Mohon tunggu...
Samin Barkah
Samin Barkah Mohon Tunggu... profesional -

Orang Betawi yang pernah merantau 10 tahun. Baginya hidup harus dibuat simpel dan sederhana. Membagi permasalahan menjadi dua; Masalah prinsip yang yang harus diperjuangkan; Masalah praktis yang bisa disederhanakan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ustadz Jefry Al-Buchori, Dai Gaul Aktivis Media Sosial

27 April 2013   21:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:30 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang menarik dari kematian dai gaul, ust Jefry Al-Buchori yang akrab dikenal dengan Uje. Di akhir-akhir status akun Twitter Uje, @jefri_buchori, ia menulis status tentang “Kembali kepada-Nya”, berupa:

Uje.. @jefri_buchori

Pada akhirnya.. Semua akan menemukan yg namanya titik jenuh.. Dan pada saat itu.. Kembali adalah yg terbaik.. Ke... — http://path.com/p/389nzK

Saat ini dipublish dengan aplikasi "Path" tersebut telah di-retweet sebanyak 48.587 kali dan menjadi favorit oleh sebanyak 9.284 pengguna Twitter. Uje termasuk salah seorang ustadz gaul yang pasti perhatian dengan sosial media, hingga beliau memiliki akun FB dan twitter. Karena baginya media sosial merupakan dunia komunikasi komunitas tertentu di dunia maya yang sama pentingnya dengan pergaulan sosial di dunia nyata. Kehidupan sosial yang harus disentuh dengan kata-kata dan nasihat yang menyadarkan akan hakikat dan kehidupan. Jika kita tengok secara menyeluruh, maka sebenarnya ajakan untuk aktif atau memiliki akun di sosial media mendapat tanggapan yang beragam. Ada yang merespon positif seperti almarhum ust Uje dan aktivis lainnya dan ada pula yang dingin, lagi pesimis. Bermacam argumen dan alasan juga telah dikemukan oleh masing-masing kelompok yang dapat menguatkan sikapnya atas ajakan tersebut. Tulisan ini bukan untuk memperdebatkan, setuju atau tidak setuju. Tulisan ini hanya untuk memberikan pijakan norma langit yang dipegang oleh mayoritas warga Indonesia. Perkembangan teknologi komunikasi dan gadget akhir-akhir ini sedikit banyak telah banyak merubah perilaku individu dan institusi dalam berkomunikasi dengan orang lain. Media sosial, minimal facebook dan twitter menjadi hal yang biasa dalam kehidupan sosial seseorang sehari-hari. Bahkan sudah menjadi pendamping dalam segala aktivitasnya. Kenyataan ini sulit untuk dipungkiri, apalagi data menyebutkan, menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) didapat bahwa pengguna Internet di Indonesia pada akhir tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau sekitar 24,23% penduduk Indonesia. Mari kita runut sedikit lebih mendasar. Manusia sebagai makhluk sosial merupakan sebuah fakta yang selalu dimanfaatkan oleh produser alat komunikasi dan teknologi dalam pengembangan produknya. Produk alat komunikasi saat ini telah sampai pada tingkat integrasi yang sangat memanjakan penggunanya. Gadget (HP, tablet atau laptop) zaman sekarang bagi seseorang ibarat pedang bagi orang zaman dahulu. Jika alat tersebut tidak digunakan untuk memotong, maka pedang itulah yang akan memotong pemiliknya. Jika tidak digunakan untuk kebaikan, maka ia akan menyengsarakan hidup akibat digunakan untuk kejahatan atau maksiat. Dalam perspektif dakwah Islam, semua sarana seharusnya dapat digunakan untuk penyebaran dakwah Islam dan sarana peningkatan pemahaman umat Islam akan ajarannya. Dalam tinjauan syariat, kita dapat menemukan banyak nash yang mengisyaratkan bahwa manusia bertanggung jawab atas kata-kata dan tindakan, termasuk apa yang ditulis. Firman Tuhan: Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun". (Al-Kahfi:49) Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis. (Al-Qamar:52-53) Hal ini juga harus berhati-hati untuk menggunakan teknologi komunikasi sosial yang cepat merambah ke seluruh dunia, baik untuk mengajak orang untuk mengenal Allah dan saling menasihati serta berbuat kebaikan kepada orang lain sebagaimana firman Allah: Katakanlah kepada manusia yang baik-baik (Al-Baqarah: 83) Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku, "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (Al-Isra:53) As-Sa’di berkomentar dalam tafsir ayat ini, hal ini meIiputi semua perkataan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, berupa bacaan, dzikir, ilmu, ajakan kebaikan, mencegah kemungkaran dan perkataan yang lemah lembut kepada orang lain dengan segala tingkatannya. Apabila berlaku suatu urusan antara dua kebaikan, maka ambil yang terbaik jika tidak bisa digabung. Perkataan yang baik akan menginspirasi orang lain untuk berbuat baik. Siapa yang dapat menguasai lidahnya (perkataannya), maka ia akan menguasai semua urusannya. Nabi Muhammad bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” Imam Nawawi menjelaskan hadits ini bahwa jika seseorang harus berkata-kata, maka segala perkataannya haruslah yang baik dan mendatangkan pahala (kebaikan). Perkataan pada hal yang wajib ataupun sunnah, maka hendaklah ia mengatakannya. Apabila nampak baginya bahwa perkataannya tidak akan mendatangkan kebaikan, maka hendaklah ia menahan diri untuk tidak berkata dan pada saat itu, ia diperbolehkan untuk tidak mengatakan apa-apa khawatir tergelincir pada hal-hal yang diharamkan atau dibenci oleh Islam. Hadits ini mendorong seseorang untuk diam. Kalaupun harus berkata, maka perkataannya adalah lebih baik daripada diam. Orang bijak mengatakan, “Perkataan yang baik itu ibarat ghanimah dan diam adalah keselamatan, maka ghanimah adalah lebih baik dari hanya sekadar selamat.” Mereka berkata, “Berkata yang baiklah, maka kamu akan mendapatkan ghanimah dan diamlah dari berkata yang tidak baik, maka engkau akan selamat.” Jadi, setujukah bahwa aktivitas di media sosial menjadi hal yang bermanfaat untuk agama dan kemanusiaan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun