SALAH seorang tokoh politik nasional yang digadang-gadang bakal ambil bagian dalam kontestasi Pilpres 2024, Puan Maharani mendadak jadi pusat perhatian publik tanah air, usai pernyataannya, meminta masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) menjadi provinsi yang mendukung Pancasila.Â
Pernyataan yang cukup mengagetkan banyak pihak ini disampaikan oleh puteri sulung Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan tersebut pada acara pengumuman calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) yang diusung partai berlambang banteng gemuk moncong putih, Rabu (2/09/2020).Â
Belum jelas apa maksud Puan Maharani menyempaikan narasi yang boleh jadi akan sangat menyinggung perasaan masyarakat asal cerita rakyat legendaris Malin Kundang tersebut. Apakah hanya sekadar keseleo lidah, sindiran politik, atau sebagai bentuk kekecewaan dirinya, mengingat dalam setiap perhelatan Pilkada Sumbar, PDI Perjuangan selalu keok.Â
Bagi penulis, apapun yang menjadi alasan Puan, tentu saja tidak pantas terlontar. Apalagi Puan adalah sebagai Ketua DPR RI dan salah seorang kandidat Pilpres 2024. Sejatinya, pernyataan-pernyataan semacam hal tersebut di atas tidak boleh terjadi. Kecuali memang hal itu sengaja dilakukan demi mendongkrak popularitas diri.Â
Ya, walaupun statusnya sebagai putri sulung Megawati dan Ketua DPR RI, polularitas Puan memang belum begitu mumpuni. Dari beberapa hasil survei, popularitas dan elektabilitas wanita kelahiran Jakarta, 6 September 1973 ini selalu berkutat di posisi bawah.Â
Popularitas Puan masih kalah bila dibandingkan dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta atau Anies Baswedan. Bahkan dibandingkan dengan tokoh politik lain yang non-eksekutif pun seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sandiaga Uno juga masih keteteran.Â
Apabila memang benar maksud pernyataan Puan tersebut guna membuat sensasi yang diharapkan mampu mendongkrak popularitasnya boleh jadi berhasil. Betapa tidak, tak lama setelah adanya pernyataan tersebut, namanya langsung menjadi bahan diskursus publik.Â
Bukan hanya di kalangan politisi dan pengamat. Kalangan warganet juga tak sedikit yang merisak Ketua DPP PDI Perjuangan dimaksud.Â
Hanya saja, popularitas yang diciptakan Puan Maharani ini jelas bermakna negatip. Alih-alih mampu menaikan elektabilitas, penulis rasa akan semakin membuatnya tenggelam jika tidak secepatnya diantisipasi.Â
Tuai KritikanÂ
Mulutmu harimaumu. Pribahasa ini mungkin cocok dialamatkan terhadap Puan atas pernyataannya yang telah menyinggung masyarakat Sumbar.Â
Ya, karena ungkapan yang meminta masyarakat Minangkabau mendukung pancasila tersebut, langsung menuai kritikan banyak pihak.Â
Diantara sekian banyak pengkritik, salah satunya datang dari politisi Partai Gerindra, Fadli Zon. Dalam akun twitternya, anggota DPR RI itu menyebut hanya kalangan yang tidak membaca dan memahami sejarah bangsa Indonesia saja, yang masih meragukan masyarakat Sumatera Barat mendukung Pancasila.Â
"Hanya orang-orang yang tak membaca dan mengerti sejarah yang masih meragukan masyarakat Sumbar mendukung Pancasila. Ada tiga orang Minang hebat di belakang perumusan Pancasila dan UUD 1945: Mohammad Hatta, Muhammad Yamin dan H Agus Salim. Bahkan Bung Hatta adalah salah seorang Proklamator," kata Fadli Zon melalui akun Twitter-nya @fadlizon. Dikutip dari Hops.id.Â
Ruhut Jadi "Super Hero"Â
Bertubi-tubinya kritikan dari sejumlah kalangan terhadap Puan Maharani, rupanya disadari betul oleh politisi PDI Perjuangan lainnya. Salah satunya adalah Ruhut Sitompul.Â
Tak ubahnya seorang super hero yang tak bisa berpangku tangan atas segala peristiwa yang bisa merugikan masyarakat bumi, pun dengan Ruhut. Dia sepertinya tak bisa hanya berpangku tangan saat Puan jadi sasaran kritik atas pernyataannya yang berharap Provinsi Sumbar mendukung Pancasila.Â
Pria yang sempat akrab disebut "Si Poltak Raja Minyak dari Tarutung" itu langsung sigap membela putri sulung majikannya tersebut.Â
Menurut Ruhut, orang yang merasa terusik dengan pernyataan Puan, tidak memahami substansi pernyataan Puan. Bahkan, melaui akun twitternya, Ruhut balik menyerang para pengkritik yang dianggap telah nyinyir terhadap Puan.Â
"100 untuk Bu Puan, pernyataannya mengenai Sumbar, yang sewot pasti menanggapinya pakai kaca mata kuda," kata Ruhut, disitat Kamis, 3 September 2020. Dikutip dari Hops.id.Â
"Sudah terbukti dalam melaksanakan ideologi Pancasila yang nyinyir, ngebacot, para pendukung kadrun yang mau coba-coba mengganti Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia. Merdeka," kata Ruhut lagi.Â
Bukan hal aneh jika Ruhut selalu sigap membela setiap orang yang satu haluan dengan dirinya (baca: satu partai). Soalnya, sikap membela partai serta pemerintah dan tak segan menyerang balik lawan politik sudah kerap dia lakukan saat dirinya masih berseragam Partai Demokrat.
Tak jarang, mantan anggota Komisi III DPR RI dua kali berturut-turut ini perang mulut dengan siapapun yang mengusik pemerintah dan partai politiknya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H