Kau buatku gila, aksara yang ku ukir dengan segenap jiwa ibarat ranting patah diterpa angin. Melayang tak tentu arah. Lalu, jatuh diantara onggokan sampah.
Tahukah engkau? Aksara demi aksara yang ku ukir itu tanda aku masih memujamu setiap waktu. Aksara demi aksara yang ku rajut itu bukti rasa asmara  masih bersemayam dalam dada.
Kau buatku gila, aksara yang ku rangkai ibarat kertas usang yang terbuang di ujung gang. Tergeletak acuh berteman sunyi. Tak layak untuk dikenang.
Tahukah engkau? Dari setiap aksara itu ada jiwa yang meronta, inginkanmu hadir nyata. Dari setiap aksara itu ada asa tak lekang oleh masa. Tapi, engkau anggap itu semua tanpa makna.
Sumedang, 22 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H