Ukraina -- Taiwan, Mainan Para Koboi Tua
Oleh Sampe L. Purba
Teater perang di Ukraina dibuka dengan tembakan roket pada 24 Pebruari 2022 oleh Vladimir Putin -- Koboi tua berusia 70 tahun. Presiden Zelensky segera meminta bantuan senjata ke NATO. Sebagai napak tilas, Zelensky mengungkapkan keinginannya bergabung dengan Uni Eropa dan NATO secara resmi pada pidato perdananya di Parlemen pada bulan Mei 2019. Hal ini mendapat penentangan keras dari Putin yang memandangnya sebagai ancaman langsung NATO kepada keamanan dan kepentingan nasional Rusia.
Ketika Zelensky semakin menunjukkan keseriusannya, Putin sekali lagi mengeluarkan ancaman. NATO di bawah Presiden Biden memberikan dua peringatan keras kepada Putin. Yang pertama adalah bahwa setiap negara berdaulat bebas menentukan pilihannya. Yang kedua, apabila Rusia berani melintasi perbatasan, maka akan menghadapi konsekuensi serius secara militer dan ekonomi.
Putin, tentu saja bukan pemain kemarin sore. Pada 24 Pebruari 2022 tembakan roket dan artileri mulai menghujani kota-kota di Ukraina. Serangan- serangannya terpola, terstruktur namun penuh dengan efek kejut. Zelensky segera menuntut janji Barat. Berkali-kali berpidato di forum NATO, Uni Eropa dan juga di forum forum seperti G7 hingga di Dewan Keamanan PBB, namun tidak banyak kemajuan yang dicapainya. Isterinya juga aktif melakukan diplomasi. "Perang ini telah membuat hubungan pernikahan kita semakin romantis", demikian Zelensky berucap dan merayu isterinya Olena Zelenska sepulang sang isteri dari lawatannya ke Amerika Serikat. Wanita cantik setengah baya ini -- sesekali jadi model - terpaut usia 12 hari lebih muda dari sang Presiden,
Hingga awal Agustus ini, kemajuan luar biasa telah dicapai pasukan Rusia. Daerah Donbansk -- Luhansk hingga sepanjang garis pantai Laut Azov di sisi barat daya - selatan Ukraina, hingga Crimea telah dikuasainya. Apabila tidak tercapai penyelesaian segera untuk mengakhiri perang ini, bukan tidak mungkin Ukraina akan menjadi Negara tertutup (land-lock country). Gerak pasukan Rusia ke barat Crimea ke pelabuhan Odessa hingga ke perbatasan Rumania, akan menutup akses Ukraina ke Laut Hitam. Ini akan memperlemah posisi negosiasi Ukraina di meja perundingan.
Keberhasilan Ukraina melakukan pengapalan perdana gandum beberapa hari yang lalu dari pelabuhan Odessa, tidak terlepas dari campur tangan PBB, dan diplomasi cerdas yang dilakukan Presiden Joko Widodo dan Presiden Turki baru-baru ini, yang membujuk Rusia untuk mengizinkan kapal niaga melintasi Odessa adalah demi kemanusiaan semata.
Amerika Serikat dan NATO membantu Ukraina dengan menjejali kiriman persenjataan canggih dan kebutuhan militer. Hingga bulan Juli 2022 nilai persenjataan yang dikirim (baca dijual) Amerika Serikat kepada Ukraina telah bernilai hampir 7 milyar dolar. Senjata-senjata tersebut meliputi antara lain artileri, sistem senjata anti pesawat udara, sistem senjata anti tank, drone, helikopter, senapan, amunisi dan pelindung tubuh. Namun NATO sangat hati-hati, tidak mau mengirim sistem persenjataan yang dapat menjangkau kota-kota di Rusia. Ukraina dipuji sebagai mitra penting untuk menjaga stabilitas keamanan di Eropa -- Atlantik. Namun demikian -- sekalipun telah babak belur -- tidak diterima keanggotaannya di NATO. Malah Swedia dan Finlandia, negara perbatasan Rusia lainnya yang diproses keanggotaannya.
Sehubungan disrupsi pasokan gas oleh Rusia, membuat perekonomian Eropa tidak stabil. Sebagai informasi, dalam tahun 2021 saja kebutuhan gas Eropa sebanyak 550 milyar kubik meter dipasok dari Rusia. Jumlah tersebut membuat ketergantungan yang tinggi antara 20% - 80% di berbagai negara Eropa. Â Amerika Serikat dengan sigap memasok LNG ke Eropa. Tercatat dalam beberapa bulan terakhir ini, angka penjualan gas Amerika Serikat ke Eropa meningkat dua kali lipat. Namun tetap saja hal tersebut tidak dapat mengatasi kekurangan energi di Eropa.
Inflasi dan pengangguran serta permasalahan sosial dihadapi Eropa yang menjadi tuan rumah menampung lebih dari tujuh juta pengungsi perang. Rakyat tidak puas dengan Pemerintah. Demonstrasi dimana-mana. Akumulasi kekecewaan itu telah memaksa Perdana Menteri Inggeris Boris Jhonson mengundurkan diri. Juga diikuti oleh Perdana Menteri Italia Mario Draghi. Negara-negara Balkan ex Pakta Warsawa seperti Bulgaria dan Hungaria tidak sepenuhnya sejalan dengan Uni Eropa. Demikian juga Serbia dan Moldova. Â Kita tidak tahu, apakah perang Ukraina ini akan menggoncang stabilitas politik di Negara-negara Eropa.
Sanksi ekonomi yang dijatuhkan Uni Eropa dan Amerika Serikat, tampaknya tidak efektif menekan Rusia. Di sisi lain, Rusia erat menjalin kerja sama dengan Negara-negara raksasa ekonomi seperti RRC dan India. RRC dan India memanfaatkan sanksi ekonomi Eropa dan Amerika Serikat dengan menampung serta menyalurkan minyak, energi dan komoditas Rusia. Rusia bersama India, RRC, Brazil dan Afrika Selatan yang tergabung dalam BRICS, bulan Juni yang lalu mengadakan konferensi tahunan ke 14 di Beijing. Alih-alih memberikan sanksi ke Rusia, dari 75 butir komunike BRICS tidak satupun yang mengutuk Rusia. Malah forum tersebut dimanfaatkan untuk mendorong peran lebih negara BRICS di PBB.