Mohon tunggu...
sampe purba
sampe purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Insan NKRI

Insan NKRI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Empat Wejangan Menyentuh, Tips Bapak Sarundajang

14 Februari 2021   11:55 Diperbarui: 14 Februari 2021   12:03 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yang ketiga adalah melatih stamina hati. Dalam hal ini, kita harus berempati, memperhatikan lingkungan sekitar, serta berbuat kebaikan, pada tingkat yang memungkinkan. Tidak perlu hitung-hitungan. Bantulah sesamamu, sekitarmu, lingkunganmu dan seterusnya.

Yang terakhir adalah melatih dan menggunakan organ organ spesifik anda sebagai seorang pria dewasa secara teratur. Dengan tersenyum beliau tidak menguraikannya. Yakin kami semua dapat memahaminya.

Sekian tahun setelah event tersebut, tepatnya 10 tahun kemudian saya bertemu lagi beliau di tahun 2013. Pada waktu itu kami peserta Program Pendidikan Reguler Lemhannas, melaksanakan kunjungan lapangan dalam negeri yang disebut Studi Strategis Dalam Negeri (SSDN), selama beberapa hari di tiga Provinsi yaitu Provinsi Bengkulu, Provinsi DIY dan Provinsi Sulawesi Utara. Kebetulan saya kebagian ikut ke Provinsi Sulawesi Utara.

Pada malam ramah tamah, Pak Sarundajang, sebagai Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, menjamu kami para Peserta Pendidikan beserta Pimpinan dan Tenaga Pengajar yang mendampingi kunjungan. Diiringi keyboardist dan penyanyi hotel setempat, kami bernyanyi nyanyi melepas kepenatan setelah seharian melakukan kunjungan lapangan ke Bitung, ke pedalaman kabupaten dan ke Kodam setempat (waktu itu masih setingkat Korem, dipimpin Pak Tobing).  Suara para Peserta, terutama para Tentara setingkat Kolonel senior, luar biasa merdunya. Mungkin berkat kebiasaan mereka bernyanyi nyanyi sebagai taruna gunung Tidar puluhan tahun sebelumnya, ditambah olah nafas yang prima.

Pak Gubernur juga tidak ketinggalan. Beliau dengan suara bariton, membawakan lagu lagu dengan gaya yang elegan, flamboyan dan easy going.  Ketika saya diminta rekan rekan untuk menyanyi, dengan suara pas pasan mike saya sambar, menyanyikan satu dua lagu populer Manado dengan fasih tanpa text. Maklum, lagu lagu Manado dari album Tantowi Yahya adalah favorit saya.

Saya memperkenalkan diri, sebagai murid tidak langsung pengagum pak Sarundajang yang pernah mendapat wejangan hal berkesan dari beliau 10 tahun sebelumnya di Ambon. Beliau benar benar lupa, baik peristiwanya maupun wejangan tersebut. Tetapi ketika saya berikan clue terkait terutama yang keempat itu, beliau langsung tertawa lepas. ".... ya, ya... saya ingat", kata beliau, dengan  senyum dan tertawa ramah, sambil mempersilakan saya duduk semeja.

Pak Sarundajang adalah salah satu birokrat paripurna. Meniti karier dari bawah hingga jabatan puncak. Seorang Negarawan. Beliau juga adalah dosen tamu beberapa waktu di Lemhannas. Saya tidak ada kontak personal dengan beliau. Namun pemikirannya yang tertuang di beberapa bukunya, sangat menginspirasi. Disertasi Doktornya  tentang Geostrategi, dengan studi kasus di Provinsi Sulawesi Utara sebagai gerbang beranda utara  di Pasifik  merupakan salah satu referensi utama saya ketika menempuh Pendidikan di Lemhannas. Tema geostrategi tersebut juga, yang mendorong saya dalam menulis disertasi -- saat ini masih pada tingkat draft -- terkait dengan geostrategi kawasan laut Andaman -- Aceh di gerbang Barat Indonesia.

Selamat jalan Bapak Sarundajang menuju keabadian. Bapak adalah seorang humanis dengan karya besar yang menyentuh kemanusiaan dan menginspirasi. Lintas waktu.  

... sabaslah hai hamba yang baik dan setiawan, yang telah mengakhiri pertandingan yang baik, mencapai garis akhir dan memelihara iman.  (Mt. 25,23; 2 Tm 4,7 14 Pebr 2021)

Penulis, tinggal di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun