SEJAK mendeklarasikan diri bergabung dengan koalisi pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi), Ketua Umum Partai Partai Gerindra, Prabowo Subianto diprediksi akan banyak kehilangan pendukungnya. Karena terlalu banyak pihak yang merasa dikhianati.Â
Prediksi tersebut hingga hari ini memang belum bisa dibuktikan dengan pasti. Namun setidaknya telah ada beberapa pihak yang dengan terang-terangan menarik kembali dukungannya, seperti yang Prabowo dapatkan pada Pilpres 2014 dan 2019. Misal, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Persaudaraan Alumni (PA) 212.Â
Alasan ditariknya dukungan kedua kelompok tersebut di atas sudah bisa dipastikan, selain merasa dkhianati juga menganggap pandangan politik dan nilai perjuangannya sudah tak lagi sejalan.Â
Mungkin sebuah kerugian besar bagi Prabowo dengan lepasnya dua dukungan tersebut. Mengingat keduanya memiliki militansi pendukung dengan jumlah yang cukup banyak.Â
Namun, seperti orang bijak bilang, ada yang pergi pasti ada pula yang datang. Itu pula yang dirasakan Prabowo dan Partai Gerindra saat memutuskan bergabung dengan koalisi pemerintah.Â
Kaitannya dengan Pilpres 2024, sementara ini Partai Gerindra kabarnya lagi menjalin hubungan mesra dengan PDI Perjuangan. Tentu, dipandang dari hitung-hitungan matematis lebih menguntungkan dibanding masih bersama PKS. Sebab, partai berlambang banteng gemuk moncong putih ini jawara Pemilu dua kali berturut-turut.Â
Wacana yang berkembang, hubungan dua partai politik ini begitu mesra, karena mereka berencana menyandingkan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra dengan Puan Maharani dari PDI Perjuangan.Â
Dan, satu hal lagi yang membuat rasa kehilangan Prabowo terobati adalah hasil beberapa lembaga survei sejauh ini hampir selalu menempatkan elektabilitas dirinya yang tertinggi dibanding dengan para kandidat lainnya.Â
Boleh jadi, hal ini karena mantan Danjend Kopasus tersebut diberikan panggung politik dengan dipercaya sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) dalam Kabinet Indonesia Maju (KIM).Â
Dengan melihat peta politik seperti tersebut di atas, mungkin banyak yang berpikiran bahwa bergabungnya Prabowo dengan koalisi pemerintahan Jokowi adalah langkah tepat politiknya. Ia menjadi salah seorang kandidat kuat pada Pilpres mendatang.Â
Apalagi rival beratnya pada dua kali Pilpres sebelumnya, Presiden Jokowi dipastikan tidak bisa mencalonkan diri kembali. Karena dibatasi oleh regulasi atau Undang-Undang Pemilu.Â