Mohon tunggu...
Sam Persiana
Sam Persiana Mohon Tunggu... -

Penyuka buku, musik, travelling dan sepeda. Mahasiswa FKIP B.Inggris. Facebook: Sam Persiana Setiagraha. Twitter: @sam_persiana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa Mandul Nulis?

4 Juli 2013   18:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:00 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. (Pramoedya Ananta Toer, Minke 352)

Pada suatu ketika seorang mahasiswa meminta penulis membuatkan skripsinya. Ia rela membayar berapa pun asal skripsinya jadi. Penulis hanya menggeleng kepala seraya senyum kecil kemudian berkata “tidak.”

Menulis merupakan pekerjaan gampang tapi tidak gampangan. Menulis merupakan salah satu keterampilan bahasa yang seyogianya dikuasai mahasiswa. Namun, tak semua mahasiswa bisa menulis. Sebagian dari mereka menderitaphobiamenulis. Mereka tidak percaya akan kemampuan diri mereka sendiri. Ketidakpercayaan inilah yang akan melumpuhkan keberanian menulis. Padahal mahasiswa itu harus berani menulis. Seperti yang diungkapkan oleh Pramoedya Ananta Toer, “Menulis adalah sebuah keberanian.”

Peran dan fungsi mahasiswa yakni sebagaiagent of change, moral force, Iron stock,dansocial control.Mahasiswa sebagaiagent of changesejatinya bisa merubah besi berkarat menjadi emas. Bukan sebaliknya, merubah berlian menjadi arang. Jika mahasiswa mandul menulis, bagaimana bisa mengubah dunia?

Bagi bangsa Indonesia yang berbudaya dengar-omong, agak sulit kiranya membumikan budaya menulis. Padahal menulis itu melatih daya nalar. Menurut Alwasilah (2005), “Secara kolektif, bangsa yang lemah budaya tulisnya cenderung lemah daya nalarnya. Secara Individual, seorang yang produktif menulis akan lebih kritis daripada yang tidak produktif.” Berdasarkan pernyataan tersebut, jelas bahwa tantangan komunikasi tulis lebih canggih daripada komunikasi lisan.

Mengubah budaya tutur ke budaya tulis perlu proses. Tidak ada kata terlambat. Mulailah menulis dengan hal-hal kecil danrandom(acak) ihwal kehidupan sehari-hari. Apalagi dewasa ini mahasiswa semakin melek teknologi. Jejaring sosial semisal,facebook, blog, atau mikroblog(twitter)bisa digunakan sebagai obat manjur untuk menumbuhkan motivasi menulis. Sudah barang tentu, menggunakannya secara positif dalam koridor yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Mari menulis, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menulis.

Sam Persiana

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun