Coba kita lihat kenapa informasi hoax itu tersebar masif, terstruktur, dan sistematif di ruang virtual,, itu bukan karena bisa jadi orang yang berkepentingan ingin menciptakan opini publik untuk melegitimasi kepentingannya, dan orang yang ikut menyebarkan itu juga bukan tidak tahu, tapi terkadang suatu informasi itu berkaitan atau memiliki kesamaan dengan keinginanna.
Dalam cyber komunikasi kita tidak hanya sebatas belajar bagai mana mengelolah suatu informasi yang baik di ruang virtual, akan tetapi setiap kepentingan kerap tersublimasi ke dalam ruang tersebut guna mendapatkan legitimasi atau dukungan publik. Sehingga realitas hari ini dalam ruang virtual banyak sekali bermuculan buzzer, dan haters dalam memaikan peran untuk mengekang suatu opini publik, maupun berperan dalam menciptakan opini baru.
Jadi dalam kajian komunikasi politik tentu melihat kasus informasi hoax tersebar masif karena ada kepentingan para plutokrasi yang ingin mengendalikan presepsi publik kepada persoalan lain, dan kenapa isu sensitif itu tersus dihangatkan karena keingianan kelompok yang berkepentingan itu ingin menanam kesan pada pikiran publik, agar suatu informasi itu terus di ingat sebagai suatu keyakinan.
Sehingga setiap kenapa setiap informasi hoax yang berseleweran di ruang virtual itu terus dibranding, karena setiap informasi itu tidak hadir begitu saja, ibarat sebab akibat, ada masalah tentu ada akibat, tetapi semua dalam konspirasi para pemilik modal, media dipake untuk memfollow up, mulai dari membranding, hingga memframing sesuai dengan selera kaum plutokrasi,, tujuannya suatu informasi hoax diciptakan seakan-akan hadir secara alami. Dn diulang terus kepada publik dan menjadi suatu keyakinan yang sulit untuk dipatahkan dengan logika rasional.
Dalam kajian konstruktifistik melihat persoalan semacam ini pada intinya kita adalam konstruksi kaum plutokrasi yang menjadikan kita sebagai objek politik yang mudah diatur sesuai selera mereka. Kita tak berdaya dalam memahami suatu problem, kita mudah diarahkan mudah di urak atik pikiran kita dalam permainan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H