PERNYATAAN jengkel Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) yang berujung pada ancaman pembubaran lembaga dan reshuffle kebinet, pada sidang kabinet paripurna, Kamis (18/06/2020), membuat partai politik (parpol) pengusung kebakaran jenggot.
Bagaikan efek kejut, pernyataan orang nomor satu yang akhirnya viral setelah diunggah lewat akun youtube Sekretariat Kabinet, Minggu (28/06/2020), parpol yang merasa menempatkan kadernya di Kabinet Indonesia Maju (KIM) terhenyak.
Jamak, mereka jelas khawatir bahwa ancaman reshuffle tersebut jadi kenyataan dan kader partai merekalah yang akan menerima akibatnya.
Sebagai langkah antisipasi coba mereka (Baca : partai politik) lakukan. Ada yang langsung mengklaim bahwa kader-kadernya yang masuk dalam kabinet telah bekerja dengan sebaik mungkin.
Ada pula yang langsung siap pasang badan dan memuji habis-habisan langkah dan kebijakan Presiden Presiden Jokowi.
Partai mana yang dimaksud tersebut di atas?
Yang langsung memberikan pernyataan bahwa kinerja kadernya yang menduduki posisi menteri telah bekerja maksimal dan luar biasa adalah Partai Golongan Karya. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Umumnya, Ahmad Doli Kurnia.
"Golkar sudah memberikan putra-putra terbaiknya dan setahu kami putra-putra terbaik itu sudah melakukan kerja luar biasa dengan kerja yang tidak biasa," tutur Doli kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (30/6). Dikutip dari Waspada.co.id.
Sah-sah saja jika Ahmad Kurnia menyatakan seperti itu. Tapi, faktanya tak sedikit kalangan bahkan pengamat justru memasukan beberapa kader dari partai berlambang pohon beringin ini sebagai salah satu menteri yang layak direshuffle.
Sebut saja, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan.
Alasan kenapa mantan jendral bintang tiga itu layak diganti karena dinilai kerap membuat pernyataan kontroversial sehingga memantik kegaduhan. Salah satunya saat berseteru dengan mantan Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Muhamad Said Didu.
Tidak tanggung, perseteruan tersebut berujung pada pelaporan pihak Luhut kepada aparat kepolisian.
Kemudian, ada nama Airlangga Hartarto. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini juga dianggap layak untuk direshuffle.
Pasalnya, Ketua Umum Partai Golkar ini dinilai tidak cukup mumpuni dalam menangani dampak pandemi virus corona dari segi perekonomian.
"Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dianggap gagal mempercepat realisasi stimulus di bidang dunia usaha dan UMKM. Ini sudah under-performance," ujar Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bima Yudhistira. Dikutip dari Tempo.co.
Beda halnya dengan Partai Golkar. PDI Perjuangan lebih memilih "berbaik-baik" terhadap Presiden Jokowi.
Partai berlambang Banteng gemuk moncong putih ini menilai kinerja serta langkah-langkah kebijakan Presiden Jokowi dalam penanganan virus corona sudah sangat tepat.
Untuk itu, mereka akan selalu memberikan dukungan penuh dan para "banteng" (Baca : PDI Perjuangan) siap pasang badan bagi Presiden Jokowi.
"PDI Perjuangan menilai bahwa Presiden Jokowi telah bekerja keras dan terus berjuang membantu rakyat agar Indonesia secepatnya bisa mengatasi dampak Covid-19. Kami berikan dukungan penuh dan siap pasang badan bagi Presiden Jokowi di dalam penanganan Covid19, demikian halnya di dalam menghadapi kelompok tertentu yang terus melalukan provokasi, memancing di air keruh, dan menganggu ketentraman masyarakat. Pada saat bersamaan partai terus melakukan dialog dan jaring aspirasi rakyat," kata Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dalam keterangan yang diterima, Kamis (2/7). Dikutip dari Jpnn.com.
Tidak aneh jika PDI Perjuangan begitu memuji kinerja dan mendukung langkah-langkah kebijakan mantan Wali Kota Solo tersebut. Pasalnya, partai yang nahkodai oleh Megawati Soekarnoputri ini merupakan pendukung terbesar Jokowi selama dua periode pemerintahannya.
Hanya saja, kenapa puja-puji hingga siap pasang badan ini diutarakan tak lama atas adanya ancaman reshuffle. Padahal sebelumnya, kader-kader PDI Perjuangan juga kerap mengkritisi kebijakan Presiden Jokowi.
Sebut saja Masinton Pasaribu dan Artelia Dahlan. Kedua kader partai yang sekaligus anggota DPR RI Komisi III ini begitu vokal saat Presiden Jokowi menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) nomor 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Covid-19.
Menurutnya, klausul pasal imunitas yang terdapat pada Perppu itu bersebrangan dengan amanah konstitusi UUD 45, yang menegaskan bahwa semua warga negara berkedudukan sama di mata hukum.
Selain Masinton dan Artelia, ada juga nama Adian Napitupulu. Benar, mantan aktivis'98 ini tidak langsung menyerang Presiden Jokowi, melainkan Menteri BUMN, Erick Tohir.
Namun jangan lupa, Erick Tohir ini adalah satu haluan dengan Adian sebagai pendukung pemerintah. Jadi, saat Erick dikritisi, itu artinya tak jauh beda dengan mengkritisi pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Jokowi.
Maka, lucu juga saat wacana reshuffle berhembus, PDI Perjuangan mendadak "ramah tamah" terhadap orang nomor 1 di negara ini.
Halnya Partai Golkar, di tubuh PDI Perjuangan juga ada beberapa kadernya yang disebut-sebut layak untuk di reshuffle.
Mereka itu adalah, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasona Laoly.
Politisi senior partai "banteng" ini dianggap layak untuk diganti, karena kebijakannya membebaskan ribuan napi lewat program asimilasi. Parahnya, napi-napi yang telah dibebaskan tersebut tak sedikit yang kembali membuat aksi-aksi kriminalitas.
Lalu, ada nama Meteri Sosial (Mensos), Juliari Batubara. Figur ini dianggap layak sebagai menteri yang termasuk dalam daftar reshuffle.Â
Juliari dianggap sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas banyaknya data penduduk yang tidak valid, sehingga program jaminan sosial atau bantuan sosial untuk warga masyarakat terdampak pandemi covid-19 tidak berjalan dengan baik.
Dalam hal ini, Mensos Juliari dinilai telah gagal menyiapkan data yang baik, sehingga program jaminan pengamanan sosial tidak tepat sasaran dan cenderung bermasalah.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H