"Iya. Tapi kakek tetap harus minum". aku memaksanya. Dan kali ini ia menyerah. Ia mengambil beberapa tegukan. Cukup untuk membersihkan kerongkongannya.
"Sana kau panggilkan dokter atau siapalah. Kita yang anak-anak tidak akan mengerti". Perintahku pada Aziz. Yang langsung disambut dengan langkah panjang dan tergesa-gesa. Kupikir ia juga merasakan gejolak yang bersemayam dalam pikiranku.
Yang lainnya membantu membaringkan kek Belalang di atas dipan kumuh satu-satunya yang dimiliki surau. Wajahnya tampak pucat. Seperti gumpalan awan yang kini menghitam di bawah langit. Semoga saja tidak hujan, doaku dalam hati. Sore tampak menunjukkan dirinya. Angin kencang menerpa dinding surau. Menimbulkan suara dari ranting-ranting pepohonan yang bergoyang mengikuti hembusan angin. Terasa dingin menusuk kulit.
Hampir lima belas menit Aziz telah pergi, tetapi selama itu pula ia belum juga memperlihatkan tanda-tanda pulang. Nyaris batuk kek Belalang hampir pulih sendiri. Ia sudah bisa duduk dan mulai bicara pelan-pelan. Ah, mana si Aziz ? tanyanya ketika melihat anak itu tak ada di antara kami. Semua memilih diam, termasuk aku sendiri.Â
Ia berusaha berdiri dengan bertumpu pada tongkatnya. Lalu, dua orang bapak-bapak muncul di depan pintu. Dan Aziz berada di belakang mereka dengan nafas ngos-ngosan. Capek, matanya tampak mengatakan kalimat itu. Mereka langsung membantu kek Belalang menuju kamarnya di belakang. Dan, selepas itu aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Kami disuruh pulang.
Hampir lima hari pengajian diliburkan. Katanya kek Belalang masih dalam kondisi kurang sehat. Jadi, kami memaklumi hal itu. Hari yang keenam, kek Belalang tampak duduk di pintu surau. Merindukan anak-anak pengajiannya.
"Kemari, nak?". Panggil kek Belalang begitu girang melihatku berjalan ke arahnya.
"Alhamdulillah, kakek sudah sehat kembali". Ucapku tak kalah girang. Jika kek Belalang sudah pulih, pasti suraunya akan dipenuhi anak-anak lagi.
"Lah, mana teman-temanmu?". Kek Belalang memperhatikan apakah di belakangku masih ada yang lain.
"Tak ada, kek. Aku disuruh Ibu untuk memberikan ini pada kakek". sambil menyodorkan bungkusan berisi buah yang dibelikan Ibu di pasar pagi.
"Ibumu baik sekali". sambut kek Belalang dengan ucapan terima kasih.