Mohon tunggu...
Samiun Achmad
Samiun Achmad Mohon Tunggu... karyawan Bumiputera Life Insurance -

Lahir di Enrekang, 9 Pebruari 1969 ,saat ini bekerja sebagai profesional Asuransi Jiwa dan Kesehatan Menulis itu dapat menajamkan pikiran dan akal,tetapi membaca akan membawa pada perenungan,kerendahan hati dan cinta kasih

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Alasan Mendasar Warga NU Tidak Memilih Jokowi!

6 Mei 2014   17:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada Umumnya Gerakan Melingkar yang dilakukan oleh Jokowi dengan mendatangi  Para Ulama langitan  NU di berbagai tempat di Jateng dan Jatim  , dan juga jurus terbarunya  dengan  meminta Ibu Khopipa  menjadi Jubirnya dalam kampanye pemenangan Pilpres 2014  tidak akan berdampak  dan berbanding lurus dengan pengikut NU di barisan akar rumput. Mengapa....!?

Bukan Rahasia lagi  PDIP lah yang dikomandoi oleh Megawati  telah melengserkan GUSDUR dari Istana ketika itu... bayangan Guru mereka, bahkan Wali mereka KH Abd Rahman Wahid di kuyo kuyo dan meninggalkan Istana Kepresidenan dengan memakai Sandal Jepit  bercelana pendek  belum hilang dalam ingatan semua warga  NU.

Masih terngiang ngiang ditelinga mereka ucapan Gusdur bahwa PKB itu adalah  telur yang dihasilkan NU dan karena itu  PKB tidak bisa dipisahkan dari NU , jadi kalau sekarang Cak Imin menari nari bersama PDIP itu malah akan semangkin membuat kesal dan gusar para pengikut Gusdur dilapisan bawah.

Terbayang wajah Cak imin yang begitu gigih menghilangkan puteri  Gusdur dari PKB dan karena itu PKB di kangkangi oleh Muhaimin saat ini akan  tidak  berbanding lurus dengan  keinginan para pemilih untuk begitu saja mengikuti keinginan Gus Imin memilih JOKOWI.

JOKOWI yang refresentasi dari PDIP dan Juga PKB Muhaimin akan menyebabkan pendukung Gusdur  tidak akan memilih orangnya PDIP, ingatlah ketika Hasyim Muzadi  berpasangan dengan Megawati apa yang terjadi Megawati Kalah dan orang orang memilih  yang lain.

Megawati yang mewakili PDIP hanya dapat suara 26,24% ( Megawati  Hasyim )  sementara SBY JK 33,58% sehingga masuk putaran kedua dan dimenangkan SBY JK pada saat itu  2004.

Saat itu   Hasyim Muzadi menjabat ketua  PB NU  tetapi suara NU sudah dibelah Tuhan dengan cara tersendiri yaitu  Wiranto pergi berpasangan dengan Salahuddin Wahid ( Saudara GUSDUR ) dan memperoleh suara 22,19 %.

Jadi  kali ini pun jika Bukan Mahfud MD  yang menjadi Wakil Jokowi , dan  akhirnya dipilih JK maka peluang NU dipecah Tuhan  terjadi lagi , kemungkinan Mahfud MD akan berpasangan dengan Calon yang diusung Demokrat  entah Dahlan Iskan atau Pramono Edy Wibowo...! atau mungkin Gita Wiryawan  sehingga akan mengulang kejadian tahun 2004 , Warga NU terbelah  dan lebih memilih mungkin Prabowo Akbar Tanjung , atau Prabowo  Nurwahid, dan juga Madfud MD Dahlan  Iskan.

memang tidak ada orang yang teriak kampanye masih luka lama jengkel sama PDIP melengserkan GUSDUR sebegitu rupa  tetapi jauh diadalam bawah sadar setiap pribadi warga NU di TPS nanti mereka akan memilih yang bukan wakil PDIP karena menganggap PDIPlah yang membuat sengsara sang Wali, sang Guru mereka  yaitu GUSDUR.

apalagi ditenggarai beberapa waktu lalu muncul bocoran ketika ada gangguan terhadap tempat pemakaman Gusdur , ditemukan Kain kafan Gusdur masih utuh , sehingga semangkin kuatlah keyakinan warga NU  bahwa Guru mereka, panutan mereka yaitu GUSDUR adalah seorang Wali..!

nah seorang Wali  atau Resi  tidak pantas diperlakukan  oleh Megawati  ataupun PDIP dengan cara mendongkel Gusdur dari Kursi Presiden . Walaupun memang masih diperdebatkan tentang pencongkelan Gusdur siapa yg paling berperan, tetapi pun  demikian mestinya ketika itu Megawati tidak bersedia Gusdur di dongkel.

Kesediaan Megawati berkomplot dengan DPR ketika itu  menjatuhkan GUSDUR mengakibatkan  luka yang dalam dan mungkin juga semacam sumpah dari warga NU sehingga dikemudian hari  terlihat PDIP walaupun suaranya signifikan tidak bisa masuk dalam kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun