Singkat cerita, kerenggangan diantara keduanya semakin lebar, manakala pada Pilpres 2004 tersebut, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla ternyata mampu mengalahkan mantan boss-nya di pemerintahan, Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan Hasyim Muzadi.
Sejak saat itu, Megawati seolah enggan menjalin hubungan baik kembali dengan SBY. Bahkan partainya, PDI Perjuangan rela menjadi oposisi 10 tahun atau selama dua periode kepemimpinan SBY selaku Presiden Republik Indonesia.
Kesempatan untuk memperbaiki hubungan keduanya sebenarnya cukup besar saat SBY sempat merapat kepada Jokowi jelang pengumuman kabinet pada pemerintahan jilid II.
Ya, walaupun merapatnya SBY ke Jokowi bukan tanpa maksud. Diduga kuat, dia ingin menjadikan AHY menjadi salah satu menteri pada pemerintahan Jokowi jilid II.
Seperti sudah banyak diperkirakan, keinginan SBY ini akhirnya bagai mimpi di siang bolong. Dia gagal menjadikan AHY bergabung dalam Kabinet Indinesia Maju (KIM).
Pangkal masalah kegagalannya itu diperkirakan bahwa Megawati yang diakui atau tidak sangat memiliki kekuasaan di kelompok koalisi pemerintahan Jokowi tidak memberikan restunya kalau AHY diangkat jadi salah seorang menteri.
Intinya, kegagalan AHY menjadi menteri seolah menjadi karma atas "dosa" politik yang pernah diperbuat ayahnya. SBY dianggap telah berani "mengkhianati" Megawati yang notabene adalah boss-nya.
Nah, apa yang terjadi pada awal kepemimpinan Jokowi jilid II. Rasanya seperti dinyatakan oleh Saiful Anam kembali jadi kenyataan. Bahwa AHY akan sulit masuk kabinet, seandainya reshuffle diwujudkan dalam waktu dekat.Â
Karena Megawati masih memegang peranan penting dalam koalisi pemerintahan Jokowi.
Sangat mungkin, Megawati masih tidak akan terima. Karena saya rasa tidak ingin kejadian pahit pada 2004 lalu kembali terulang.
Sebagaimana diketahui, saat ini PDI Perjuangan dan Megawati Soekarnoputri mempunyai agenda politik yang maha penting, yakni mengusung putrinya, Puan Maharani maju pada Pilpres/Pilwapres 2024.
Sejauh ini posisi Puan setidaknya di internal partai masih aman dan terkendali. Walaupun ada nama Ganjar Pranowo yang belakangan elektabilitasnya membaik. Tapi, lupakan dulu Ganjar. Kita bicara Putri dari Megawati saja.