (panggilannya akrabnya kepada saya). Pagi itu tepatnya jam delapan pagi 26 Januari 2012, saya masih belum beranjak dari kediaman saya di Jl.Guntur no 64. Persis kurang lebih 2 minggu setelah saya ditetapkan jadi tersangka oleh KPK terhadap kasus yang tidak pernah saya ketahui asal usulnya, apa barangnya dan siapa saja pelakunya. saya memang bukan pakar hukum tapi hemat saya menjadi tersangka pasti ada sebabnya.

Tapi sudahlah mungkin untuk kekeliruan juga KPK dibentuk. Pagi itu saya akan memenuhi pangggilan kedua. Pagi itu entah kenapa ada firasat yang memberi petanda. Ibarat kematian saya merasa raga ini tidak bernafas. Namun saya masih mencoba menafsir bahwa mungkin semalam saya baru saja dari Surabaya menemani Farah, putri semata wayang yang sedang sakit di Surabaya.

Mengenang dua hari di surabaya banyak hal-hal yang aneh yang saya rasakan. kiranya Putri saya lebih dulu merasakan tanda-tanda buruk ini. Kelakuan farah terasa tidak seperti biasanya. Entah kenapa waktu itu dia terlihat begitu manja. Dia minta dimandikan, minta ditemani ,digendong-gendong. Hingga tengah malam jam 2 minta ditemani menonton film kartun.

Menjelang kembali kejakarta tidak biasanya putriku yang masih berumur 5 itu meminta ikut mengantar saya kebandara. Karena kesehatannya yang belum pulih saya melarangnya. Ternyata itu menjadi pesan ikatan batin yang kuat antara puteri dan ibunya. Farah mungkin merasa inilah perpisahan yang akan cukup lama. Inilah sekilas kegalauan dipagi itu

Kira-kira kurang lebih jam 11 pagi bersama kuasa Hukum kami mendatangi KPK. sekian banyak pertanyaan yang dilontarkan para penyidik kepada saya. Sampai tidak terasas pagipun disambut siang dan siangpun hampir usai berganti malam. Persisnya setelah usai Shalat magrib ada perasaan yang aneh saya rasakan.

Ternyata firasat itu memang benar adanya setelah penyidik KPK datang mengabarkan penahanan. Hati saya pun seakan memberontak, Perasaan itulah yang mebuat saya menolak menanda tangangi berita acara penahanan, karena sampai detik inisaya hampir pasti tidak tahu untuk apa saya ditetapkan sebagai tersangka atas kasus apa dan apa barang bukti yang bisa menjelaskan saya harus ditahan.

Namun apa daya takdir berkata lain. Saya merasa harus tegar dan menganggap ini harus terjadi pada seorang pejuang kebenaran.

Kemudian dokter datang memeriksa kesehatan dan bertanya apakah anda sehat, saya menjawab saya sangat sehat dok. Setengah heran dokter kembali mengeluarkan pernyataan karena mungkin tidak seperti jawaban tahanan KPK lainnya yang selalu merasa sakit ketika akan ditahan. denyut nadi ibuk sangat cepat, saya menjawab ngak apa-apa dok, saya hanya mencoba berdamai dengan penahanan ini tapi percayalah saya sangat sehat.

Setelah itu, akhirnya saya harus runtuh untuk sesaat ketika kakak saya Wa Ode Nurzaenab dengan pilu dan tangis memeluk saya. Entah apa yang dia rasakan, diwajahnya seakan tergambar seluruh duka keluarga diwakatobi, Maluku dan papua yang semuanya sangat sederhana dan sangat menyayangi saya.

Saya kemudian tersadar bahwa saya telah menjadi luka keluarga besar. Sejak berita pencekalan hingga hari ini, seperti berita kematian bagi saya, seperti juga menunggu peti jenazah yang akan siap dikuburkan dengan cara yang juga sederhana.Bayangan saya dalam benak mereka tidak akan ada lagi kehidupan bagi seorang wa ode nurhayati.

Saat itu juga terbayang wajah farah dan keluarga lainnya semua terasa telah usai. Saya memeluk kak Wa Ode Nurzaenab dengan erat dan menumpahkan air mata sejadi-jadinya. Tapi sadarku mencoba dengan yakin menghadirkan sosok almarhum papa, dengan semua senyum bangganya memunculkan keberanian saya menghadapi situasi sulit ini. Papa seakan menyentak saya dengan kebenaran keyakinan illahi.

Dan akhirnya saya telah mampu berdamai dan menyiapan diri menuju mobil tahanan, bidikan kamera wartawan yang saya tau telah menanti sejak pagi. Entah mengapa tiba-tiba tulisan sutan syahrir tentang “hidup harus dikorbankan, bila ingin memenangkan hidup” Menggeliat di fikiran saya. Untuk itu dari awal menjadi tersangka dengan segenap kebenaran yang saya yakini, akhirnya saya menempatkan penjara sebagai kehormatan.

Dalam perjalan menuju rutan yang ditemani gemuruh Guntur, hujan, dan angin kencang yang seakan alam memahami kegalauan perasaan saya. Ada sesuatu yang semakin mengacaukan Fikiran saya. Dialah saudara HARIS, Saya mencoba menyimpulkan bahwa dia hanyalah pribadi yang sangat pandai menjahit kepntingan-kepeningan jahat. Dari daerah pemilihan saya hingga ruangan badan anggaran dirangkai untuk membungkam idealisme yang dibangun dan membungkam karier politik saya yang masih muda.Tapi sudahlah saya sekarang telah tiba dirutan pondok bambu.

Hanya ditemani oleh penyidik KPK semua terasa asing disini. Tidak banyak yang terfikirkan selain wajah mungil mbak Aya. Bagi saya tangis dan sesal air mata tidak boleh mejadi hadiah kesenangan pihak-pihak yang ingin membunuh saya. Saya menganggap inilah masa saya, sembari mengumpulkan yakin saya untuk menunggu tibanya masa orang lain. Pesan almarhum papa lagi-lagi menguatkan saya. “diatas campur tangan manusia maka kuasa Allah lah yang paling kuasa. Hanya kepadanya kita berserah diri, dia melihat semua proses dan insyaallah akan menghakimi juga dengan kuasa seeadil-adilnya

Mendengar apa yang diceritakan Wa Ode Nurhayati diatas, terkadang saya berfikir apa yang harus kita lakukan untuk dapat memperbaiki benang kusut di Negeri ini. Apakah kita hanya akan diam dan membiarkan Negara ini berlalu dan terjajah oleh penguasa yang zalim, atau kita harus berbicara dan melakukan sesuatu meski penjara atau kematian menanti kita. Sambil bersiap pamit saya berkata “ Selamat berjuang Kak, Inilah adalah konsekuensi menjadi orang benar, ingat hampir semua tokoh pendiri bangsa ini pernah dipenjara”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun