Mohon tunggu...
Sam Sami
Sam Sami Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

saya adalah jurnalis dibidang Teknologi dan sain, yang memliki hobi bermusik

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mitigasi Banjir Rob di Pesisir Jawa, Telkom University bersama Universitas Wollongong Ciptakan Inovasi Tide-Eye

15 Oktober 2024   13:57 Diperbarui: 15 Oktober 2024   14:12 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan iklim global, layaknya badai tak kasat mata, terus menggerus bumi. Salah satu dampak yang paling nyata adalah kenaikan permukaan air laut, perlahan namun pasti, mengubah wajah garis pantai. Laut, yang dulu menjadi teman bagi banyak makhluk dan manusia pesisir, kini menjadi ancaman yang tak kenal kompromi. Pantai-pantai yang dulu ramai oleh tawa anak-anak, sekarang diintai oleh pasang tinggi, mengusik kedamaian. Tak terhitung habitat satwa liar yang terganggu, infrastruktur yang tergerus, dan permukiman yang terancam hanyut oleh derasnya arus perubahan ini. Di Indonesia, wilayah pesisir utara Pulau Jawa sering dilanda banjir rob, yang tidak hanya merusak tetapi juga melumpuhkan kehidupan sehari-hari, memukul ekonomi dan mencederai kesehatan masyarakat.

Menghadapi ganasnya banjir rob ini, pemerintah Indonesia terus berupaya membangun benteng pertahanan. Tanggul-tanggul laut, waduk besar, dan stasiun pompa telah dibangun untuk melawan arus. Namun, seperti perahu yang mendayung melawan arus deras, upaya ini masih terasa berat. Sistem pengendalian pompa yang masih manual dan minimnya pemantauan yang berkelanjutan, membuat langkah-langkah ini terasa kurang. Dalam ketidakpastian itu, ada secercah harapan.

Telkom University (Tel-U) dan University of Wollongong (UOW) Australia, melalui kolaborasi yang kuat, menghadirkan angin segar dengan inovasi yang dinamai *Tide-Eye*. Inovasi ini bukan sekadar teknologi, tetapi wujud nyata dari usaha manusia untuk mengerti dan memanfaatkan alam dengan lebih bijaksana. Dengan sokongan program KONEKSI 2023-2024, kerjasama dua negara ini berhasil menyatukan pengetahuan untuk merancang sistem pemantauan kenaikan muka air laut yang canggih.

Tide-Eye bukanlah sekadar alat, ia adalah mata yang melihat jauh ke dalam masa depan. Memadukan kecanggihan Internet of Things (IoT), drone, dan kecerdasan buatan, Tide-Eye hadir seperti seorang pengamat yang tak pernah tidur, selalu siaga mengawasi setiap tetes air laut yang berusaha menerobos daratan. Di pantai utara Jawa Tengah, Tide-Eye menjadi penjaga, dengan radar dan kamera yang dipasang di berbagai titik. Radar itu, seolah-olah menembus kabut, memantau setiap kenaikan permukaan laut. Sementara kamera, dengan ketajaman yang luar biasa, mengamati pemukiman, mengukur ketinggian air, dan memberikan peringatan dini kepada penduduk.

Lebih dari itu, drone berkamera yang dikendalikan oleh kecerdasan buatan turut terbang rendah, mengumpulkan gambar dari daerah-daerah yang dilanda banjir. Setiap gambaran yang terekam, diproses oleh sistem AI untuk memperkirakan luas wilayah yang terdampak. Pada dashboard monitoring, gambaran yang utuh ini dihidangkan kepada para pemangku kebijakan. Dengan data yang sedemikian lengkap, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) tidak lagi harus menebak-nebak dalam mengambil keputusan. Kini, mereka bisa merencanakan langkah-langkah mitigasi yang lebih presisi.

Inovasi ini, lahir dari tangan-tangan terampil para akademisi. Dipimpin oleh Ir. Miftadi Sudjai, dosen Fakultas Teknik Elektro (FTE) Tel-U, tim ini melibatkan nama-nama besar seperti Prof. Dr. Aloysius Adya Pramudita, Dr. Asep Suhendi, dan para peneliti lain yang tak kalah mumpuni. Bersama tim dari UoW yang dipimpin oleh Asoc. Prof. Dr. Le Chung Tran, mereka tidak hanya membangun alat, tetapi juga menciptakan jembatan kolaborasi antarnegara. Proyek ini juga melibatkan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana dan PT. Hilmi Anugrah sebagai mitra lokal, menjadikan inovasi ini semakin mengakar di tanah air.

Menurut Miftadi, teknologi IoT mampu memberi dampak besar pada mitigasi banjir rob. "Teknologi ini memberikan pemantauan yang lebih akurat, peringatan dini yang lebih cepat, serta otomatisasi dalam pengendalian pompa," ungkapnya.

Dengan semangat dan ketekunan, Tide-Eye akan diterapkan di tiga kota yang paling sering tersapu banjir rob: Pekalongan, Semarang, dan Demak. Namun lebih dari sekadar alat, proyek ini juga membawa misi sosial. Dengan menekankan perspektif GEDSI (Gender Equality, Disability, and Social Inclusion), mereka memastikan bahwa setiap solusi yang dihasilkan tidak meninggalkan satu pun kelompok masyarakat, dari perempuan hingga penyandang disabilitas.

Harapan Miftadi jelas, inovasi ini tak hanya akan mengatasi banjir rob, tetapi juga memperkuat ikatan antara dua bangsa, Indonesia dan Australia. "Kolaborasi ini," ujarnya penuh harap, "tidak hanya memperkuat hubungan antar institusi, tetapi juga semakin menyatukan masyarakat kedua negara."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun