Mohon tunggu...
sampe purba
sampe purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Insan NKRI

Insan NKRI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohung On Line

1 April 2020   13:21 Diperbarui: 27 April 2020   07:19 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

(Bagian Pertama)

Oleh : Sampe Purba

Pohung adalah sejenis ukiran batu kecil menyerupai manusia, yang berfungsi untuk menjaga kebun atau rumah yang ditinggal kosong pada zaman dahulu.

Pohung itu adalah semacam jimat yang telah "diisi" dengan mantera mantera, ramuan dan dirawat sedemikian, agar tuahnya tetap moncer. Itu menurut hikayat dan cerita orang orang tua zaman dulu.

Kalau ada yang masuk ke ladang seseorang, tanpa izin dan mencuri pula... bakal mampuslah dia. Dia tidak akan bisa keluar dari ladang/ kebun tersebut, hingga pemilik kebun datang. Pencuri/ tresspasser tersebut menjadi linglung dan seperti orang kehilangan akal.  Itu bisa berhari hari, lho.

Tidak setiap keluarga pekebun mampu membayar upah "ahli pohung". Pengguna jasa pohung juga harus memiliki moralitas yg baik. Tidak boleh petentengan, adi gang adi gung. Harus rendah hati. Jadi jangan heran, ada kebun yang ranum buah buahannya, tetapi tidak ada yang berani mengganggu. Ada pohung di situ. Seram, magis.  Sementara kebun di sebelah, sudah dijarah tanpa sempat berbuah

Beberapa waktu yang lalu, ada rekan medsos... yang bermaksud apabila pensiun kelak di kota, akan pulang kampung.  Menggarap sawah, memelihara ikan, berkebun, seindukan hewan dan seterusnya.

Ladangnya kebetulan tidak terlalu jauh dari gardu jaringan listrik. Sinyal HP juga sudah 4 G. Akses ke ladang, ada jalan desa yang dapat dilalui mobil pick up. Di tengah ladang, beliau akan membangun rumah sederhana yang apik, berlistrik. Ya, berselera kota lah.

Tetapi ada yang mengganjal pikirannya. Rupanya di daerah asalnya itu, tradisi saling menjaga harta teman, sudah menipis. Malah yang terjadi, pada musim panen banyak garong. Malam malam mencuri hasil ladang orang orang. Berkarung karung.  Bekas bekas ban mobil maling terlihat jelas. Itu merisaukannya.

Ada juga temannya yang sedang persiapan pensiun, berladang di desa. Temannya itu masih kerja di Medan. Sesekali pulang ke desa, ke ladang mengantar beras sekaligus memanen hasil ladang. Ladang temannya tersebut aman dari maling.

Selidik punya selidik, rupanya kawannya itu mempekerjakan orang orang setengah korslet.  Ada yg lepasan Rumah Sakit Jiwa yg terkadang kambuh, ada yang I.Q kurang penuh, ada pemuda putus asa seniman gagal cinta yg terpaksa jadi lajang tua. Seniman gagal  ini kumuh, nyentrik. Tidak pernah bersalin baju. Mandi hanya di kala bulan purnama.  Seperti serigala. Ada juga mantan caleg abadi, yang telah bertarung di tiga pemilu, dan satu pilkades. Jangankan lolos, partainya saja gagal memenuhi treshold. Si veteran caleg ini tetap aktif memantau WA, FB bahkan istagram. Hampir tiap hari meng upload tik-tok. Dia hanya bisa nyenyak tidur kalau menatap bintang. Tidurnya selalu di emperan.  Orang orang semacam itulah yang dipekerjakan temannya itu. Temannya itupun sebetulnya ada juga antik antiknya. Namanya Juaro Timus Van Sibayakk. (Double k).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun