Sebagai Khalifah fi Al-Ard manusia adalah pemimpin dimuka bumi, pemimpin bagi orang lain maupun pemimpin bagi dirinya sendiri. Manusia harus mampu menjadi da'i bagi dirinya sendiri, mampu mengarahkan dirinya sendiri terhadap kebaikan. Begitupun yang dimaksud pemimpin bagi orang lain, Â tak henti-hentinya disebutkan mengenai amar ma'ruf nahi mungkar atau perintah untuk melakukan kebaikan dan melarang berbuat kejahatan.Â
Sehingga disebutkan dalam al-Quran sebuah ayat yang berbunyi Ballighu 'anniy walau ayat yang artinya sampaikan dariku walau satu ayat. Dapat dipahami, bahwa dari ayat tersebut dakwah sangat dianjurkan bagi seluruh umat muslim sampai-sampai disebutkan satu ayatpun penting untuk disampaikan.Â
Namun melihat faktanya, saat ini ada bahkan sering terjadi disekitar kita kontroversi seorang pendakwah seiring dengan bertambahnya populasi pendakwah. Baik itu kontroversi mengenai latar belakang pendidikan, sanad keilmuan, ilmu yang disampaikan, Â cara penyampaian, maupun yang lainnya yang sepertinya kurang bisa diterima masyarakat.Â
Lantas mengapa hal sedemikian rupa sering terjadi? padahal esensi dakwah sendiri sebagai bentuk ajakan bagi seseorang untuk kembali kepada hakikat yang fitri yang tidak lain dan tidak bukan adalah jalan Allah Swt  yang seharusnya datang dengan cara menyejukkan,  mudah diterima dan menentramkan. Namun terlepas dari itu, setiap pendakwah tentunya mempunyai ciri khasnya tersendiri dan kapasitas ilmu pengetahuan tersendiri sehingga bagi para audien dipersilakan untuk selektif sesuai seleranya sendiri.Â
Mengacu pada ayat ballighu 'anniy walau ayat hadits tersebut merupakan metode pembiasaan yang sangat bagus dan melatih kotinyuitas dalam menjadikan seseorang bermafaat serta menjadi ayat motivasi bagi setiap muslim untuk berlomba-lomba dalam berdakwah. Sehingga bagi seseorang yang ingin bermanfaat bagi orang lain dan berjuang dijalan Allah dengan jalur pendakwah tentunya ada beberapa hal yang sangat penting untuk  diperhatikan dan dipersiapkan, salah satunya ilmu pengetahuan.Â
Ilmu pengetahuan tidak akan bisa dicapai dengan waktu yang singkat dan harus ditekuni sehingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk memahami dan istiqomah mengamalkan. Ketika ilmu dan amal sudah menjadi satu dalam jiwa seorang pendakwah maka ilmu juga akan mudah berasuk dan mengena dihati orang lain sehingga dalam penyampaian juga akan terasa mudah.Â
Namun mirisnya banyak orang yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan keislaman yang mendalam tetapi sudah berbicara seolah da'i handal dan sering membicarakan masalah kontroversional seperti keterkaitan operasi caesar dengan gangguan jin, doktrin adanya peperangan dimasa yang akan datang, doktrin negara islam, halalnya darah orang yang tidak seiman, opini tidak perlunya berusaha sebab rezeki sudah diatur sehingga cukup duduk dan berdzikir, dan sebagainya yang berbahaya.Â
Maka dari itu, standarisasi seorang da'i sepertinya perlu dibutuhkan karena berkaitan dengan pengarahan pola pikir dan psikis orang lain. Ada banyak yang dikhawatirkan ketika seseorang belum matang dalam keilmuannya namun sudah menyampaikan suatu ilmu agama maka dari itu timba lah ilmu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya sehingga nantinya ketika tidak bisa menjadi pendakwahpun ilmu tersebut berguna bagi diri sendiri dan keluarga.
Tulisan ini bukan berarti menghalangi dan mencegah seseorang untuk berdakwah, tetapi setidaknya ketika seseorang hendak memulai berdakwah dan sadar bahwa keilmuannya belum mencukupi maka tabayun dan pelajarilah terlebih dahulu secara mendalam terkait ilmu yang akan disampaikannya. Ketika tidak tahu maka jangan malu untuk mengatakan tidak tahu dan teruslah mencari tahu sehingga tidak menjadi orang yang sok tahu sebab nantinya akan berbahaya bagi audien.Â
Selain itu, niatkan aktivitas dakwahnya sebagai salah satu tempatnya mencari ilmu yang mana ia harus terus meng-upgrade strategi dan pemahamannya yang mendalam lagi dan lagi. Begitupun bagi yang ilmunya sudah cukup banyak maka jangan pernah berhenti belajar dan merasa puas. Sebab ketika kita menghindari praktik orang yang tidak kompeten maka sebenarnya kita melindungi masyarakat dan umat begitupun sebaliknya, ketika kita menjadi da'i atau membiarkan da'i yang tidak kompeten maka kita merusak masyarakat dan umat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H