Kompasiana, engkau hadir tepat di saat langit mendung, mentari tak mampu pancarkan sinarnya. Di situ hanya gigil dan sekujur tubuh membeku. Hati pun berselubung resah. Untung, engkau ulurkan tangan membawaku ke alam nirwana.Â
Di sana ku temukan segala ragam  pilihan yang membuatku lebih suam dan berwarna. Di sana pula, engkau kenalkan aku dengan setiap insan luar biasa mengajaku bercengkrama, bertukar ide dan gagasan.Â
Kompasiana, engkau hadir tepat di saat bumi yang kupijak tak lagi bersahabat. Kakiku letih, dan segenap tenagaku luluh lantah dihantam badai problematika. Jiwa pun berselimut gersang. Untung, kau datang mengajaku ke dunia sarat makna
Di sana kau merobohkan segala ego yang telah lama menjajah jiwa. Di sana engkau membuaku bertekuk lutut, tak mampu lagi melupakanmu. Meski sebenarnya engkau pernah mendorongku untuk enyah.Â
Kau pikir bagiku mudah? Jatuh cinta padamu bukan hal yang menjadi kuasaku. Pun melabuhkanku di benakmu bukan hakku. Pedih jika harus kupangkas paksa rasaku. Karena, engkau kini telah menjadi candu.
Sumedang, 23 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H