Puan, Â tengoklah ranting itu hanya bergantung pada pohon mati. Dia tak mampu berjalan ke depan atau ke belakang. Tak mampu merasakan tetesan peluh daun di pagi hari. Hanya berdiam diri tanpa tahu bagaimana cara untuk pergi.
Daun yang dulu pernah terikat erat kini telah gugur. Kesepian, ranting itu tidak mampu bersembunyi dari waktu yang telah mempermainkan hidupnya kini. Yang tersisa hanyalah kehampaan pada sebatang rindu.
Puan, tengoklah ranting itu hanya bisa bertanya pada matahari yang terangnya dihalangi jelaga, pada bulan yang senyumnya tertutup awan hitam, pada angin yang datang dan pergi sesuka hati, dan kunang-kunang menggoda silih berganti.
Biarlah, ranting itu tak membutuhkan jawab dari seribu tanya dalam hati. Dia tahu bahwa rindu tak harus menjadi candu, dia paham bahwa cinta hanya tersimpan dalam asa. Dia hanya berteman sepi memikirkan daun yang gugur tak bisa kembali
Sumedang, 9 Oktober 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI