Transisi energi terbarukan merupakan langkah masif saat ini untuk mitigasi perubahan iklim namun dibalik itu semua baterai sebagai penyimpan energi listrik menghasilkan limbah B3 sebagai limbah yang berbahan kimia berbahaya bagi makhluk hidup dan juga lingkungan. Persoalan ini akibat dari umur pakai baterai antara 2-10 tahun. Green Hydorgen sebagai solusi pembawa energi bersih karena memiliki dampak dekarbonisai melalui proses elektrolisis yang mana sumber energi eksternal dari solar, angin atau hidro untuk dilakukan pemecahan molekul air sehingga menghasilkan hydrogen pada air saat terjadi oksidasi dan memiliki potensi penyimpanan listrik jangka musiman dan mampu menghasilkan listrik sesuai permintaan.
Saat ini 96% hydrogen dihasilkan bahan bakar fosil. Terdapat grey hydrogen diakibatkan selama proses pembentuk hidrogen dari air atau disebut "steam reforming", namun kekurangannya proses ini menghasilkan CO2 akibat bahan bakar fosil, CO2 tersebut tidak mampu tertangkap. Pada saat produksi karbon dioksida yang dihasilkan mencapai 9,3 kg CO2 hal berakibat buruk pada efek gas rumah kaca. Terdapat juga brown atau black hydrogen yang mana pada saat pembentukan hydrogen menghasilkan CO2 namun lebih rendah dari grey hydrogen. Maka dari pemilihan green hydrogen merupaka pemanfaatan pembangkit ebt sebagai penggerak penghasil hidogen.
Hidrogen dihasilkan dengan memecahkan molekul air dengan cara oksidasi menggunakan listrik dari ebt. Solar photovoltaic (PV) atau dikenal dengan panel surya merupakan salah satu EBT termurah dan diaplikasikan dengan 520 GW dari kapasitas kumulatif pemasang solar panel di seluruh dunia maka dari solar panel dianggap vektor energi utama untuk penggerak Green Hydrogen. Pemasangan Solar Panel alternatif paling mudah karena dapat dilakukan instalasi atap, pemasangan on-grid dan off-grid dapat aplikasikan dan juga juga biaya investasi paling murah dibandingkan sumber energi terbarukan lainnya.
Sepeti pegaplikasian green hydrigen solar panel off-grid telah dilakukan analisis rancang bangun di kota Tabuk di Arab Saudi, PV beroperasi selama 9,1 jam per hari off-grid support dan menghasilkan kapasitas produksi sebanyak 50 ton 2 per hari dengan tekanan 20 bar. Maka dari itu pada perancangan kali ini apabila PV beroperasi selama 11 jam terutama di musim kemarau kapasitas produksi 2 dihasilkan sebanyak 60,5 ton 2 per hari.
Green Hydrogen merupakan solusi untuk net zero emission dikarenakan proses memanfaatkan Energi Baru Terbarukan salah satunya solar panel, yang mampu mendukung dekarbonisasi dan merendahkan nilai jejak karbon. Hidrogen juga dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif transportasi atau disebut hydrogen fuel cell dapat digunakan untuk moda transportasi mobil, pesawat, bus dan kreta dan mampu menurunkan polusi udara, pengisian bahan bakar terbilang lebih cepat dibandingkan electric vehicle. Hidrogen tidak memerlukan baterai sebagai penyimpanan daya ini berarti hidrogen memiliki sifat berkelanjutan karena tidak memerlukan pengolahan limbah penyimpanan yang mampu merusak kestabilan alam. Penerapan CPV-E pada Green Hydrogen mampu menciptakan perubahan lingkungan dan juga transisisi energi karena efisensinya dinilai tinggi dengan produksi 60,5 ton ton 2 per hari. Namun pembanguan untuk Green Hydorgen di Indonesia belum banyak dukungan dan memiliki nilai investasi yang tentunya tidak murah, ini merupakan tantang bagi Indonesia terus melakukan pembenahan transisi energi supaya indonesia mampu menyukseskan Perjanjian Paris tahun 2015 dan mengurangi kadar jejak karbon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H