Mohon tunggu...
sania anggi safira
sania anggi safira Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Hi!! saya Sania Anggi Safira mahasiswi semester 3 dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Cara Kita Meminimalisir Informasi "Hoax" yang Terdapat dari Berita yang Ada di Media Sosial

7 Januari 2024   13:57 Diperbarui: 7 Januari 2024   14:41 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak banget orang yang lupa gimana sih memilah berita benar dan juga salah yang bisa disebut hoax. Sebelum ke pembahasan apa itu hoax?, kita akan singgung sedikit tentang literasi media dan juga gimana sih hoax itu tercipta?.

Literasi merupakan sebuah keterampilan yang harus dimiliki  setiap orang. Di era kemajuan yang semakin meningkat ini,  masyarakat semakin aktif melihat perkembangan apa saja  yang terjadi  saat ini guna mendapatkan informasi mengenai apa  yang terjadi di sekitar kita. Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi "membaca, berbicara, menyimak dan menulis" dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. 

Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan membaca( Elizabeth Sulzby, 1986). Menurut Education Development Center (EDC) Literasi adalah kemampuan seseorang memaksimalkan potensi dan keterampilan yang ada di dalam dirinya. Cakupannya keterampilan yang dimaksud tidak sekedar baca tulis saja, tetapi juga meliputi skill keterampilan yang dimiliki individu tersebut.

Itulah beberapa pengertian literasi menurut beberapa ahli dan lembaga. Dari banyak pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, artinya sama. yaitu kemampuan untuk membaca, menulis dan membangun komunikasi.

Hoax tidak muncul baru-baru ini. Kata hoax  sudah ada sejak lama. Istilah "hoax" sudah ada sejak tahun 1808, dan ada yang mengatakan berasal dari kata bahasa Inggris yang berarti berita palsu atau tidak benar. Menurut Septiaji Eko Nugroho menjelaskan bahwa hoaks adalah sebuah informasi yang direkayasa. Informasi tersebut dibuat untuk menutup-nutupi informasi yang sebenarnya. Selain itu, hoaks juga merupakan upaya untuk memutar balikan fakta. Fakta tersebut akan diganti dengan informasi-informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Menurut Robert, hoaks adalah kabar bohong yang dibuat untuk melucu. Selain itu, hoaks juga sengaja dibuat. Hoaks bertujuan untuk membuat bingung penerima informasi dengan maksud menghibur berupa candaan. Seiring berjalannya waktu kata hoaks semakin dikenal dan berkembang, dari sebuah lelucon atau candaan menjadi candaan yang agak serius.  Banyak orang yang percaya bahwa kata "hoax" berasal dari kata "hocus", yang berasal dari kata "hocus pocus". Hoax ini  sudah ada bahkan sebelum Internet muncul di  masyarakat.

Namun, pada saat sebelum munculnya internet aturan media cetak sangat ketat sehingga berita palsu ini tidak dikonsumsi oleh masyarakat umum. Misalnya pada  masa  Orde Baru, pemerintah tegas menyikapi pemberitaan negatif yang langsung menyerang pemerintah.

Banyak masyarakat Indonesia saat ini sangat sensitive dengan berita hoax dan sering juga terkena berita hoax. Menurut UNESCO Indonesia merupakan urutan ke-2 mengenai literasi artinya minat baca di Indonesia saat ini sangat rendah misalnya dari 1000 masyarakat Indonesia hanya 1 yang rajin membaca. Senior INDEFA viliani menyebutkan tingkat literasi digital di Indonesia hanya sebesar 62%. Jumlah tersebut paling rendah jika dibandingkan negara di ASEAN lainnya yang rata-rata mencapai 70%.

Apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar kata hoax?

Ketika kita terpapar gambar berita yang menjadi viral di media sosial, seperti kunjungan Raja Salman ke Indonesia dengan foto-foto pangeran yang memikat ribuan netizen, kita sering kali tidak menyadari bahwa berita tersebut dapat menjadi hoax. Terkadang, keindahan visual dan cerita menarik dari informasi palsu ini membuat ribuan orang tergila-gila dan tanpa disadari ikut menyebarkannya. Seiring berjalannya waktu, kebenaran terkadang terungkap, seperti dalam kasus tersebut, di mana muncul lebih banyak berita yang mengkonfirmasi bahwa beberapa foto para pangeran itu palsu. Hal ini menyoroti pentingnya kehati-hatian dalam mengonsumsi dan menyebarkan informasi, terutama di era digital yang memungkinkan penyebaran hoax dengan cepat melalui berbagai platform.

Penting untuk memahami bahwa ketika kita mendengar kata "hoax," kita seharusnya terus waspada terhadap informasi yang mungkin salah atau menyesatkan. Hoax telah menjadi permasalahan serius dalam lingkungan digital, di mana teknologi menjadi sarana utama untuk menyebarkan informasi palsu. Dampak negatifnya dapat mempengaruhi masyarakat secara luas dan membentuk opini yang salah. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan literasi digital dan mengenali karakteristik hoax agar dapat menghindari jatuh ke dalam perangkap informasi palsu serta dapat meresponsnya dengan bijak.

Berapa banyak  masyarakat Indonesia yang terkena dampak pemberitaan palsu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun