Mohon tunggu...
Sam Tantular
Sam Tantular Mohon Tunggu... -

titi dan koffie

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Responsible Traveler #Etika Mengambil Gambar

27 Mei 2013   17:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:56 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Portabilitas dan kekuatan kamera saat ini membuatnya mudah untuk mengambil gambar di mana saja, kapan saja. Masalahnya adalah orang-orang tertentu dan tempat tertentu memiliki aturan tentang apa yang kita bisa dan tidak bisa kita ambil fotonya.

Kebanyakan wisatawan sering kali melakukan pelanggaran dengan mengambil foto tanpa mengkomunikasikan maksudnya, seperti minta ijin dulu kepada yang bersangkutan. Atau tidak memahami budaya setempat.

"Tidak semua objek bisa difoto, tidak semua objek yang bagus difoto boleh difoto" Pernyataan ini biasa dikenal jika kita belajar fotografi. Tak peduli apakah kita seorang profesional atau hanya seorang pengabadi momen amatiran atau... yang sekedar narsis aja, harus jeli melihat tempat dimana kaki ini memijak dan moncong lensa mengarah.
Karena satu "klik" suara rana yang terbuka harus dapat dipertanggung jawabkan.

Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung. Sopan-santun apapun bentuknya bertujuan mengatur tatanan sosial dalam masyarakat tertentu untuk menjaga keseimbangan di lingkungan tersebut.
Wajib hukumnya bagi para "pejalan" yang budiman untuk memahami sosial budaya lokal dan menghormatinya.

Terutama di wilayah Asia, dimana ada banyak kepercayaan dan simbol-simbol ketuhanan sangat kental. Kuil, gereja, masjid, sinagog, patung, pura, simbol agama tertentu, atau orang tertentu dilarang diambil gambarnya.

Dalam perkembangan pariwisata, akan ada banyak perubahan dalam aturan ini. Biasanya karena untuk melindungi situs warisan tertentu (misal di Lembah Mesir Para Raja) wisatawan dilarang mengambil gambar.
Tak terkecuali jika kita memasuki negara yang sangat tertutup dengan negara luar, sehingga tingkat kecurigaannya sangat tinggi, kamera menjadi sangat haram.

Rajin-rajin kita mencari informasi tentang hal ini, karena akan sangat memalukan jika kita melakukan kecerobohan karena mengabaikan norma. Dan sangat tidak lucu jika kita harus digelandang di kantor kepolisian karena hal ini.

Masih segar sekali peristiwa Waisak yang diwarnai kericuhan karena wisatawan yang ingin mengambil gambar menjadi trending topik di media. Berkaca dari peristiwa ini, mungkinkah kita juga melakukannya.
Uang dan umur memang mampu mengantarkan kita kemana saja, tapi rendahnya etika tidak mengantarkan kita kemana-mana.


Be Smart, be Responsible Traveler ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun