Mohon tunggu...
Sam Mutiar
Sam Mutiar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Krisis Energi Atau Krisis Manajemen Energi?“Blok Mahakam Merupakan Jawaban Awal yang Tepat”

3 Mei 2015   01:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:26 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Energi saat ini merupakan sumber dari kehidupan manusia. Dimana kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan akan energi untuk kelangsungan kehidupan umat manusia mulai dari kebutuhan industri, transportasi, hingga kebutuhan rumah tangga. Berbicara tentang energi tidak lepas dari energi fosil (minyak dan gas bumi) yang hingga saat ini menjadi pemain utama dari kebutuhan energi di dunia dan tidak terkecuali di Indonesia.

Menurut data energi mix Indonesia sampai saat ini minyak dan gas bumi masih menjadi sumber energi utama dengan kontribusinya yang lebih dari 50% menjadi sumber pemenuh kebutuhan energi Indonesia. Konsumsi migas tersebut kian meingkat dari tahun ketahun khususnya minyak bumi, sedangkan produksinya terus mengalami penurunan (Decline rate). Saat ini konsumsi minyak bumi sekitar 1,5 juta barel per hari dengan produksi hanya sekitar 900 ribu barel per hari. Hal ini yang menyebabkan Indonesia menjadi net importir minyak sejak tahun 2003 untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.

[caption id="attachment_414549" align="aligncenter" width="479" caption="Sumber : Overview Undustri Hulu Migas 2015"]

14305906741492372830
14305906741492372830
[/caption]

Menurut data SKK Migas, cadangan minyak terbukti (proven) di Indonesia saat ini sekitar 3,6miliar barel, dengan produksi rata-rata sekitar 900 ribu barrel per hari maka diperkiran cadangan tersebut akan habis sekitar 11 tahun lagi. Sedangkan cadangan gas bumi terbukti (proven) di Indonesia saat ini sekitar 100 TSCF dengan produksi sebesar 6800 MMSCF per hari makan diperkiraan cadangan tersebut masih dapat bertahan sekitar 40 tahun lagi.

Melihat kondisi saat ini sudah dapat dipastikan bahwa Indonesia akan segera menghadapi krisis energi. Namun hal itu tentunya harus segera diantisipasi dan juga segala usaha yang berkaitan dengan keenergian harus dikelola dengan sangat baik. Langkah-langkah apa saja yang bisa diambil oleh pemerintah untuk mengelola energi kita agar terhindar dari krisis energi? Berikut beberapa saran yang dapat penulis sampaikan :

Mempermudah skema perizinan untuk melakukan kegiatan eksplorasi

Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) saat ini harus mengurus 69 kategori perizinan melalui 284 proses, lebih dari 600 ribu surat, dan 17 institusi untuk mendapatkan izin melakukan kegiatan eksplorasi. Sungguh sangat rumit skema perizinan yang berlaku saat ini belum lagi adanya hambatan-hambatan seperti adanya oknum-oknum di pemerintah pusat, daerah bahkan pungli di lokasi eksplorasi. Hal ini sangat menghambat proses eksplorasi di Indonesia karena para investor enggan menanamkan modalnya untuk melakukan eksplorasi. Oleh karena itu skema perizinan ini harus dipermudah agar dapat menarik para investor dan kegiatan eksplorasi di Indonesia terutama di bagian timur Indonesia dapat lebih optimal dan dapat ditemukannya cadangan-cadangan baru.

Memberikan Tax HoIiday bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)

Tax holiday yaitu adanya pembebasan pajak produksi bagi para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada jangka waktu tertentu. Mengapa hal ini perlu dilakukan? Karena saat ini kegiatan eksplorasi sudah semakin sulit apalagi dihadapkan dengan kegiatan eksplorasi di bagian timur Indonesia dimana lokasi-lokasi eksplorasi berada pada daerah laut dalam, sehingga perusahaan harus menggunakan teknologi yang lebih canggih dan berdampak pada dana yang dikeluarkan menjadi jauh lebih besar, dan tidak jarang pula kegiatan eksplorasi berakhir dengan dry hole atau tidak menemukan hidrokarbon didalamnya. Adanya Tax Holiday akan lebih menarik para investor karena adanya jaminan baginya untuk mempercepat kurva pengeluaran uang menuju break even point (balik modal).

Optimasi Mature Field (Lapangan Tua)

Sebagian besar lapangan-lapangan migas di Indonesia adalah lapangan tua yang sudah sangat mengalami penurun produksi dan juga memiliki water cut yang sangat tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan optimasi untuk meningkatkan produksi seperti dilakukannya Artificial Lift (Metode pengangkatan buatan) dan juga Enhanced Oil Recovery (EOR).

Konversi Minyak Bumi ke Gas Bumi

Kita tau bahwa cadangan gas bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan minyak bumi, oleh karena itu konversi minyak bumi ke gas bumi merupakan tindakan yang tepat terutama untuk menekan jumlah konsumsi dan juga agar terlepas dari ketergantungan minyak bumi. Kegiatan konversi ini juga harus didukung dengan kebijakan-kebijakan lainnya di bagian hilir, dimana harus dibuat kebijakan untuk melakukan konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG). Namun yang menjadi catatan besar yaitu pemerintah harus segera memperbaiki infrastruktur agar transportasi gas bumi dapat teralokasikan di berbagai daerah di Indonesia dan juga membangun SPBG untuk mendukung terjadinya kegiatan konversi energi ini.

14308420122005659946
14308420122005659946

Mengambil Alih Blok Mahakam Merupakan Jawaban yang Tepat!

Mengapa harus mengambil alih Blok Mahakam? Seperti yang kita ketahui bahwa blok mahakan yang saat ini dikelola oleh TOTAL E&P Indonesie dan juga INPEX akan habis kontraknya pada tahun 2017, dan ini adalah saat yang tepat untuk mendukung pengelolaan (manajemen) energi yang baik. Cadangan yang dimiliki oleh blok mahakam pada tahun 2017 diperkirakan sebesar 8 TSCF untuk gas bumi dan 100 juta barrel untuk minyak bumi. Melihat cadangan yang cukup besar tersebut sudah seharusnya pemerintah mempercayakan blok mahakam pada National Oil Company (NOC) kita yaitu PERTAMINA. Pertamina sudah terbukti mumpuni dalam mengelola lapangan offshore seperti West Madura Offshore (WMO) dan juga Offshore North Wesr Java (ONWJ) yang dikelola oleh Pertamina Hulu Energi (PHE). Dengan mengambil alih blok mahakam ini maka sepenuhnya hasil produksi migas tersebut akan didapatkan dan digunakan untuk negeri ini dan juga meningkatkan pendapatan Pertamina yang berujung pada peningkatan devisa negara. Namun hal ini harus ditunjang dengan transfer teknologi yang baik agar produksi blok mahakam dapat terjaga dan bahkan dapat terjadi peningkatan. Transfer teknologi yang baik merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Sebagai contoh akibat transfer teknologi yang kurang baik saat mengambil alih blok West Madura Offshore (WMO) dari KODECO pada tahun 2012 terjadi penurunan produksi dari 23 ribu barrel per hari menjadi 11 ribu barrel per hari. Berbeda dengan yang terjadi  di blok Offshore North West Java (ONWJ) dimana saat pengambil alihan lapangan dari British Petroleum (BP) pada tahun 2009 terjadi transfer teknologi yang sangat baik dan akhirnya saat ini blok ONWJ beroperasi dengan baik bahkan telah mengalami kenaikan produksi dari 23 ribu barrel per hari menjadi sekitar 40 ribu barrel per hari.

14305909251336007125
14305909251336007125

Berdasarkan data-data dan juga opini penulis diatas maka apakah saat ini kita sedang mengalami krisis energi? Ataukah yang kita alami adalah krisis manajemen energi? Karena sesungguhnya Indonesia merupakan negara yang sangat dianugrahi oleh Tuhan yang Maha Esa dimana tersebar seluruh kekayaan dari sabang sampai merauke. Jadi sudah sepantasnya kita mampu melakukan “Manajemen” Energi agar dapat terhindar dari Krisis Energi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun