MUNCULNYA nama Gibran Rakabuming Raka di kancah politik, sekira bulan September 2019, menjadikan isu dinasti politik kembali mencuat. Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada bulan tersebut resmi menjadi kader PDI-P, setelah mendaftar di DPC Surakarta.
Isu dinasti politik ini makin bergerak liar, manakala Gibran Rakabuming mencalonkan diri pada Pilwakot Solo 2020 dan kemudian akhirnya mendapat rekomendasi dari DPP PDI-P, Jumat (17/7/2020). Suara-suara sumir pun tak pelak mengarah pada Gibran dan ayahnya, Presiden Jokowi.
Gibran dianggap telah memanfaatkan status ayahnya sebagai penguasa nomor satu di republik ini demi kepentingan pribadi. Bisa majunya dia pada Pilwakot Solo tak lebih dari kuasa sang ayah. Sebab, sejatinya kakak kandung Kaesang Pangarep ini dianggap belum layak terjun dalam kontetasi Pilkada serentak 2020, karena masih minim pengalaman.
Pun dengan Presiden Jokowi. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga dinilai telah menggunakan kekuasaannya untuk memuluskan jalan putra sulungnya mendapatkan tiket maju Pilwakot.
Publik menilai, jika bukan putra presiden, Gibran sangat mungkin tidak akan direkomendasi. Pasalnya, Ahmad Purnomo sebagai rivalnya digadang-gadang jauh lebih pantas mendapatkan rekomendasi tersebut. Dalam hal ini, Presiden Jokowi berhasrat ingin melanggengkan kekuasaannya melalui Gibran.
Pada intinya, dengan majunya Gibran sebagai bakal calon Wali Kota Solo telah memantik isu dinasti politik tanah air makin kencang. Seolah-olah Presiden Jokowilah orang pertama yang ingin menjadikan dinasti politik tumbuh di tanah air.
Padahal, jauh sebelum Gibran terjun dalan kancah politik praktis pun, dinasti politik telah tumbuh subur di nusantara.
Arti Dinasti Politik
Sebelum mengulas beberapa contoh tentang tumbuh suburnya dinasti politik di tanah air, ada baiknya kita ulas dulu tentang apa itu dinasti politik.
Dinasti politik adalah wujud kekuasaan yang diwariskan dari penguasa sebelumnya terhadap keturunan atau kelompok keluarga yang masih ada kaitan hubungan darah. Tujuannya adalah demi mempertahankan atau melanggengkan kekuasaan.
Dalam sejarahnya, istilah dinasti merujuk pada sistem kekuasaan tempo dulu. Seperti halnya zaman kerajaan atau kekaisaran. Kala itu, yang bisa menampuk jabatan hampir selalu mengandalkan keturunan dari sekelompok orang atau keluarga.