Mohon tunggu...
Sammad Hasibuan
Sammad Hasibuan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surau Tua "Kek Belalang"

21 September 2018   09:12 Diperbarui: 21 September 2018   09:38 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mmm. Shalat itu kan salah satu rukun Islam, kek. Makanya wajib dikerjakan". ujarku, kala itu sedikit ragu-ragu. Kek Belalang memandangku. Sepertinya belum cukup puas dengan apa yang baru saja kukatakan.

"Yang lain, ayo, jawab!". Tiba-tiba kek Belalang meletakkan tongkatnya di depan kami. Artinya, jika tak ada lagi yang menjawab, sebentar lagi tongkat itu akan menemukan korbannya.

Semuanya terdiam. Yang satu menatap lainnya. Adapun aku yang merasa sudah memiliki jawaban, tersenyum angkuh. Anak-anak lain mulai tidak tenang dalam duduknya. Aziz, anak gemuk yang duduk paling depan tampak mundur sejengkal ke belakang. Sementara Arsyad, anak pak RT juga merapatkan tubuhnya ke tengah barisan. Akan tetapi, lagi-lagi aku keliru. Kukira, kek Belalang akan membiarkanku diam dalam keangkuhan. Sedangkan suara tak jelas mendengung seperti lebah. Meskipun yang hadir dalam surau tak lebih dari delapan anak, termasuk aku. Akan tetapi saat ketakutan suara kami bisa mengalahkan kawanan lebah yang sedang mengamuk sebab sarangnya diganggu.

Plak...

Tongkat keras, berwarna hitam mengkilap itu mendarat di bagian lutut kananku. Aduh! Sakit, kek. Ucapku sembari memijat pelan-pelan bagian tubuhku yang terkena pukulan kek Belalang. Adapun yang lainnya tertawa gembira. Lega. Ingin rasanya mengajukan pembelaan, tetapi melihat roman wajah kek Belalang yang menakutkan membuatku urung melakukannya. Nyaliku menciut. Tiba-tiba, kek Belalang berdiri. Mengambil bongkahan kapur yang terletak di sisi kanan papan tulis. Lalu menuliskan kutipan hadis Arba'in an-Nawawiyah.

 Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang mengerjakannya, ia telah turut mengokohkan agama. Dan, barang siapa yang meninggalkannya, maka ia juga turut meruntuhkan agama. (HR. Bukhori dan Muslim). Kira-kira begitulah artinya, ujar kek Belalang. Oleh sebab itu, seorang muslim yang tidak shalat, otomatis telah meruntuhkan agamanya sendiri. Bukan agamanya saja yang runtuh, bahkan dirinya juga akan turut diremehkan. Sebaliknya, seorang Muslim yang benar-benar melaksanakan kewajibannya, tentunya ia berhasil dalam menjalankan tuntunan Baginda Nabi". tambahnya.

"Nah, kalau Islamnya hanya di-KTP saja bagaimana, kek?". Tiba-tiba suara Aziz menciptakan keberanian pada lainnya. Benar. Banyak orang mengaku Muslim, tapi mengabaikan perintah shalat. Miris sekali, gumamku. Kek Belalang mondar-mandir di depan papan tulis. Mengacung-acungkan tongkat sembari menjelaskan kewajiban shalat sebagai salah satu rukun Islam.

"Lagi! Ada yang tahu bedanya antara orang Muslim dengan non-Muslim?". tanya kek Belalang. Anak-anak kembali berpikir mencari jawaban. Aziz menekuk kedua kakinya. Matanya mengarah pada papan tulis hitam. Seolah ia menemukan jawaban dari hitamnya papan tersebut.

"Kek ?". aku mengacungkan tangan sedikit ragu-ragu.

"Ya. Kau sudah dapat jawaban, Hamzah?".

"Hmm. Tidak terlalu yakin. Namun, aku mencoba menghubungkan hadis yang tertulis di papan itu dengan apa yang saya lihat di sekitar kita". masih dalam keragu-raguan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun