Mohon tunggu...
SAMSUL AR
SAMSUL AR Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Asal Pegantenan Pamekasan Madura jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggugat Otoritas Harta, Tahta, dan Wanita

13 November 2015   23:49 Diperbarui: 14 November 2015   00:08 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harta, tahta, dan wanita selalu menjadi bahan pembicaraan yang tidak pernah basi. Setiap manusia selalu berusaha untuk mendapakan ketiganya. Harta menjadi pemburuan dan kebanggaan setiap manusia. siang dan malam dijadikan tempat untuk mencarinya, bahkan tengah malampun menjadi waktu yang tepat untuk mendapatkan harta yang melimpah.

Tahta menjadi tempat yang sangat empuk mendapat harta. Tahta menjadi kebanggaan bagi setiap manusia. Semuanya berlomba-lomba untuk mendapatkan tahta atau jabatan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi rebutan, kepala daerah menjadi rebutan dalam setiap pemilihannya dan tidak jarang terjadi kerusuhan dan permusuhan hanya karena beda pendapat dan beda pilihan. Hanya karena alasan tidak menjadi wakil rakyat, tetangga pun menjadi sasaran kemarahan dan permusuhan. Tahta telah menjadi kebutuhan hidup (life necessity). Setiap manusia pasti ingin mempunyai jabatan yang mapan.

Wanita menjadi bagian dalam hidup manusia, karena wanita merupakan pendamping hidup bagi laki-laki. Tidak jarang pula wanita menjadi rebutan bagi laki-laki, dan bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan wanita yang diingikan. Namun haruskan wanita selalu menjadi korban prostitusi? Haruskan wanita diperjual belikan?

Melihat fenomina yang terjadi baru-baru ini. Wanita telah menjadi barang dagangan yang dapat diperjual belikan dengan harga yang fantastis. Kejadian ini telah mencederai harkat dan martabat wanita. Hanya karena uang puluhan juta, wanita dapat dinikmati seperti kue yang diperjual belikan melalui jejering sosial. Termasuk kejadian yang menimpa artis yang baru-baru ini ramai dibicarakan. Uang menjadi alat untuk membeli kepuasan nafsu birahi para lelaki hidung belang. Uang telah membuat pelaku prostitusi buta dan tidak punya harga diri.

Islam datang untuk mengangkat harkat dan martabat manusia termasuk mengangkat harkat dan martabat wanita. Islam memuliakan wanita dengan menjadikannya istri yang sah. Diawali dengan melamar wanita yang dicintai kemudian diberi mahar dan melaksakan akad nikah terlebih dahulu. Bukan dengan dijual atau dengan memasang tarif sampai ratusan juta. Jika demikian, maka wanita telah kembali ke zaman jahiliyah yang dapat dijual belikan, bahkan lebih parah.

Seharusnya, wanita menjadi orang yang terhormat dengan tidak menjualkan diri kepada lelaki hidung belalang yang hanya ingin memuaskan nafsu birahinya. Seharusnya wanita menjadi orang yang paling dihormati dengan menolak ajakan lelaki hidung belang. Seharusnya wanita menjadi orang yang sukses dengan berkarir dan atau menjadi pengusaha, bukan menjual kehormatan untuk mendapatkan harta yang melimpah.

Lantas bagaimana cara membentengi diri dari pekerjaan yang naïf tersebut? Bagi penulis untuk membentengi diri dari pekerjaan yang hina itu adalah dengan memiliki rasa hormat pada diri sendiri. Hormat pada diri sediri bukan berarti sesorang memiliki sifat sombong, angkuh, egois , tetapi hormat pada diri sendiri yaitu dengan mengetahui karakter diri sendiri. Orang yang mengetahui diri sendiri berarti seseorang telah mengenal tuhannnya, ketika seseorang telah mengenal tehannya berarti seseorang itu akan malu kepada tuhannnya. Ketika ingin bebuat kejelekan termasuk menjerumuskan diri kedalam lembah kenestaan, orang tersebut akan merasa malu.

Selanjutnya adalah hidup sederhana. Dalam artian bahwa hidup sederhana adalah dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan berarti barang yang mau dibeli benar-benar dibutuhkan. Berbeda dengan keinginan. Orang yang membeli barang karena keinginan berarti dia hanya ingin memuaskan diri atau hanya karena gaya hidup (lifestyle). Hidup sederhana adalah dengan menggunakan harta sesuai dengan kebutuhan. tidak berlebihan. Dengan hidup sederhana seseorang dapat menerima apa adanya dalam hidup ini dan bekerja sesuai kemampuan diri sesorang, tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta yang melimpah apalagi sampai menjual diri hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, nauzubillahi mindzalik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun