Bangga menjadi Indonesia?
Seharusnya Indonesia bukanlah sekedar negara, bukanlah hanya tanah yang subur dan indah serta nyaman ditinggali, tetapi Indonesia adalah rumah besar yang menjadi milik kita bersama dengan rasa bangga untuk kita bangun dan rawat. Karena kita adalah saudara yang lahir ditanah yang sama, mengalir darah yang sama yaitu Merah putih, dalam jiwa dan tubuh Bhineka Tunggal Ika yang sama tanpa peduli terhadap warna kulit dan agama masing-masing pribadi, dan kita bangga menjadi anak-anak ideologis dari Pancasila.
Sayangnya bayangan kebanggaan itu semakin sirna, karena mental kita masih primitif, jauh dari moderen atau beradab, kita lebih bangga dengan warna kulit, suku dan agama, kita lebih senang menjadi primordial dan tetap menjaga semangat sektarian. Harusnya kita sudah meninggalkan itu semua, karena ini abad milenial yang penuh kejutan dan kemajuan, selalu bergerak tanpa batas waktu dan belenggu wilayah, semua yang menyusahkan itu sudah waktunya dianggap bagian dari sejarah, dan jika Indonesia ingin dianggap dalam pergaulan dunia.
Sebenarnya ada pekerjaan rumah yang besar untuk kita bersama-sama terekat dalam satu identitas Indonesia, dimana masih sangat teramat miskin akan simbol keindonesiaan kita sebagai bangsa yang ingin menjadi besar, Negara kita terdiri dari ribuan pulau, ratusan suku bangsa dan puluhan bahasa serta beragam agama dan kepercayaan, jika terus dibiarkan saling fitnah, hujat dan hidup saling curiga, bahkan Presiden yang kita pilih secara demokratispun kita hujat dan fitnah, padahal presiden adalah simbol negara, maka tunggu waktunya negeri ini akan bubar.
Bangsa yang tidak pernah berhenti menghujat.
Presiden adalah Simbol negara, pun kita hujat tanpa henti, seperti tiada lagi kebaikan dan jasa mereka membangun negri ini yang tersisa untuk dibanggakan. Siapapun Presiden di Indonesia akan dihujat oleh kita.
Tahun 1945 Indonesia merdeka, Soekarno awalnya disanjung sebagai bapak Proklamator dan Founding Father Indonesia. Namun sejak tahun 1960an Soekarno mulai dihujat sebagai PKI dan musuh orde baru dikesankan sebagai penjahat besar, masuk dalam tahanan rumah sampai akhirnya wafat dalam keprihatinan tragis.
1966 Soeharto menjadi Presiden dengan gerakan orde baru, juga demikian. Dikenal sebagai Bapak Pembangunan dengan REPELITA dan GBHN yang tersusun rapi untuk Indonesia siap tinggal landas menjadi negara maju.
Mulai tahun 1990an Dihujat karena KKN yg merajalela, sebagai ditaktor kejam dan tiran yang lalim. Semua tiba-tiba amnesia dengan segala pencapaian yg beliau buat selama 32 tahun memimpin negeri.
Soeharto turun tahun 1998, dan Habibie sebagai wakil Presiden saati itu menggantikannya secara otomatis ditengah hancurnya ekonomi Indonesia, Krisis moneter dan Rupiah terpuruk 1$ = Rp. 16.000,-. Beliau berhasil mengembalikan kurs Rupiah menjadi Rp 7.000,-
Namun beliau dihujat karena masih dianggap bagian dari orde baru dan sebagai penyebab Timor Timur harus lepas dari Indonesia, sehingga harus lengser saat laporan pertanggungjawabannya ditolak MPR tahun 1999.