Ibarat air laut, ada pasang ada surut, pun dengan Anies Baswedan. Sosoknya yang sudah begitu "tercabik-cabik" oleh segala macam kritikan serta caci maki publik, tiba-tiba mendapatkan panggungnya lagi.
Caci-maki dan rasa benci seketika berubah jadi puja-puji, setelah dirinya dianggap sebagai pemimpin yang sigap dan tegas dalam mengantisifasi mewabahnya virus corona di tanah air, khususnya Jakarta.
Dalam hal ini, mantan Rektor Universitas Paramadhina Jakarta tersebut dianggap lebih sigap dan transfaran dari pemerintah pusat.Â
Di saat pemerintah pusat seolah masih menyembunyikan data terkait virus corona dan belum ada kebijakan pasti, Anies justeru telah lebih dulu melakukannya. Sebut saja cepat menutup tempat wisata dan meliburkan siswa untuk belajar di rumah.
Kebijakan ini terang menuai pujian. Tidak hanya dari pendukungnya, pihak yang selama ini mengkritiknya tak urung turut memuji. Bahkan, Presiden Jokowi pun ikut memberi apresiasi.
Sayang, dalam perjalanannya momentum baik itu tidak bisa dijaganya dengan baik. Anies kembali banyak bertingkah.
Penyakitnya "melawan" kebijakan pemerintah pusat dan kebijakan asal bedanya kambuh. Ini yang menjadikan Anies kembali mendapat sorotan dari berbagai pihak.
Bahkan, masih kaitannya dengan masalah pandemi covid-19, Anies kurang mampu menangani masalah bantuan sosial (Bansos) untuk masyarakat terkena dampak. Terbukti banyak ditemukan masalah di lapangan. Semisal salah sasaran dan dobel penerima.
Hal ini mengakibatkan Anies kembali harus berseteru dengan para menterinya Jokowi. Yaitu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dan Menteri Sosial Juliari Batubara.
Sebelumnya, Anies juga sempat berkoar-koar di media Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age.
Dalam wawancara tersebut Anies Baswedan menyatakan bahwa Pemprov DKI sudah melacak kasus-kasus potensial terkait Covid-19 sejak Januari 2020.