PENGAMAT politik dari Universitas Islam Nusantara (UIN) Bandung, Profesor Nanat Fatah Natsir, menyebut Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, mulai merongrong dominasi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan. Sepakat?
Masalah sepakat atau tidaknya, pasti jawabannya akan subjektif. Tergantung siapa yang menjawabnya.
Bagi mereka pendukung Luhut, boleh jadi asumsi yang dilemparkan oleh Nanat bakal dibantahnya mentah-mentah. Bagaimanapun, mereka tidak ingin "jungjungannya" kalah pamor oleh Menhan Prabowo Subianto.
Sebaliknya, bagi mereka yang mendukung Prabowo Subianto, apa yang diutarakan Nanat ini hampir pasti disambut baik. Tentu saja mereka akan merasa bangga, jika Prabowo bisa menjadi salah seorang menteri yang memiliki pengaruh besar di kabinet.
Sementara, saya yang coba memposisikan diri di tengah-tengah, tentu saja kudu melihat fakta yang ada.
Namun, jika tolak ukurnya pada penunjukan Jokowi pada Prabowo Subianto sebagai penanggung jawab ketahanan pangan nasional, boleh jadi apa yang diutarakan Nanat ada benarnya.Â
Prabowo mulai merongrong dominasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang begitu besar di kabinet Jokowi. Terutama pada pemerintahan periode pertama.
Bukan rahasia umum, selama ini "taring" Opung, sapaan akrab Luhut di kabinet Presiden Jokowi begitu kuat.
Bukti dominasi Luhut sangat kuat, hampir semua proyek atau program-program besar Presiden Jokowi, dipercayakan terhadap jendral bintang tiga tersebut.
Dikutip dari Warta ekononi, contoh proyek besar yang dikendalikan Luhut antara lain, divestasi 51 persen sahan Frefort, proyek kereta cepat Jakarta - Bandung, kereta ringan (LRT), mengurus pinjaman dari Bank Pembangunan China (CDB), dan masih banyak lagi.
Bahkan, belum lama ini tindakan Luhut cukup ofensif dalam penanganan pandemi covid-19. Salah satunya, Luhut sempat membatalkan permintaan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menghentikan operasional bus antarkota antarprovinsi (AKAP), bus antar-jemput antarprovinsi (AJAP), serta bus pariwisata dari dan ke Jakarta, di tengah wabah Covid-19.