ALKISAH, di salah satu desa yang penuh dengan hiruk pikuk penduduknya yang berasal dari berbagai suku, agama dan budaya. Berdirilah sebuah warung.
Warung itu namanya cukup unik, identik dengan nama pemiliknya, Komar. Maka kemudian warung tersebut dikenal dengan sebutan "warung Mang Komar".
Sebagai pemilik warung, mang Komar hampir tidak pernah menjual barang dagangannya sendiri. Dia lebih fokus menampung barang dagangan para penduduk yang ada di desa itu. Malah, ada juga dari desa-desa lainnya. Jumlahnya juga terbilang tak sedikit. Unik memang!
Meski hanya mengandalkan barang-barang titipan, warung mang Komar ini cukup laku, bahkan boleh jadi sangat laku. Terbukti banyak produsen yang memanfaatkan warung mang Komar sebagai ajang promosi. Dari sini sudah pasti mang Komar mendapat keuntungan.
Saking lakunya, hampir tiap hari ada saja warga yang ikut-ikutan nitip barang dagangannya. Sampai-sampai mang Komar harus selektif dan mengeluarkan aturan khusus terhadap calon penitipnya. Apa sih aturannya?
Jadi, mereka harus mendaftarkan diri dulu dengan mengisi formulir dan mengisinya dengan data pribadi hingga kartu identitasnya.
Setelah terdaftar, mang Komar pun memberikan kesempatan pada penitip untuk mengisi formulir berikutnya jika ingin setiap bulannya mendapatkan bonus.
Namun bonus ini tidak sembarangan diberikan. Hanya bagi mereka yang barang daganganya paling laku aja atau setidaknya dalam satu bulan mampu menjual 3000 jenis barang dagangan.
Hal ini juga masih diperketat dengan aturan lain, barang yang dihitung hanyalah barang yang lolos dari seleksi para pengurus warung mang Komar.
Tak hanya itu, untuk lebih memacu para penitip barangnya lebih giat dan berlomba membuat produk yang lebih baik, warung mang Komar pun menyediakan etalase khusus.
Bagi barang yang dianggap bagus menurut selera karyawan mang Komar, ditempatkan di etalase yang diberinama ANDALAN URANG (AU) artinya andalan saya.