PUAN Maharani beberapa waktu lalu sempat menjadi bulan-bulanan publik dan warganet. Hal itu dipantik oleh ucapannya bahwa warga Sumatera Barat (Sumbar) kurang mendukung Pancasila. Hal tersebut dia sampaikan saat pengumuman pasangan calon Pilgub Sumbar yang diusung partainya, PDI Perjuangan.Â
Polah Puan itu tidak hanya trending di media sosial dan menuai banyak kritik. Akan tetapi harus dibayar mahal dengan mundurnya pasangan calon dari usungan PDI Perjuangan.Â
Dengan demikian, pertama kali dalam sejarah bahwa partai berlambang banteng gemuk moncong putih ini tidak turut serta dalam kontestasi Pilgub Sumbar.Â
Belum juga peristiwa yang dianggap menyinggung masyarakat Minangkabau itu benar-benar hilang dari ingatan publik, Puan kembali menjadi sorotan tajam.Â
Dalam sidang paripurna pengesahan Omnibus Law RUU Cipta Kerja, Senin (5/10/20), perempuan kelahiran Jakarta, 6 September 1973 tersebut dianggap telah melakukan sabotase terhadap salah seorang anggota DPR Fraksi Demokrat, Irwan Fecho.Â
Sabotase yang dilakukan Puan adalah mematikan mikropon saat Irwan Fecho tengah melakukan interupsi. Sialnya, prilakunya itu tertangkap kamera dan beredar luar di media sosial.Â
Terang saja, putri kandung dari Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri ini kembali harus menelan pil pahit. Apa yang pernah dialaminya saat menyinggung perasaan masyarakat Minangkabau harus kembali dirasakan. Lagi, Puan menjadi bulan-bulanan publik dan warganet.Â
Parahnya, Ketua DPR perempuan pertama di Indonesia ini dianggap anti demokratis oleh banyak kalangan, terutama oleh pihak-pihak yang menolak RUU Cipta Kerja. Pasalnya, Puan dianggap telah membungkam aspirasi anggota dewan lainnya untuk menyampaikan aspirasi.Â
Tidak sampai di situ. Setelah mikropon Irwan Fecho dimatikan, interupsi anggota Fraksi Demokrat lainnya, seperti Beny Kaharman pun tak digubris. Akibatnya, para anak buah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tersebut walk out dari jalannya sidang.Â
Ancam Elektabilitas PuanÂ
Puan Maharani dalam kurun waktu tak terlalu lama menjadi bahan cibiran dan bulan-bulanan publik tentu tidak akan menguntungkan dirinya secara politik. Dua peristiwa tersebut (kasus Sumbar dan sabotase mikropon) bisa jadi akan membuat angka elektabilitas dirinya terancam lebih jeblok.Â